TIDAK BISAKAH DIA MEMPERHATIKANKU?

294 15 2
                                    

Aku melihat hujan yang semakin lebat, bahkan sepertinya tidak akan berhenti. Ku turunkan kepalaku melihat ke arah baju yang basah semua karena tadi saat berjalan ke arah gerbang tiba-tiba hujan deras.

Aku mendesah pelan, aku menyesal hari ini tidak membawa mobil. Tadi pagi Becca bilang akan menjemput dan mengantarku pulang, namun ternyata dia masih ada urusan dengan kelompoknya. Tidak mungkin aku kembali ke tempat Becca dan menanyakan apakah ada baju ganti. Jarak antara gedung depan dan jurusanku cukup jauh, memilih berjalan kembali malah membuat bajuku semakin basah.

Dengan perasaan kalut aku menoleh ke sekitarku berharap ada seseorang yang aku kenal.

"Yah hujannya semakin lebat saja." Hatiku merasa seolah jatuh ke lantai saat mendengar suara ini. Vira, ini suara miliknya yang membuatku tidak berani menoleh. Sudah bisa dipastikan pasti ada laki-laki itu disekitarnya. Tidak pernah salah.

"Loh Raya? Kehujanan ya? Basah banget." 

Sial, dia menyapaku. Dengan berat hati aku menolehkan kepalaku ke arah kanan dan memberikan senyuman tipisku. 

"Loh iya, kamu masih disini? Katamu ada urusan keluarga?" Tio bertanya padaku.

Aku kembali mengeratkan pelukan pada tubuhku, seolah meminta Tio melihatnya bahwa aku kedinginan sekarang. Dari mataku, Vira terlihat menatapku tidak suka karena Tio tahu jika aku ada urusan keluarga. Kupalingkan mataku darinya, menoleh ke arah pemilik suara yang selalu membuatku berbunga entah gimana.

"Ah iya, tadi berangkat sama Becca, dia masih ada kerja kelompok di gedung F2."

"Bagaimana kalau kita antarkan saja Raya, Ti?" Suara Vira terdengar ditelingaku yang sedang mengalihkan pandangan ke arah depan. Bahkan saat Vira sedikit berteriak saja, suaranya tetap menyejukkan, pantas Tio sangat menyukainya. Aku menyeringai, mulai membandingkan diriku tanpa sadar.

"Hmm, rumah Raya jauh banget dari rumahmu Vir, kamu gapapa kalau agak lama? Katanya ada Les Biola hari ini kan? Raya bisa pulang pakai Grab kok, iya kan?" Entah kenapa perkataan Tio sangat menusuk hatiku. Aku kecewa padanya, jika dia menganggapku sebagai sahabat, bukannya dia juga harus memikirkanku? Apakah aku salah berpikir begini? Tidak bisakah dia memperhatikanku? Memangnya kenapa dengan jarak? Bukannya jika kau memang peduli, kamu akan melakukan apapun demi orang itu? Apakah rasa peduli itu tak ada sedikitpun untukku? Bahkan saat ini seharusnya aku tidak pantas berpikir seperti ini. Tio itu pacar Vira, bukan pacarku. Memangnya siapa yang mau pacarnya lebih memperhatikan sahabat lawan jenis? 

"Bagaimana ini? Tidak apa kah Raya?" Vira menanyaiku, yang entah bagaimana aku mulai membenci suaranya. Bisa kupastikan semua pertanyaan ini basa-basinya saja. Tidak mungkin Vira benar-benar ingin mengantarku. 

"Iya, kalian bisa pergi dulu, aku sudah pesan Grab kok." Ucapku bohong. Memang aku sudah pesan ojek online tapi tidak ada yang mau menerima. Semua ini aku ucapkan demi menjaga harga diriku, setidaknya ini yang bisa ku lakukan setelah dipermalukan tadi.

"Baik kalau begitu, kita pergi dulu yaaa Raya." Ucap Tio sambil melepaskan jaketnya.

Sedetik kemudian aku merasa kecewa dengan pikiranku sendiri. Aku pikir dia akan memberikannya padaku, ternyata dia memberikannya untuk Vira. Aku terkekeh, bukan karena menggoda mereka, tapi karena menertawai diriku sendiri yang bisa-bisanya berharap Tio akan memberikan jaketnya untukku.

Apakah mereka sudah jadian? Pikiran yang sekilas muncul dibenakku. Tidak mungkin kan?

"Kamu baik banget Vira, kamu nawari Raya tumpangan." Ucap Tio lembut dan pelan yang masih terdengar ditelingaku saat mereka mulai berjalan jauh. 

Apa maksudnya? Tidak bisakah dia lihat semua ini hanya basa basi? Apakah Tio sebodoh itu?

Aku meneteskan air mata, menangisi betapa mirisnya diriku sekarang. Berdiri sendiri menunggu hujan, dengan baju yang basah dan melihat orang yang kucintai berjalan memeluk wanita lain. Untungnya tidak ada orang yang berada disini, jika ada, bisa kupastikan ia akan melihatku dengan tatapan kasihan.

Beberapa menit saat melihat mobil Tio pergi aku memutuskan berlari menerjang hujan. Aku tidak peduli suara yang berteriak memanggilku dibelakang, aku terus berlari dan menangis kencang. Tanpa kusadari kakiku tersangkut sesuatu dan aku terjatuh. Setelahnya aku tidak ingat sama sekali mengenai nasibku selanjutnya.


To Be Continued ~


Sakit ga sih? Lihat dia berjalan dengan orang lain dan mengabaikanmu?

Ayuk ayuk Vomentnya yaaa :)

CARAKU MENINGGALKANMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang