Bertemu Gema

12 3 5
                                    

"Woy Nur Lela, lo jangan sembarang pergi. Nanti pas-pasan sama Gema bisa gawat," omel Fiktor yang berjalan menyusulinya.

Sosok laki-laki yang sedang menyiram bunga itu langsung membalikkan badannya dan menatap Fiktor dan juga Selina. Tatapannya terlihat tenang bahkan laki-laki itu tampak menghela nafas pelan.

"Ini rumah orang yang kalian cari," ucapnya pelan sambil meletakkan selang air itu ke bawah.

"G-gem, Gema." Ucap Selina terbata-bata. Jantungnya berdebar dengan cepat saat melihat sosok Gema di hadapannya, nafasnya terasa sesak. Matanya langsung berkaca-kaca, ia menemukan Gema. Gema sekarang berada di hadapannya.

Bibirnya terasa kaku, lidahnya keluh. Selina tak mampu lagi untuk berbicara, sekarang ia hanya ingin menangis.

Gema menatap Selina yang masih berdiri mematung disana sambil menatapnya dengan tatapan tak percaya, Gema pun langsung membuka pagar rumah itu dan keluar dari pekarangan rumah Neneknya dan dia berdiri di hadapan Selina.

"Gemaaaaa, hiks..." Tangisnya.

Selina benar-benar menangis senggugukan di hadapan Gema, ia benar-benar merindukan cowok itu. Selina bahkan tak bisa berkata-kata lagi setelah melihat Gema, ia senang, sedih, dan juga terharu. Semua itu bercampur aduk menjadi satu.

Gema tak melakukan apa-apa di situ, ia tak memeluk Selina yang masih menangis sambil berdiri seperti anak kecil yang tidak di bolehkan makan es krim oleh ibunya. Gema malah menatap Fiktor, dari tatapannya seperti mengatakan 'ngapain kalian kesini?'

Fiktor menghela nafas pelan sambil mengusap wajahnya kasar.

"Cewek lo nangis mulu di sekolah, pulang sekolah bukannya pulang malah tetap di sekolah sampek jam lima sore. Malam-malam suka keluar sendiri buat nyari plus nungguin lo dilapangan basket tempat biasa lo main," jelas Fiktor.

Selama Gema tidak ada, ternyata Fiktor ditugaskan untuk memata-matai atau sekaligus menjaga Selina dari jauh.

Gema kembali menatap Selina dan kemudian membawa gadis yang tengah menangis itu ke dalam pelukannya. Selina benar-benar meluapkan tangisannya dalam pelukan Gema, ia bahkan memeluk Gema dengan erat.

"Gema, aku gak maksud buat datangin kamu kek gini. Aku tadinya mau lihat kamu dari jauh, aku cuman mau mastiin kalau kamu baik-baik aja. Aku minta maaf," ucap Selina beriringan dengan tangisannya.

Gema mengusap bahu Selina dengan lembut, ia berusaha menenangkan Selina. Pelukan Selina hampir membuatnya sesak sangkin eratnya tapi di satu sisi ia senang sekali, rasanya sangat nyaman saat Selina memeluknya. Gema sangat terharu dengan kedatangan gadis itu dan juga terharu karena Selina merindukannya.

"Kamu kenapa minta maaf? Tuan putrinya aku gak salah, kenapa minta maaf? Hm?" Tanya Gema dengan lembut dan menyandarkan dagunya di kepala Selina.

"Aku takut kamu gak suka kalau aku datang dengan cara kek gini, aku takut kalau kamu lagi gak mau ketemu siapa-siapa."

Selina melepaskan pelukannya dan kemudian menatap Gema dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Kemudian Selina tersenyum getir.

"Kalau mood kamu udah baik jangan lupa balas chat aku yah," ungkapnya.

Gema meraih kedua pipi Selina dan kemudian menghapus air matanya dengan ibu jarinya.

"Pasti sayang, pasti aku balas. Kamu kenapa pergi sejauh ini, hah? Kamu bolos sekolah?" Tanya Gema dengan lembut sambil memperhatikan Selina yang masih dengan seragam sekolahnya.

Selina mengangguk pelan dan Gema yang melihat itu hanya menghela nafas pelan.

"Aku takut gak ketemu kamu lagi, aku sampai datangin rumah kamu tapi kamu gak ada. Aku capek nyariin kamu, aku takut Gem. Aku takut kehilangan kamu, setidaknya waktu itu aku tahu kabar kamu tapi ini? Kabar kamu aja aku gak tahu. Kamu kek ngilang gitu aja," jelas Selina.

Last Love [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang