Tiga Tahun Kemudian ~
"Raya, mau makan dulu setelah ini? Jangan langsung pulang lah."
Tio tersenyum melihat Raya yang tersenyum bahagia bersama teman-teman kantornya. Meski ia harus memperhatikan dari jauh, Tio tetap senang jika melihat Raya bahagia dan sehat.
Tio ingat satu tahun lalu saat Raya mendadak pingsan ditengah jalan. Hari itu dirinya tiba-tiba menjadi begitu ketakutan dan merasa bersalah karena tidak bisa memastikan Raya makan dengan benar. Penyakit maagh gadis itu bisa dikatakan cukup parah. Tio bahkan menyalahkan dan mengutuki dirinya sepanjang perjalanan ke rumah sakit karena gagal menjaga Raya.
Saat itupun Raya sebenarnya tahu, siapa yang langsung menggendongnya dan selalu menggenggam tanganya saat berada di rumah sakit. Tio bahkan menungguinya dan memaksanya untuk makan. Saat itu kedua orangtua Raya sedang berada di luar pulau untuk menghadiri acara keluarga. Meski dijaga oleh Tio, keduanya tidak pernah membahas mengenai apa yang terjadi dimasa lalu dan kenapa Tio bisa tiba-tiba muncul. Mereka berdua hanya diam dan menjalani aktivitas seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Bahkan setelah Raya sembuh pun, Tio hanya sesekali menanyakan kondisinya dan dibalas oleh gadis itu.
Tio sudah berjanji bahwa ia akan menjadi apa saja untuk Raya. Ia akan menjadi sayap saat Raya terjatuh, menjadi dinding yang tinggi untuk melindungi Raya sehingga ia tidak pernah menuntut Raya untuk membalas perasaannya. Menurutnya akan terlalu kurang ajar jika dia memaksa Raya menerimanya kembali.
"Mau makan apa memangnya?" Tanya Raya
"Hmm, bagaimana kalau makan Soto Daging?"
Tio tersenyum, meyakini jika Raya pasti akan menolaknya.
"Tidak ah, jangan Soto. Bagaimana kalau burger?"
Setelah melihat teman Raya mengangguk, Tio langsung bersiap untuk menyalahkan mesin mobilnya. Dirinya tahu kemana harus pergi setelah ini. Tempat yang pasti akan Raya datangi untuk makan malamnya hari ini.
Tanpa Tio sadari, Raya menoleh ke arah mobilnya yang meninggalkan parkiran. Gadis itu tersenyum tipis, melihat laki-laki itu menujuh ke arah yang pasti akan ia tuju dengan rekan-rekan kerjanya.
Entah bagaimana ceritanya, tak lama setelah bekerja di sebuah perusahaan, Tio tiba-tiba masuk ke tempat yang sama dengannya. Walau berbeda divisi dan ruangan tapi Tio sering memperhatikannya dari jauh. Raya tahu bahwa selama tiga tahun ini, laki-laki itu terus berusaha menjaganya. Raya tahu bahwa Tio lah yang melindunginya dari fitnahan teman satu divisinya. Meski tidak sering menghubunginya, Tio selalu hadir saat dirinya butuh bahkan selalu mendukung apapun yang ia lakukan. Tanpa banyak menuntut, Tio hanya hadir untuk membantunya, lalu pergi kembali ke posisi untuk mengamatinya.
Saat Raya memberikan speech untuk perusahaannya, Tio tersenyum bangga dan melihatnya dengan penuh kasih sayang. Raya bisa merasakan ketulusan dan besarnya rasa sayang Tio kepadanya sekarang, walaupun laki-laki itu tak pernah berusaha mendekatinya. Yang Tio lakukan hanyalah menjaganya, bukan mendekatinya.
~
"Maaf, kami sudah berusaha, tapi sepertinya kankernya sudah menjalar ke hampir semua organ vitalnya."
Tio terduduk lemas, tidak pernah terpikir jika hari ini akan datang. Kehilangan seseorang yang selalu mendukungnya. Tempat dirinya bercerita dan tempatnya menanyakan apa yang salah dan benar untuk dilakukan. Entah bagaimana lagi caranya berdiri nanti, dia sudah kehilangan dua orang yang disayang dalam hidupnya.
Air mata terus membanjiri pipinya. Duka yang sangat dalam ia rasakan hari ini. Ketakutan dan kebingungan mulai menjalari. Memikirkan bagaimana ia akan melewati hari-harinya setelah ini. Kakinya bahkan tidak bisa menopangnya untuk berdiri, beberapa kali dia terduduk di lantai.
"Tio!"
Tio menoleh, suara ini, suara yang selalu ia rindukan setiap hari.
"Tio!" Raya yang tiba-tiba datang memeluknya dan mengelus kepalanya.
"Mama, Ray. Mama..."
Tangis Tio semakin menjadi saat Raya memeluknya. Saat ini dia tahu bagaimana rasanya dipeluk orang yang selama ini ia cintai. Kehangatan yang Raya berikan membuatnya merasa sedikit lebih tenang dan ingin melepaskan semua tangisnya saat ini. Selama ini Tio berpura-pura kuat saat melihat ibunya menjalani berbagai pengobatan. Kali ini, ia merasa tidak perlu menahan apa-apa lagi. Raya membuatnya begitu nyaman hingga ingin meluapkan semua rasa lelah, takut dan kesedihan yang selama ini terpendam.
Tio menatap wajah Raya yang saat ini sudah melepaskan pelukannya. Ia bisa merasakan bagaimana lembutnya Raya mengelus wajah dan mengusap air matanya. Selama ini dirinya dan Raya secara bergantian menjaga mamanya untuk pengobatan. Entah bagaimana Raya begitu baik kepada mamanya dan selalu bersedia jika diminta untuk mengantar berobat.
Tio selalu mengatakan dalam hati, mengenai betapa bersyukurnya ia memiliki Raya. Betapa bersyukurnya ia pernah dicintai dan disayangi oleh Raya. Meski selama empat tahun terus disakiti oleh Tio, saat ini setelah semua keadaan berbalik, Raya tidak pernah menyakitinya.
Raya tidak pernah membandingkannya, mengeluarkan amarah dengan kata-kata yang menyakitkan hati serta tidak pernah meremehkannya. Hal yang ditakuti selama ini pun tak pernah terjadi yaitu disaat Raya menyukai laki-laki lain. Bahkan wanitanya ini begitu baik dengannya dan keluarganya. Meski tak banyak berbicara dan tak pernah membalas pesannya, Raya tetap memperhatikannya dari jauh. Terkadang bahkan Raya memberikan semangat walau hanya sekedar menepuk pundak Tio saat dirinya ada masalah. Bagi Tio, tepukan sebentar seperti itu sudah cukup untuk menyemangatinya kembali. Raya adalah penguatnya saat ini, tujuannya untuk berlabuh.
Saat ini pun, gadis itu berlari dengan sandal yang berbeda merk, menandakan dia begitu panik dan bergegas ke rumah sakit. Tio memeluk Raya lagi, dengan begitu kencang seolah tidak ingin kehilangan satu wanita lain yang berharga dihidupnya.
"Kenapa kamu kurus begini Tio? Kamu harus menjaga dirimu sendiri." Raya baru sadar setelah memeluk Tio, bahwa laki-laki lebih kurus daripada yang dibayangkan. Selama ini dia hanya melihat Tio dari jauh dan baju yang dikenakan pun tidak terlalu memperlihatkan badannya yang kurus.
"Tio, ayoo, sadar, kita harus kuat. Ayo kita urus mama untuk saat terakhirnya."
Tio mengangguk, dirinya berdiri dipapah Raya untuk berjalan menuju ke ranjang mamanya yang sudah ditutupi kain. Sekali lagi Tio menangis dengan badan yang hampir jatuh karena kakinya lemas, beruntung Raya dengan sigap memegang tangannya.
Tak disangka, Raya mengeluarkan kata-kata yang ia tujukan kepada mama Tio dan membuat laki-laki itu semakin menangis.
"Mama jangan khawatir, setelah ini Raya yang akan menjaga Tio. Raya akan selalu berada disamping Rio ma, mama yang tenang disana ya."
To Be Continued ~
Aku tahu, Tio ga begitu tersiksa dengan penyesalannya. Tapi coba kalian pikir, dimana kalian harus mendukung orang yang kalian cintai dalam diam. Itu menyiksa bukan?
Semangat semua!! Kalian pasti bisa melewati hari-hari ini!
![](https://img.wattpad.com/cover/345395254-288-k4445.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CARAKU MENINGGALKANMU
Romance"Hari ini, aku akan berhenti. Aku bangga pada diriku, aku tidak melakukan sesuatu yang berlebihan lagi. Ulang tahunnya tak terasa spesial bagiku. Tidak ada keinginan untuk memberikan sesuatu yang terbaik untuknya. Rupanya kamu selalu berhasil mendo...