part 8

81 10 0
                                    

    Us sampai mengucek mata, siapa tahu salah melihat orang yang ada di dalam video bersamanya. Tak sampai di situ saja, tapi juga memperbesar ukuran agar semakin jelas dan nampak nyata.

Ketika wajah pria yang bercinta dengannya telah memenuhi layar ponsel, mulut Us menganga, mata nyaris terlepas karena terlalu lebar saat melotot tak percaya.

"What the... hell!" Us melemparkan ponsel ke atas meja. Saking kuatnya, hingga merosot maju ke depan tanpa hambatan dan akhirnya benda itu jatuh ke lantai.

Tidak pernah mabuk, sekalinya hilang kesadaran langsung membuat kesalahan besar. Us menarik rambut sendiri, menyesali perbuatannya yang sudah di luar kendali.

"Kenapa harus cucu keluarga tanjibul?" keluh Us. Demi apa pun, rasanya dia
ingin terjun bebas saja daripada menghadapi kenyataan yang sudah terjadi.

Us tidak menyesali virginity diambil saat mabuk, toh itu adalah kesalahannya juga. Tapi, orangnya. "Tidak bisakah pria lain saja? Kenapa harus ada sangkut pautnya dengan keluarga yang seharusnya ku hindari?"

Kacau semua kehidupan Us hanya karena satu malam. Rencana mau melupakan sejenak pusingnya pekerjaan, ternyata berakhir petaka. Dia membenturkan kepala di meja selama beberapa kali.

"Tolong ... katakan jika ini hanya mimpi."

Sepertinya tidak mungkin juga harapan itu terkabul. Keningnya sekarang justru sakit. Us menghirup udara dan mengisi rongga di dada.

"Sudahlah, semua telah terjadi. Sekarang cukup menjalani hari ke depan dan tak perlu memikirkan tentang kejadian semalam. Anggap saja tak pernah terjadi."

Us bangkit dari tempat duduk. Membawa tas dan papperbag berisi parfum. "Sayang kalau ditinggal, mahal, wangi pula." Meski membenci keluarga tanjibul, tapi sudah diberi, sayang juga jika tidak diterima.

Dia harus membereskan tentang video yang salah kirim dan perlu dipastikan juga tidak akan tersebar luas.

Pergi ke restoran yang tadi sudah disebutkan. Us belum membawa uang yang diminta, nanti transfer saja.

Sampai di restoran, menengok ke kanan dan kiri, mencari . Ada seorang pria melambai ke arahnya, Us lalu menghampiri ke sana.

Duduk di depan pria itu dengan wajah kesal. "Hapus videonya!" Malas basa-basi dengan orang yang bisanya memanfaatkan situasi.
"Uangnya dulu, mana?"

"Kirim nomor rekeningmu."

"Oke, cantik." Edmud mengetik sesuatu di ponsel.

Us menerima pesan dan langsung membuka. Ia tidak ingin berlama-lama di sana. Saat itu juga membuka mobile banking dan mengirim sejumlah uang yang diminta. Limit transaksi bulanannya sampai habis karena mantan gebetannya yang benalu itu.

"Ini, sudah." Us menunjukkan bukti, lalu mengantongi ponselnya. "Sekarang berikan ponselmu padaku," pintanya kemudian.

"Akan ku hapus di depan matamu." Edmud mengarahkan layar ke arah Us. Membuka isi pesan whatsapp, lalu membersihkan riwayatnya. Kemudian beralih ke galeri, melakukan hal yang sama. "Sudah, kan? Senang bekerjasama denganmu."Saat Edmud hendak memasukkan ponsel ke saku, Us merebut secepat kilat. Dia belum puas dan tidak percaya begitu saja.

"Kembalikan!" pinta Edmud.

"Tidak akan." Us membanting benda itu ke lantai dengan keras, hingga menimbulkan bunyi dan pelanggan di sana jadi menatap ke arahnya.

"Berani-beraninya kau merusak ponselku!" Edmud hendak mengambil lagi barangnya.

Sayang, kaki Us lebih cepat. Ia berdiri dan pijak berkali-kali alat komunikasi genggam itu dengan ujung heels. "Kau beli lagi, uang yang ku beri sangat cukup. Bahkan sisa banyak kalau untuk membeli ponsel yang sama."

One Night Tragedy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang