Senja dan ceritanya

30 3 3
                                    

Setelah bertahan selama seminggu di Bogor, akhirnya Gema dan Kakaknya memutuskan untuk pulang ke Jakarta. Mereka juga tidak mungkin terlalu lama di Bogor apalagi Gema harus masuk sekolah dan mengikuti pembelajaran dan Azka juga harus masuk kuliah, sudah seminggu ia dan adiknya membolos.

Mereka pulang berdua tentunya, tak ada lagi yang menyambut kehadiran mereka di rumah. Rumah itu tak berpenghuni, semua barang-barang yang ada dirumah itu masih tersusun rapi dan juga masih lengkap. Hanya saja penghuni rumah aslinya sudah berpencar dan hanya menyisakan dua anak dari penghuni itu yang akan menempati rumah itu.

Azka merangkul adik satu-satunya itu, Gema adalah anak paling kecil dan dia yang paling dekat dengan Mamanya dan paling dimanja tentunya dan Azka adalah anak tertua yang harus bertanggung jawab atas semua ini dan bertanggung jawab atas adiknya. Bisa di bilang yang paling terpukul disini adalah Gema, dia anak paling kecil yang sangat-sangat membutuhkan peran orang tua di masa-masa ini tapi sayangnya rencana Tuhan untuk keluarga mereka tidak seperti itu.

"Gue bakalan pulang dan gak akan keliaran kek dulu lagi," ucap Azka.

Gema melirik Kakaknya sekilas.

"Apa kita jadi anak angkatnya Kylie Jenner aja yah?"

Di situasi seperti ini, Gema masih bisa bercanda untuk menghibur dirinya dan juga Kakaknya.

"Goblok, gak akan gue jadiin emak tuh dia. Gue nikahin yang ada," balas Azka sambil tertawa.

"Kata Papa kita gak pakai ART lagi," ucap Gema sambil berjalan ke arah dapur.

"Kok gitu?" Tanya Azka sambil mengikuti langkahnya Gema.

"Gak tahu, yang gaji ART selama ini kan bukan Papa tapi Mama. Dari awal Papa gak pernah mau ada ART dirumah tapi Mama maksa dan sekarang kita juga harus ngerjain pekerjaan rumah," jelas Gema.

Azka paling malas dalam hal membersihkan rumah terutama menyapu dan mengepel, dia paling tidak suka mengerjakan pekerjaan seperti itu. Kalau di suruh milih, cowok itu akan memilih untuk memasak di dapur selama berjam-jam daripada harus membereskan pekerjaan rumah seperti itu.

"Gak, gak, gak. Gue gak bisa, kita tetap sewa ART. Gue gak mau ribet," tepis Azka. Ia bahkan tak mau membayangkan jika ia harus sampai mengepel.

"Yang gaji siapa? Emang yakin mampu buat gaji ART?"

Gema menghela nafas gusar, cowok itu pun duduk di bangku dekat meja bar.

"Gini aja, kita bagi tugas. Kak Azka yang masak, mulai dari sarapan pagi, siang keknya kita bisa beli aja, terus masak buat makan malam. Yang beres-beres rumah kerjaan gue, kalau cuci piring tetap kakak yang ngerjain."

"Yaudah deh terserah," jawab Azka pasrah setidaknya ia tidak menyapu.

***

"Hari ini mau lihat sunset gak?" Tanya Gema pada Selina.

Selina yang tadinya sedang mencatat langsung menghentikan aktifitasnya.

"Mau! Kita'kan harus lihat sunset tiap sore, sambil apa?"

"Sambil dengerin lagu Cigarettes after sex," jawab Gema.

"You'r lips my lips," nyanyinya.

"Apocalypse," lanjut Gema yang melanjutkan potongan lagu itu sambil mendekatkan wajahnya pada Selina.

Gema terus menatap mata itu, mata indah milik Selina dan pupil matanya Selina akan melebar setiap kali Gema berada di hadapannya. Puas memandangi mata milik Selina, Gema malah beralih mengecup pipi gadis itu dengan singkat dan tertawa kecil.

Last Love [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang