part1

232 12 0
                                    

Sudah satu bulan ini US disibukkan oleh pekerjaan. Seharusnya semua bisa terasa lebih mudah karena menjadi sekretaris adalah keahliannya. Namun, sekarang profesi yang digeluti tidak nampak menyenangkan seperti dahulu. Kini ia selalu direpotkan oleh bosnya, harus pulang pergi selama enam jam karena atasannya berada di tempat yang jauh dari perusahaan.

Lihatlah betapa kusut wajah seorang US  Nititorn Akkarachotsopon yang baru saja menghempaskan tubuh di kursi kerja. Padahal waktu sudah menunjukkan malam hari, tapi ia masih harus kembali ke kantor setelah menemui bosnya hanya untuk meminta tanda tangan pada dokumen penting.

"Argh... aku benci pekerjaan ini!" teriak  US . Tangan dan kaki bergerak tak tentu arah. Dia hanya ingin meluapkan rasa kesal

Jika tidak ingat butuh uang untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, mana mungkin US  bertahan dengan bos yang tidak mau mengalah. Atasannya sekarang sedang tinggal di sebuah desa yang waktu tempuhnya butuh enam jam.

Bayangkan kalau setiap kali butuh, harus ke sana, lalu kembali lagi ke kantor. Setengah hari sendiri dihabiskan untuk perjalanan. Apa lagi hanya bisa menggunakan transportasi darat saja.

Pekerjaan yang dahulu menyenangkan, sekarang justru menjadi petaka bagi US . "Rasanya mau resign saja, tapi gajinya banyak," keluhnya kemudian.

Dilema bagi budak corporate seperti us. Bertahan demi uang, tapi tidak tahan dengan bos yang toxic.

Ingin mencari pelarian agar pikiran lebih santai dan bisa kembali menjadi manusia normal. Tapi apa? Us bingung. Hidupnya terlalu dominan oleh pekerjaan,

sampai lupa caranya menikmati masa muda.

Tepat sekali ketika US berpikir, lamunannya dibuyarkan oleh dering ponsel. Membaca sekilas nama yang tertera di layar, barulah ia menekan logo bulat berwarna hijau, dan menempelkan alat komunikasi tersebut ke telinga. "Ya, biu ?"

"Mau ikut ke club malam?" tawar biu, teman us semasa SMP

"Badanku lelah sekali, dan masih di kantor." US tak berbohong, buktinya dia dalam posisi bersandar di kursi sejak tadi.

"Kerja terus... kaya tidak, tipes iya." Biu terdengar tertawa renyah. "Ayolah... malam ini saja kita bersenang-senang, aku sedang ulang tahun. Jangan fokus memperkaya bosmu terus," bujuknya.

US terdiam sebentar untuk berpikir. Tadi dia sedang bingung mencari cara ON menghilangkan penat, lalu sekarang diajak

party di club malam. Mungkin dengan cara itu bisa membantu melupakan segala rasa kesal pada bosnya.

"Oke, aku akan datang," putus US .

"Good boy, di Patt night club, ya."

US mengangguk walau tidak mungkin ada yang bisa melihat. Dia lalu mengemasi barang-barang, dimasukkan ke dalam tas

Padahal baru saja berkendara jauh, US  tetap nekat menyupir sendiri sampai ke tempat pesta. Langsung turun dan mencari meja yang tadi sudah diberi tahu oleh temannya melalui pesan.

"Sibuk sekali sekretaris satu ini, diajak pesta pun masih menggunakan pakaian kerja." Ucap bercode memeluk US dan mengecup pipi kanan dan kiri temannya.

US  berdecak, lalu duduk di samping phi tohk. "Terpaksa." Dia meminta satu gelas kosong. "Isi penuh, tolong. Aku ingin malam ini tidak mengingat pekerjaan satu pun."

Biu menatap seolah tidak percaya. "Yakin? Biasanya juga pesan mocktail."

"Sudahlah aku sedang kesal dengan bosku. Jadi, biarkan malam ini mabuk sampai tak ingat lagi segala kesusahan yang ku alami."

"Baiklah, rupanya temanku sedang lelah dengan kehidupan sekretaris." Biu pun menuangkan minuman dengan kadar alkohol tinggi.

Us meneguk sekali. Berhenti sebentar karena merasakan panas di tenggorokan. Tapi, tetap dilanjutkan hingga gelas pertama habis.

"Wih... sepertinya berat sekali masalah pekerjaanmu," ucap jeff, pacar bercode.

"Hm... aku benci sekali dengan bosku." US  meneguk lagi untuk kedua kali.

"Padahal bekerja di perusahaan keluarga  tanjibul  adalah impian banyak orang.

Tapi, setelah melihatmu begini, ku rasa sangat tertekan di sana." Phi tohk menepuk punggung US

"Uangnya saja yang enak. Aku sudah memutuskan untuk menjadi anti keluarga tanjibul, akan ku benci semua keturunannya tanpa terkecuali." Us mulai tipsy saat mengatakan itu. Tapi, memang berasal dari lubuk hati.

Ke empat lelaki  itu pun terus minum tanpa henti, sembari berbincang. Lebih tepatnya US  yang banyak menghabiskan, meracau, dan bercerita tentang bagaimana beratnya hidup yang dijalani.

"Hari ini aku ulang tahun, kau mau memberikan aku hadiah yang lucu, tidak?" pinta biu  saat ia melihat seorang pria baru saja duduk di stool depan meja bar.

"Apa?" US  sudah sangat mabuk, bahkan melihat pun kabur. Kepala amat berat, rasanya ingin memejamkan mata. Dia CON bukan lagi US  yang bertingkah rasional, tapi berubah dari sifatnya ketika sedang  dalam pengaruh alkohol.

Biu merangkul US , lalu mengarahkan temannya itu untuk menatap pada pria yang tadi duduk di depan meja bar. "Kau goda dia, lalu ajak bercinta, jangan lupa foto supaya aku percaya."

"Oke, siapa takut." US  lekas berdiri sempoyongan.

Biu  menyeringai puas, bahkan bisa bertambah senang kalau US  berhasil melakukan apa yang ia minta. "Bodohnya dia saat sedang mabuk, padahal pria itu salah satu keluarga tanjibul yang katanya akan dibenci seluruh keturunannya." la tertawa terbahak-bahak ketika melihat tubuh temannya bergerak menuju sasaran


Jangan lupa di vote yah pliss banget

One Night Tragedy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang