TAK SANGGUP MELEPASMU

613 28 4
                                    

Tringgg!

From : Christio Wijaya

Pagii, semangat hari ini ujiannya. Ujian kan? Nanti mau dibawain apa?

Raya terdiam, bukannya senang, dirinya malah merasa aneh dengan apa yang dilakukan Tio akhir-akhir ini. 

Tidak biasa.

Satu kata itu yang bisa mendeskripsikan apa yang Tio lakukan. 

Laki-laki itu masih sering mengiriminya pesan walau kadang berakhir hanya dibaca olehnya. Yang berbeda pesan itu bukan lagi menceritakan kendala yang dialami Tio, tapi laki-laki itu lebih sering menanyakan kabarnya.

From : Christio Wijaya

Oh iya, satu hal lagi yang aku ingat tentang kamu. Kamu suka Ice Cream Vanila, benar kan? Aku membuka foto-foto lama yang pernah kamu kirim, Yak! Hehehe

Raya menghela nafas pelan, akhir-akhir ini sepertinya Tio berusaha mengingat dan mencatat semua tentang dirinya. Laki-laki itu sendiri yang bilang bahwa dia sudah mencatat semua hal tentang Raya. 

Hampir semua yang dikatakan Tio tentang dirinya memang benar. Tio berusaha keras untuk mencari tahu apa yang Raya suka dan apa hobi gadis itu. Tio melakukan hal ini untuk menebus kesalahannya karena selama ini sering mengabaikan dan tidak memperhatikan Raya. 

Tanpa dirinya sadari, Tio sering melakukan apa yang Raya sukai. Mulai dari menonton drama series yang pernah diceritakan Raya sambil menggebu-gebu. Bahkan dirinya yang tidak suka menonton ini sanggup menyelesaikan semua seriesnya. Padahal dulu dia tidak tertarik sama sekali ketika Raya menceritakan tentang drama itu.

Tio tiba-tiba menjadi gemar mengambil gambar pemandangan dan selalu ia kirimkan ke Raya. Hal ini dulu sering Raya lakukan padanya, namun tidak ada satupun komentar yang keluar dari mulutnya. Tio merasa kecewa kenapa dulu ia tidak pernah memuji foto-foto yang Raya kirimkan. Kini, foto-foto ini sangat berharga untuknya, Tio sampai membuat folder khusus yang sering ia pandangi saat malam.

Bahkan, saat ini Tio tengah membaca ulang pesan-pesan yang dikirimkannya untuk Raya. Betapa menggemaskannya Raya dulu saat membalas pesan-pesannya. Entah kenapa kerinduan terhadap gadis itu serasa tidak pernah padam. 

"Begini rasanya jika diabaikan, hmm tapi tidak apa, Raya mengalaminya bertahun-tahun sedangkan aku baru sebulan ini mengalaminya."

Tio berdiri, mulai berjalan turun menuju ruang makan keluarganya. Ia menuruni tangga sambil melihat beberapa foto Raya yang sudah dia kumpulkan. Tidak dapat dipungkiri jika ia merindukan gadis itu. Dia ingin melihat dan bercerita tentang banyak hal seperti dulu. Dirinya begitu merindukan saat-saat dimana dia dan Raya mengobrol dulu. Raya yang selalu ada untuknya, selalu merespon semua pesannya.

Kini, hidupnya terasa hampa. Sepi dan berongga, seakan ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya. Hari-hari Tio jalani dengan perasaan campur aduk. Ia bingung, saat mengirimi pesan kepada Raya, Tio merasa sangat bahagia dan berharap akan dibalas. Dirinya berusaha membahas hal-hal yang disukai Raya agar gadis itu mau membalas pesannya. Namun saat Raya tidak membalas pesannya, ada perasaan sedih dan takut dalam hatinya. Ia bahkan tidak bisa tidur dengan tenang saat malam. Hari-harinya tidak sama lagi dengan sebelumnya, tidak ada semangat yang ia rasakan seperti dahulu.

Tio sendiri pun bingung, kenapa dia tidak bersemangat seperti dulu. Apakah karena dulu Raya selalu berada di sampingnya? Atu karena rasa sukanya pada Vira yang membuatnya semangat?

Vira, gadis itu sudah putus dengan Tio sejak sebulan yang lalu. Tio yang memutuskan. Dirinya tidak sanggup jika harus terus meladeni Vira sedangkan hatinya sedang uring-uringan karena wanita lain. Awalnya Vira menolak dan mengatakan bahwa dirinya tidak mengerti kenapa Tio memutuskannya.

"Kenapa? Katakan kenapa harus putus Tio! Ahh ini karena Raya bukan? Karena Raya menjauhimu dan kamu terus kepikiran soal Raya? Kamu menyukainya? Tio sadar, kamu tidak menyukainya, kamu hanya kehilangan kebiasaan saja. Kamu harus bedakan itu Tio! Aku sudah tahu akan begini jadinya, seharusnya dari awal aku tidak menerimamu!"

Kata-kata Vira saat itu membuatnya berpikir hingga saat ini. Apa benar Raya hanya kebiasaan baginya? Apa benar yang dirindukannya bukan Raya tapi tempatnya bercerita. Kalau begitu, kenapa kehilangan Vira tidak semenyakitkan sekarang? Kenapa dirinya justru lebih hancur saat kehilangan Raya daripada Vira saat pertama kali mereka putus? Saat ini pun, dirinya juga bersalah kepada Vira, tapi kenapa rasa bersalah itu tidak semembunuh rasanya kepada Raya?

Tio menghela nafas, dia menatap kosong ke arah depan sambil duduk di meja makan. Sarapan bukan kebiasaanya, namun Raya selalu membawakan bekal dan gadis itu selalu memaksanya untuk makan. Tio merasa harus menjaga kesehatannya dan lebih rajin sarapan, karena kalau tidak gadisnya akan marah. Seperti dulu.

"Tio, mama mau tanya, Raya kok lama ga kesini? Dulu seminggu sekali dia kesini." Ini yang Tio takutkan, mamanya yang akan menanyakan kemana Raya selama ini.

Tio tahu bahwa mamanya sangat dekat dengan Raya. Gadis itu selalu ke rumahnya setiap hari Sabtu hanya untuk menemani mamanya yang sendirian. Ayahnya sudah lama meninggal dan mamanya selalu menangis setiap hari Sabtu karena rasa rindu. Oleh sebab itu Raya selalu datang meski tidak ada Tio di rumah.

Awalnya, Raya masih sering datang ke rumah, bahkan setelah pertengkaran terjadi diantara mereka. Namun, entah sejak kapan Tio menyadarinya dan selalu menunggu moment untuk berbicara dengannya saat Sabtu. Sejak saat itu, Raya tidak pernah datang ke rumah.

"Kalian bertengkar?"

"Iya ma, aku terlalu menyakiti Raya selama ini." Lirih Tio.

Mamanya menoleh, melihat iba ke arahnya. Mamanya tahu segalanya, tahu mengenai Raya yang menyukai Tio. Tahu mengenai cinta bertepuk sebelah tangan, tahu saat dimana Raya mulai menyerah atas rasa sukanya.

"Mama tidak mau menyalahkanmu, cuman mama berharap kamu tidak menyerah Tio. Anggap saja kamu harus berjuang bahkan dua kali lipat waktu yang dipakai Raya untuk meluluhkanmu."

"Benar ma, rasanya akan sulit jika melihat Raya melakukan semua ini untuk cowok lain"

"Bukan karena kamu harus memilikinya, Tio tapi memang kamu harus menjalani apa yang pernah kamu lakukan ke dia. Maksud mama, kamu harus memiliki semangat dan kesabaran seperti saat Raya mengejarmu dulu."

"Itu artinya, cinta tidak harus memiliki?"

"Benar, kamu bisa mendukungnya dari belakang."

Sesak tiba-tiba menyergap dadanya. Tak pernah terpikir olehnya, jika harus merelakan Raya untuk laki-laki lain. Saat ini memang yang ada dipikirannya adalah bagaimana cara untuk membahagiakan Raya bukan berarti harus melepaskannya. Tio tak akan sanggup, tidak akan.


To Be Continued ~


Hai Hai Hai!!!

Siapa yang nunggu Tio menyesal? Hehehehe

Jangan lupa Like yaaa, ku tunggu responnya hehee

CARAKU MENINGGALKANMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang