Jam dinding menunjukkan pukul setengah empat pagi dan Arumi sudah sibuk membersihkan ruangannya. Mengelap meja menaruh barang barang ketempatnya kembali. Setelah selesai dengan ruangannya, Arumi langsung menyiapkan beberapa bahan untuk menyiapkan Sarapan.
Bukan menu yang sulit, pagi ini dia akan membuat Nasi goreng dan Telur. Setelah selesai dengan semua bumbu dan bahan bahan yang sekiranya diperlukan, Arumi lanjut untuk membersihkan dirinya. melihat sekarang baru pukul setengah enam. Entahlah dia terlalu grogi hari pagi ini.
Menyelesaikan ritual mandinya, Arumi mulai memasak untuk sarapannya, setelah siap dirinya lanjut menyiapkan diri. Tak lama kemudian terdengar suara bel dengan segera Arumi membukakan pintunya.Senyumnya mengembang saat melihat orang yang yang datang adalah orang yang sedang dia tunggu "Mas, Ayo masuk" Langit pun masuk kedalam lalu menaruh sekantung keresek yang dia bawa diatas meja. "Maaf saya datang terlalu pagi ya?" Ucapnya saat melihat arumi yang masih berkutat dengan kompornya "Nggak kok mas, ini sebentar lagi beres"
"Oh ya, saya bawa buah buahan untuk kamu" Ucapnya Arumi yang sedang menaruh nasi ke atas piring menoleh "Padahal gausah repot repot mas. Tapi terimakasih ya"
"Mau kopi atau teh mas?" Tanya Arumi yang baru siap dengan hidangannya. "Saya Kopi aja Rum"
Selagi menunggu Arumi membuatkan kopi untuk dirinya mata Langit tak berhenti berhenti memandangi wanita itu.
Tanpa sadar senyuman tipis terukir di wajah tampannya.
"Maaf kalau ga sesuai sama selera kamu ya mas, saya ga terlalu jago masak aslinya" Ucap Arumi setelah menghidangkan nasi goreng buatannya.
"Kalau yang buat kamu saya yakin bakalan enak banget" Ucapnya.
Mata langit berbinar saat nasi goreng itu baru masuk ke mulutnya "Wah, serius. Ini enak banget Rum. kamu kayanya sudah cocok buka restoran sendiri" Arumi tertawa kecil mendengar pujian yang menurutnya agak berlebihan itu. "Ada ada aja kamu mas, Ayo lanjut makannya"
Mereka pun melanjutkan acara Sarapan dengan tenang dan diselingi obrolan ringan.
"Mas Lanjut ngopi dulu aja ya, saya mau siap siap dulu bentar" Langit mengangguk paham,
Setelah selesai dengan kegiatan sarapannya, Arumi melanjutkan acara berdandannya, Langit pun berinisiatif untuk Mencuci piring sisa makan mereka
"Loh, padahal gausah di cuci mas, bisa nanti aja" Ucap Arumi yang baru keluar dari kamarnya.
"Gapapa Rum, kamu masak, berarti saya yang cuci piring. Lagian ini sedikit lagi beres" Mendengar itu Arumi tersenyum. "Makasih Mas"
Hari berganti hari, Arumi dan Langit makin dekat. Keduanya lebih sering menghabiskan waktu berdua. Seperti menonton film saat weekend. Makan diluar, mencoba tempat tempat yang belum pernah mereka kunjungi sebelumnya.
Arumi yang dulu terlihat membosankan sekarang terlihat menjadi lebih ceria. Teman temannya sedikit penasaran siapa yang berhasil mendobrak hati perempuan yang bahkan sulit untuk diajak sekedar mengobrol basa basi?"Mas, nunggu lama?" Tanya Arumi saat melihat Langit yang sudah menunggunya di depan kantor "Ga kok, barusan sampe"
"Rum, mau mampir kemana dulu?" Tanya Langit sambil melihat kearah spion yang sengaja dia buat mengarah ke Arumi. Arumi terlihat berpikir
"Hmmm, mungkin langsung pulang aja deh mas, Langitnya udah gelap kayanya mau hujan"
"Langit ga akan gelap selama ada Arumi disampingnya." Arumi yang mengerti maksud langit pun dibuat salah tingkah. Sedangkan langit dibuat tersenyum puas melihat guratan merah yang muncul di wajah manis perempuan yang membuat hari harinya makin bewarna.
"Saya laper, mampir ke tempat yamin dulu ya?" Arumi mengangguk "Boleh"
Sesampainya ditempat yamin yang kini telah menjadi langganan keduanya, Langit membiarkan Arumi duduk duluan sedangkan dia memesan makanan dan minuman. Dia tahu jelas apa kesukaan Arumi.
Setelah mereka menyelesaikan acara makan diselingi mengobrol singkat, Arumi dan Langit pun memutuskan untuk pulang.
"Biar saya aja yang bayar ya" Ucap Arumi yang siap mengeluarkan uang dari dompetnya
"Loh? gapapa saya aja yang bayar"
"Mas, tolong ya? Selama ini mas terus yang bayarin saya. Jadi kali ini biarin saya yang bayar.
"Saya ikhlas kok rum bayarnya, itung itung belajar menafkahi" Ujarnya yang lagi lagi membuat Arumi salah tingkah ditempat. Terlebih saat ini mereka sedang berada di depan meja kasir."Udah, kali ini saya yang bayar" Ucapnya sambil menyodorkan selembar uang seratus ribuan "Meja 28 mas" Ucapnya.
"Totalnya sembilan puluh ribu ya, ini kembaliannya. Terimakasih""Saya ga akan dikira ga modal karena kamu yang bayarin kan rum?" Tanya Langit yang membuat Arumi terkekeh kecil.
"Ngga lah mas, dari awal selalu kamu yang bayarin. Kali ini biarin saya" Jawabnya.
.
.
.
.
Diperjalanan pulang, Langit dan Arumi sedikit bercanda. Lebih tepatnya Langit yang banyak mengatakan hal hal random. Sedangkan Arumi tertawa sambil mendengarnya. Sesekali ikut menimpali
"Rum, tapi boleh ga kalau saya pengen lebih dekat sama kamu?" Tanya Langit
"Gimana maksudnya mas?" Tanya Arumi yang memang tidak mengerti apa yang dimaksud 'dekat' oleh Langit"Lebih dekat, jadi kita bisa pakai bahasa yang ga formal, saya-kamu jadi aku-kamu. Boleh?" Tanya Langit.
"Hmm, boleh mas"
"Terimakasih Rum"
To be Continued.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Runtuh
RomanceLangit yang dulu lembut kini mengeras. Runtuh begitu saja mengubur semua kisah kasih dan angan manis. Peluk yang dulu melindungi berubah menjadi kenangan menyayat hati. Memberi luka yang tak kunjung terobati. Senyuman yang dulu bisa ku nikmati sepa...