Di sini ada yang rindu Babang Galih Kaileen?Bab ini akan mengobati rasa rindu kalian.
So here we go....
***
Sudah tiba masanya Jennie harus mengahadapi masalahnya, ia tidak bisa terus menerus lari atau bersembunyi. Waktu terus bergulir, hidupnya sudah seharusnya berjalan. Seragam baru yang masih terbungkus plastik ia pegang erat-erat. Begitu kuat rasa trauma yang membuatnya ketakutan.
Jennie tidak mau sekolah. Ia benci kembali ke sarang iblis itu.
Ia takut akan bertemu dengan mawar and the genk lagi, takut kejadian yang sama akan menimpa dirinya.
Pintu kamar terbuka, Tanu masuk sembari membawa sebungkus roti. Pria itu bingung mengapa Jennie tidak juga bersiap-siap.
"Kenapa belum ganti baju?"
"Mas sendiri kenapa main nyelonong masuk aja? Mau ngintip ya?" sahut Jennie tidak mengindahkan pertanyaan Tanu.
"Ck. Kamu kembali ke settingan default. Judesnya keluar." Tanu lalu memasukkan roti tersebut ke dalam tas Jennie beserta sekotak susu cair dan dua Snack. "Biar kamu nggak perlu ke kantin, di kelas aja kalau istirahat. Kalau mau ke kamar mandi, ajak temanmu. Hindari tempat sepi, sebisa mungkin di keramaian. Mungkin teman-teman perundung mu itu masiu akan mengusik, tapi tidak akan melakukan hal berlebihan. Terlebih kamu bisa punya saksi jika dia melakukannya di tempat ramai."
"Boleh nggak hari ini absen lagi, Mas?" kata Jennie ketika keberaniannya menciut.
"Nggak. Kamu harus berani, Jenn. Hadapi mereka. Kalau ada apa-apa telepon saja aku. Dua puluh empat jam siap membantu," kata Tanu menarik resleting tas.
"Tidak bisa kabur lagi ternyata," lirih Jennie meringis. Ia mengambil seragam baru itu dan pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaian.
***
Tanu mengantarkan Jennie ke sekolah. Seminggu lebih tidak masuk, tidak ada perubahan yang nyata. Semua masih berjalan sebagaimana biasanya.
"Ingat, Jenn. Hindari tempat sepi, selalu berada di keramaian." Itu nasehat Tanu sebelum Jennie keluar dari mobil.
Hiruk pikuk siswa siswi yang baru datang ke sekolah, juga suara tawa beberapa kelompok siswa yang bergosip di depan kelas.
Sepanjang perjalanan menyusuri koridor napas Jennie rasanya sesak. Ia bahkan tidak berani memandang ke depan, sambil menunduk ia berusaha untuk berjalan cepat menuju kelasnya.
Cara berjalannya yang sambil menunduk membuat ia tidak sadar di depannya ada seseorang berhenti, alhasil ia menabrak dada bidang orang itu.
"Ah, maaf-maaf," ujar Jennie, masih menunduk dan setelahnya ingin segera kabur ke kelas yang tinggal tiga meter lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jennie dan Mas Tetangga
RomanceBercerita tentang Li Jennie, seorang gadis biasa yang dikenal polos dan cupu. Tetapi sangat binal bila sendirian di kamar, memuaskan hasrat birahi dengan membayangkan laki-laki tampan sebagai fantasi. Rahasianya tersimpan baik hingga Tanu Reza datan...