Vijendra merasa senang menghabiskan waktu bersama Kanaya. Semenjak pengungkapan perasaan kemarin, ia lebih sering mampir ke tim ahli gizi. Tak hanya itu saja, untuk pertama kalinya ia mentraktir semua karyawan di kantin.
Merasa senang cintanya diterima oleh Kanaya. Vijendra memutuskan pernikahan bersama Arawinda, ia jujur kepada kedua orang tuanya. Bahwa bukan Arawinda yang ia mau, bahkan kalaupun dipaksakan. Pasti tidak akan berjalan dengan baik, hanya akan menyisikan luka saja. Maka dari itu, Vijendra membatalkan pernikahan tersebut.
"Seneng banget lo," cibir Adam, mulai merasa muak melihat wajah Vijendra senyam-senyum pada saat awal rapat serta akhir rapat.
"Senyum 'kan sebagian dari ibadah. Wajar dong, sebagai Bos yang baik, harus banyak senyum," dalih Vijendra membusungkan dada penuh percaya diri.
Adam memutar mata ke arah lain, raut wajah berubah menjadi mual melihat kepercayaan diri Vijendra naik berkali-kali lipat. Sebenernya Adam tahu kenapa laki-laki itu tampak begitu bahagia. Beda memang kalau orang yang kasmaran.
"Pertemuan dengan klien Jepang di handle sama gue atau lo sendiri yang terbang ke sana?" Adam mengalihkan topik pembicaraan setelah melihat jadwal rapat kembali dengan klien dari Jepang, membicarakan kontrak produksi makanan kaleng kolaborasi dengan Jepang.
"Sama lo aja, Dam. Gue sibuk handle perusahaan cabang, soalnya ikan kalengan yang harusnya produksi bulan sekarang banyak yang busuk."
Adam mengangguk mengiakan, memang pada saat rapat tadi mereka membahas soal perusahaan cabang yang sedang bermasalah dalam pembusukan ikan kaleng. Pasti penyebab dari pembusukan tersebut salahnya perhitungan data organoleptik, juga terjadinya pembusukan dalam penangkapan ikannya.
Ketukan pintu ruang rapat, membuat kedua laki-laki dalam ruangan tersebut saling mendongak dan menatap. Lalu menyahuti, menyuruh orang dibalik pintu tersebut untuk masuk.
Pintu terbuka, memperlihatkan Kanaya beserta Imelda memasuki ruang rapat bersamaan dengan map merah yang berisikan data-data dari pembusukan ikan kaleng dari perusahaan cabang.
"Ini hasil data uji organeleptik yang sudah kami ujikan, Pak. Datanya menunjukan hasil, mengapa ikan tersebut mengalami pembusukan," ucap Imelda menyerabkan map tersebut kepada Vijendra.
Vijendra menerima, melihat sebentar data yang tersaji dalam kertas itu. Tak hanya uji organeleptik saja, data-data yang menunjukkan keakuratan dan kelayakan dari produksi ikan tersebut, tertata rapi per kalimat dalam dokumen yang sedang dibaca oleh Vijendra.
"Terima kasih atas kerja, Bu Imel," puji Vijendra.
Imelda mengangguk mengiakan, setelahnya pamit untuk kembali ke ruangannya. Namun, Vijendra menyuruh Kanaya untuk tetap berada di ruang rapat.
"Nay, mau temani aku bertemu klien?" Vijendra menawari diri, hitung-hitung jalan-jalan bersama Kanaya nantinya.
Kanaya terkejut sejenak, menatap sebentar ke arah Adam yang juga ikut menatap dengan bingung. Ingin menolak pun sungkan, terlebih ajakan tersebut, merupakan ajakan berbisnis. Mau tidak mau, Kanaya menganggukan kepala dengan pelan.
"Bagus. Ayo!"
Belum juga menjawab, Vijendra sudah lebih dulu meraih tangan Kanaya. Mengenggam erat sambil menariknya melangkah lebar meninggalkan ruang rapat. Adam yang melihat hal tersebut mendengkus kasar.
"Dasar bucin!"
***
Amarah Arawinda meluap-luap, melihat sejoli di depan sana tengah bermesraan sambil tertawa tanpa beban. Seolah-olah mereka tengah menertawakan dirinya yang sedang galau ditolak kembali oleh Vijendra.
![](https://img.wattpad.com/cover/343074490-288-k644887.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu yang Salah✔️ TERSEDIA DI GOOGLE PLAYBOOK
Romance"Aku melepaskanmu bukan berarti aku berhenti mencintaimu, Vijendra!" - Kanaya Arayshi. *** Berpisah selama lima tahun dengan orang yang dicintai, membuat Vijendra mengingat kembali masa-masa putih abu yang terasa menyenangkan sekaligus menyakitkan...