Museums and stories

58 10 33
                                    

Suatu keberuntungan ketika kita bertemu dengan seseorang yang bisa memperlakukan kita dengan baik dan suatu anugerah ketika sosok yang di hadirkan adalah sosok yang sangat di idamkan. Gema tersenyum tipis saat menyelesaikan sebuah lukisan yang ia lukis di kanfas berukuran kecil dan sosok yang di lukis adalah Selina. Gema memang anak yang berbakat, selain bisa main basket ia juga jago melukis.

"Selesai," gumam Gema sambil membawa lukisan kecil itu ke meja belajarnya.

***

"Nagih uang mulu kerjaan ketua kelas lo," bisik Fiktor. G

Gema tertawa mendengarnya apalagi diujung sana tampak Bima dan Miwa tengah mencegat dua biang kerok kelas mereka yang susah untuk membayar iuran kelas.

"Dia emang gitu, tapi aslinya baik kok."

"Gue capek banget lihat dia dimana-mana, kerjaannya cuman nagih terus kek gak ada kerjaan lain apa." Keluh Fiktor sambil menonton adegan dimana Bima dan Miwa mencegat dua orang tersebut sambil menggelengkan kepalanya.

Gema dan Fiktor pun kemudian melanjutkan perjalanan mereka menuju lapangan basket untuk bertemu dengan Lexter dan tim basket lainnya. Beruntung semalam itu timnya Gema menang dan hari ini mereka juga harus kumpul untuk membicarakan rencana selanjutnya.

Keduanya bisa melihat dengan jelas kalau anak-anak tim basket lainnya sudah berkumpul di sudut lapangan tepatnya di bawah pohon besar, mereka tampak sedang berbicara serius. Gema dan Fiktor pun mempercepat langkahnya agar cepat sampai kesana karena merasa tidak enak dengan yang lainnya sudah menunggu lama.

"Gem, hari ini lo masih bisa gabung sama kita'kan?" Tanya Lexter.

Inilah hal yang Gema tidak sukai dari basket, harus main lagi jika menang. Cowok itu tampak tidak bersemangat untuk lanjut ke babak berikutnya, ia juga tidak begitu menekuni dan obsesi akan basket. Baginya, ia hanya bermain jika suasana hatinya baik.

Gema tampak diam beberapa detik sebelum menjawab ucapan Lexter barusan dan kemudian melirik Fiktor, Gema tersenyum tipis.

"Sorry banget nih Lex, bukannya gue gak mau. Gue udah ada janji sama Selina tapi Fiktor bisa kok gantiin gue, iyakan Fik? Dia juga free hari ini," jawab Gema bersemangat dan dia berhasil menjadikan Fiktor sebagai tumbal.

Lexter menatap Fiktor yang berdiri disampingnya Gema dan kemudian cowok yang bernama Fiktor itu melirik Gema dengan tatapan kesal.

"Sialan si Gema, malah bawa-bawa gue lagi. Tau gini mending gue nolak pas dia nyuruh nemani ke sini," batin Fiktor.

"Gimana Fik? Lo mau, kan?" Tanya Lexter pada Fiktor.

"Mau nolak tapi gue gak enakan lagi, sialan si Gema."

"Yaudah deh gue ikut," jawab Fiktor pasrah.

Lexter menghela nafas panjang, setidaknya mereka tidak kekurangan member untuk ke babak selanjutnya.

"Kita kumpul pulang sekolah, jangan lupa." Kata Lexter sambil menatap Fiktor dan kemudian beralih menatap yang lainnya.

Setelah selesai diskusi, mereka pun bubar dan Fiktor langsung menatap Gema dengan tatapan kesal.

"Nyesal gue nemani lo," gumam Fiktor.

Last Love [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang