JJ mengantar US sampai ke gedung apartemen lelaki itu saat sudah diberi tahu. Melihat betapa teler orang yang sejak tadi meracau disepanjang perjalanan, bahkan tidak segan menggerayangi tubuhnya sampai ia harus mengikat tangan menggunakan kaos. Sejak tadi US berusaha membelai dan memancing hasrat. Dia terpaksa melakukan hal itu karena mulai menegang, di bawah sana tidak bisa diam jika terus digoda. Jadilah kini bertelanjang dada. Setidaknya aman dari belaian sekretaris saudara nya yang sedang mabuk dan hilang akal.
Kalau tak begitu, bisa-bisa fokusnya saat berkendara menjadi hilang. Siapa yang tahan jika paha terus diusap begitu sensual hingga ke area pangkal juga sempat teremas oleh tangan nakal. Bukannya sampai tujuan, yang ada akan menjadi mobil goyang di tepi jalan.
Mobil berhenti di depan sebuah gedung
berlantai sepuluh. JJ menengok ke samping. US terlihat miris. Mabuk sampai cegukan."Mau ku biarkan masuk dan jalan sendiri sampai ke dalam, tapi kasian juga. Bagaimana jika ketidakwarasannya menuntun dan membisikkan supaya terjun ke lantai bawah?" JJ bergeleng dan memutuskan untuk tidak melepaskan US pulang seorang diri.
Pria itu memiliki hati yang baik. US juga merasa bertanggung jawab karena ia pasti akan merasa bersalah kalau terjadi hal buruk dengan seseorang yang dilihat sedang tidak baik-baik saja, tapi dibiarkan tanpa membantu. Jadi, turun dari sisi kemudi, tidak lupa membawa tas lelaki itu di hp tangan kiri.
Memutari bagian depan mobil, JJ melepaskan ikatan kaos di tangan US , Memakai kain itu untuk menutupi tubuhnya lagi.
"Masih bisa berjalan, kan?" tanya JJ
Membantu US turun dari mobil."Tentu saja, lihat ini." Namanya juga tidak sadar, US mengayunkan kaki dengan gerakan sempoyongan dan tidak lurus ke depan, justru ke arah jalan.
JJ segera menarik tangan US saat ada sepeda motor melaju. Hampir saja tertabrak kalau tidak cekatan.
"Aku antar sampai ke dalam." Menarik tangan US terus. agar tak menuju jalan raya
"Gendong," rengek US dengan kedua tangan merentang. Sudah seperti orang gila, sekarang berubah manja seperti anak-anak pula. Efek alkohol memang luar biasa berhasil menendang habis sisi rasionalnya.
"Jalan sendiri, kakimu masih baik-baik saja," tolak JJ .
Namun, US langsung melompat ke sisi depan pria itu. Dia melingkarkan tangan di leher. Otomatis dua lengan kekar JJ
pun menahan paha US agar tak terjatuh.Tidak tiba-tiba diturunkan secara mendadak, JJ cukup menghela napas. "Lantai berapa?"
"Delapan." US meletakkan kepala yang terasa berat ke pundak kokoh entah milik siapa. Mungkin jika dalam kondisi normal, dia pasti akan merutuki diri sendiri. "Badanmu wangi sekali, suka, mungkin aku akan ganti yang sama sepertimu." Hidung terus menghirup tepat di leher, titik sensitif.
Sekuat mungkin JJ menahan gelenyar yang mulai menjalar saat merasakan hembusan napas US terasa bagaikan belaian lembut di kulitnya. Rasanya ingin ia jatuhkan ke lantai. Sayangnya hati tak sampai untuk berbuat seperti itu.
"Kamar nomor berapa?" tanya JJ saat sampai di lantai delapan.
"Delapan nol enam." Astaga, semakin gila saja US . Lidahnya bergerak di tengkuk pria itu. Dalam isi pikiran hanya tentang menggoda dan memberikan hadiah pada temannya.
Sampai di depan pintu kamar yang dimaksud, JJ langsung menurunkan US . "Coba dibuka."
"Nol, delapan, lima, dua." US tidak mau menekan tombol-tombol di pintu. Dia terus bergelayut dan menggoda.
Akhirnya JJ yang membuka. Us langsung menarik lingkar leher kaos pria itu tanpa banyak kata. "Ayo kita buat video supaya temanku senang mendapatkan hadiah ulang tahun dariku."
Biasanya pria yang agresif, tapi dalam situasi seperti ini, US jauh lebih menyeramkan. Tidak memberikan celah sedikit pun untuk menjauh dan menghindari serangan.
Serah mau vote atau Ingga