Selina menundukkan kepalanya, pagi itu terasa sangat membosankan baginya. Alasannya hanya karena jam pertama di hari Senin adalah pelajaran matematika dan itu adalah pelajaran yang sangat-sangat dibenci oleh Selina. Belum lagi cara menerangkan guru bidang study tersebut yang sangat membosankan dan tidak menarik, seisi kelas pun merasakan hal yang sama dengan Selina. Bisa dilihat juga bahwa suasana kelas itu hening dan hanya terdengar suara guru yang bernama Bu Nina tersebut yang terdengar karena sibuk menjelaskan.
Hanya murid-murid berprestasi yang tampak semangat dan tentunya mereka duduk dibangku paling depan, tak sedikit murid yang duduk dibangku belakang memilih untuk tidur daripada harus mendengarkan penjelasan materi yang tidak dimengerti oleh mereka.
Selina menghela nafas gusar, matanya mulai melirik kesana kemarin hingga sorot matanya tertuju pada Gema. Cowok itu tampak diam sambil memperhatikan ke papan tulis tapi pandangan cowok itu kosong, Selina bisa menebak kalau Gema juga pasti merasa bosan. Karena merasa ada yang melihatnya terus, Gema pun melirik ke arah Selina. Gadis yang bernama Selina itu tampak memanyunkan bibirnya manja, ia memberikan isyarat pada Gema kalau ia merasa bosan dan Gema hanya membalasnya dengan cara tersenyum manis dan kembali menatap ke arah papan tulis.
"Aduh, subhanallah indahnya ciptaan mu ya Allah. Senyum gitu aja ganteng banget," batin Selina.
Celsy yang duduk disamping Selina hanya menatap temannya itu dengan tatapan bingung dan kemudian ia tahu kenapa Selina selalu menghadap ke kiri terus, gadis itu tengah menatap pacarnya. Celsy tahu sekali kalau Selina ini sangat bucin, jangankan Celsy seisi kelas ini sudah paham dengan pasangan itu dan itu bukan hal yang baru lagi bagi mereka. Bagaikan tikus yang terjebak di atas lem, seperti itulah kedekatan keduanya.
"Belajar, jangan cowok mulu." Bisik Celsy yang membuat Selina terkejut. Selina sontak menatap Selina.
"Heheh jelas banget yah kelihatannya?" Tanya Selina dan dibalas anggukan oleh Celsy.
"Tapi gapapa, ngebucin itu wajar. Nikmati masa muda lo, cowok kek Gema gak datang dua kali." Bisiknya yang juga mendukung.
"Gue iri sama lo," lanjutnya dengan raut wajah sedih.
"Lah? Kenapa?" Tanya Selina penasaran.
"Lo beruntung di cintai sama Gema, gue mau balikan aja sama mantan susah banget. Dia muak banget sama gue, padahal gue—"
Celsy tak lagi melanjutkan ucapannya saat melihat Fiktor yang tiba-tiba saja lewat dari depan kelas mereka.
"Dia bahkan gak ngelirik sedikit pun ke kelas ini," batin Celsy sambil tersenyum getir.
"Cel," panggil Selina.
"Hm? Kenapa?" Tanya Celsy yang tersadar dari lamunannya.
"Lo suka yah sama Fiktor?" Tanya Selina yang keponya sudah sangat tidak bisa lagi di kontrol.
Celsy diam sambil menatap Selina, dia tersenyum sambil mengangguk pelan dan kemudian matanya berkaca-kaca. Melihat itu, Selina pun bingung. Ada apa? Apa yang terjadi? Kenapa matanya sampai berkaca-kaca? Pertanyaan itu langsung memenuhi kepalanya.
Selina menaikkan kedua alisnya.
"Gue suka banget sama dia," ucapnya dengan suara yang sangat-sangat pelan.
"Lo mau gue bantuin gak supaya bisa dekat sama Fiktor, dia anaknya baik kok cuman mulutnya emang lemes aja sih."
"Makasih Sel, gue gak pantes buat dia. Dia juga pasti gak mau sama gue," tolaknya dengan halus.
***
"Fiktor," sapa Selina sambil melambaikan tangannya saat ia dan Gema tengah menuju kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Love [On Going]
Teen FictionBagaimana rasanya ketika pacar mu tak ingat kalau kalian adalah sepasang kekasih? Dan ia tak pernah ingat apa yang telah kalian jalani. Itulah yang dirasakan oleh seorang pria bernama Gema. Ia harus menerima kenyataan kalau pacarnya yang bernama Sel...