Aku ingin melarikan diri, namun tidak ada tempat untukku pergi. Kata-kata maaf terus memukulku dari dalam, namun aku terlalu malu untuk memuntahkannya. Sulit untuk menjadikan mungkin kisah kami akan berujung menyenangkan.
Setuju ataupun tidak, jarak terjauh didunia adalah kematian. Saat kita sangat merindukan, maka tidak akan ada sebuah tujuan, harapan untuk bertemu kembali merupakan hal yang tidak memiliki jawaban. Bagaimana bisa kita terikat dengan benang rapuh yang menyedihkan?
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~"Kita sudah sampai" Kata Ayah sambil menghentikan mobil didepan sebuah rumah megah berpagar tinggi
"Benarkah" Kata Jimin dengan semangat dan langsung keluar dari mobil
"Wah... rumah ini masih seperti dulu"
"Jimin Jhope ayo masuk" ajak Ibu
Jimin
Merekapun memasuki sebuah rumah yang dulunya merupakan rumah tempat tinggalnya dibusan, rumah tersebut memiliki halaman yang luas dengan rumput hijau, dan dua pohon kesemek disisi pagar, disetiap sudut dan sisi teras rumah ditanami dengan berbagai jenis bunga yang membuat mata sejuk memandang. Jimin terus memandang sekeliling halaman sambil mengenang momen yang dulu ia habiskan dengan keluarnya disana, tanpa sadar buliran bening mulai mengucur dan membasahi pipinya."Aku harap ini bukan terakhir kalinya aku berkunjung kerumah ini" gumamnya dalam hati
"Jimin ayo masuk" ajak Jhope saat melihat Jimin belum juga masuk kedalam rumah
"Ah ia" Sahut Jimin sambil mengusap air matanya.
"Wah bagaimana mungkin rumah kosong masih tetap bisa sebersih dan serapih ini" kata Jimin takjub saat memasuki rumah
Ibunya Jimin tersenyum melihat raut wajah bahagia anaknya
"Ibu sebisa mungkin menjaga dan membuat rumah ini tidak berubah dari sebelumnya, jenis bunga yang ibu tanam, barang yang diletakan, ibu tidak pernah merubahnya. Karena ibu ingin saat kita kembali nanti kita tetap merasa nyaman seperti sebelumnya, seolah-olah kita belum lama meninggalkannya" Kata Ibu sedikit sendu membuat suasana sedikit hening
"yah..... apakah ibu tetap membuat kamarnya jimin berantakan? Apakah ibu tidak membereskannya? Lalu bagaimana dengan lukisan-lukisan anehnya? Apakah ibu tidak membuangnya? Bukankah semua hal itu menjadikan rumah tidak nyaman?" Canda Jhope memecah keheningan"Tapikan semua hal itu menjadi kenyamanan buat Jimin" Canda ayah yang membuat semuanya ikut tertawa kecuali Jimin
"Katanya kalian ingin membuatku gembira? Tapi kenapa ayah dan hyung malah terus mengolok-olokku" Gerutu Jimin
"uuuu.... Anak ibu yang malang? Siapa? Mana orang yang berani mengolok-olok anaknya Ibu" goda ibu sambil terus mencubit pelan pipinya Jimin
"Ibu juga sama saja" kata Jimin sambil meninggal yang lain dan memasuki kamarnya
"Kamarmu sudah ibu bereskan jangan diberantakin lagi" goda ibunya jimin saat Jimin sudah memasuki kamarnya
"Aku akan membuatnya berantakan lagi, karena ini tidak membuatku nyaman" teriak Jimin dari balik Pintu lalu dikuti oleh gelak tawa ayah, ibu dan Jhope Karena mendengar jimin yang merajuk kesal.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Heart & A Promise
Fiksi PenggemarKita dipertemukan oleh tragedi, diikat oleh kejamnya takdir, dan disatukan karena rasa sakit yang sama. Bisakah kita jadi pemeran utama dengan akhir happy ending? Sebelumnya cerita ini benar-benar hanya merupakan fiksi penggemar dan tidak ditulis se...