3

11 0 0
                                    

"Permisi"

Arumi menoleh lalu mendapati seorang pria dengan stelan santai berada disampingnya "boleh saya disini?" Arumi mengangguk mengiyakan. Toh disinipun tempat umum.

"Mbak ga ikut acara disana?" Arumi tersenyum lalu menggeleng pelan. Setelahnya dia menghampiri salah satu rekannya yang memanggilnya. Dan ikut larut dalam suasana malam yang pecah.


"Lia, bangun" Arumi menarik narik selimut yang makin di eratkan oleh pemiliknya. Lihat ini sudah pukul 9 tapi teman sekamarnya masih asik bergelung dalam mimpinya.

"Mandi dulu, kita kebawah cari sarapan" Lia hanya bergumam tidak jelas. Semalam Lia pulang dalam keadaan mabuk. Pantas saja sekarang sulit untuk bangun.

"Aku keluar cari makan" Pamit nya lalu segera mengambil handphone nya dan berjalan keluar Villa. 




Setelah mendapati salah satu tempat makan yang menurutnya nyaman, diapun memesan makanan

"Totalnya jadi sembilan puluh tiga ribu ya mbak" Arumi mengangguk paham "Scan dimana ya mbak?" Tanya arumi yang sudah siap dengan handphonenya.

"oh, maaf mbak, kita ga ada Qris, paling harus cash"

"Debit juga ga bisa ya mbak?" wanita dengan baju bewarna biru itu menggeleng pelan. 

"sial" Umpat Arumi dalam hati, jarinya bergerak lincah menghubungi Lia, yang dia yakini masih tertidur karena panggilannya tidak kunjung di angkat.

"Maaf mbak? saya lagi buru buru boleh saya duluan?" Tanya seorang pria paruh baya yang mengantri di belakangnya. Walau sedikit terkejut Arumi mengangguk lalu mempersilahkan Pria tersebut sambil meminta maaf karena membuat antriannya macet. Lalu dirinya mencoba untuk menghubungi temannya yang lain.

"Mbak sudah boleh diambil ya pesanannya" Lagi lagi Arumi terkejut. "Gimana mbak?" tanyanya ulang untuk memastikan bahwa dia tidak salah dengar

"Pesanannya boleh langsung di bawa ya, sudah di bayar" Arumi terilhat kebingungan " Siapa?"

"Itu mbak, sama mas mas yang pakai kaos hitam celana pendek coklat" Ucapnya sambil menunjuk seseorang yang tengah berjalan keluar. Setelah mengucap terimakasih, Arumi berjalan sedikit cepat sambil membawa nampan makanannya ke arah pria yang tadi telah menolongnya. 

Matanya memperhatikan sekitar, melihat beberapa orang yang memang tengah memakan sarapannya. Gotcha itu dia.  "Mas, maaf. Tadi mas yang bayarin makanan saya ya?" tanya Arumi sopan. "Oh, iya mba. Maaf ya kalau saya lancang" Ujar pria itu. "Boleh saya duduk disini?" Pria itupun mengangguk 

"Mas, makasih banget sebelumnya udah nolongin saya. Saya gatau harus gimana kalau ga ada mas nya, apalagi ga ada temen yang bisa saya hubungi. Sekali lagi makasih banget dan maaf juga udah ngerepotin. Mas ada nomor rekening? biar saya transfer sekarang?" Oceh Arumi yang mampu membuat pria itu tersenyum tipis namun disisi lain Arumi merutuki dirinya yang terlalu banyak bicara dan panik pada orang baru ini. "Udah gapapa mbak, kita sarapan dulu aja" Jawabnya sambil tersenyum. Arumi pun mengiyakan sambil tetap merutuki diri.

"Mas, tapi ini seriusan. Saya jadi ga enak sama mas nya" Ucap Arumi. "Anggap aja ini tanda perkenalan kita. Saya Langit" Ucap Pria itu sambil mengulurkan tangannya. Arumi yang dibuat melongo lalu menjabat tangan tersebut "Arumi" 

"Yasudah,ayo makan dulu" Arumi pun mengangguk paham.





Setelah sarapan habis, Arumi dan Langit mengobrol ringan. Seperti bertanya mengenai pekerjaan dan sebagainya. Keduanya terlihat mengobrol dengan santai sampai saat Arumi melirik jam tangannya dirinya dibuat terkejut karena sudah hampir jam 11 siang. 

"Maaf mas, sepertinya saya harus balik ke Villa. Makasih atas bantuannya hari ini" Arumi pun berdiri lalu meninggalkan Langit yang berniat menawarkannya tumpangan.

"Ok, ini bukan pertama kalinya"



"Semoga kita bisa ketemu lagi"






To be Continue...

RuntuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang