[11] Bully

52.1K 380 11
                                    

Tanu tetap bersikeras untuk mengantarkan Jennie ke sekolah. Pagi-pagi betul mobil berwarna midnight silver metallic dari merek kenamaan Tesla model Y performance sudah nangkring di parkiran rumah Jennie.

Jennie baru selesai mandi saat mendengar klakson mobil itu, ia buru-buru keluar. Masih dengan handuk melilit tubuhnya, ia mengamati Tanu. Matanya menyensor dari atas hingga bawah. Penampilannya sederhana, hanya dengan kaos putih polos, celana jeans pendek, dan sepatu air Jordan putih, ia keluar sambil memainkan ponsel iphone-nya.

Ini seperti gaya pria kaya yang sering Jennie lihat di sosial media. Kemana saja Jennie selama ini, kenapa tidak menyadari bahwa Tanu memiliki pesona mahal, melihat merek mobilnya saja membuat nyali Jennie ciut.

Ia juga yakin kaos biasa itu harganya pasti tidak biasa. Ah, dua hari ini matanya buta apa? Kenapa ia baru sadar Tanu Reza adalah pria tampan kaya raya.

"Jam segini baru mandi?" kata Tanu melihat penampilan Jennie. Tangannya menyimpan ponsel dalam saku. "Pakai baju dulu, kamu mau pamer body ke orang-orang yang lewat?"

"Hah?" Jennie celingak-celinguk melihat ke sekitar. Beberapa mobil dan motor lewat sesekali. Ia lalu melihat tubuhnya yang hanya berbalut handuk. "Lah?" Jennie langsung berlari masuk ke kamarnya.

Saat keluar, ia sudah rapi dengan seragam kebesarannya. Wangi parfum mawar menguar bercampur cologne dengan bau serupa, membuat aromanya menguar menusuk hidung.

"Mas Tanu ngapain sih?"

Jennie kembali menjadi Jennie, ia anti bersikap lembut pada Tanu. Muka judesnya sudah terpasang di wajah, sambil menenteng tas sekolah ia duduk di meja makan yang tidak berisi.

"Semalam aku sudah bilang, aku yang akan mengantar kamu ke sekolah," jawab Tanu. Ia menatap penampilan Jennie melihat ada kejanggalan di sana.

"Lehermu," katanya lalu menujuk ke leher kanan gadis itu. "Bekas cupangnya terlihat jelas. Bangsat emang cowokmu itu, mainnya sejelas itu. Dia mau mempermalukan kamu?"

Jennie menyentuh bagian yang di tunjuk, lalu ia kembali berlari ke kamar. Ia berdiri di depan cermin mengamati corak merah keunguan yang dimaksud.

"Benar, jelas sekali. Astaga untung belum sampai di sekolah, gimana cara nutupnya ya?" Jennie lalu beralih ke lemari, mencari sesuatu yang bisa digunakan. Secarik syal rajut menarik perhatiannya. Ia lalu memakainya.

"Begini saja. Nanti aku pura-pura sakit kalau ditanya kenapa pakai ini."

Ia kembali keluar kamar dengan penampilan baru.

"Putuskan saja bedebah itu, atau kamu akan semakin repot setiap harinya." Pungkas Tanu kemudian menarik Jennie keluar rumah. Ia lalu mengunci rumh itu layaknya rumah sendiri, Jennie sampai terkaget-kaget dari mana ia bisa memiliki kunci itu.

"Ibu kamu yang ngasih. Kita sarapan dulu ya."

Tanu membukakan pintu untuk Jennie, tindakan sederhana yang membuat Jennie diam-diam terkesima.

"Mas Tanu enggak ada kerjaan lain apa? Kok punya waktu ngurusin Jennie?" tanya Jennie di perjalanan.

"Uang aku udah banyak."

Jawaban itu sukses membuat Jennie berdecak kagum. Ia percaya karena mobil dan penampilan Tanu sudah membuktikannya.

***

Sialan si Tanuuu

Jennie berlari kencang menyusuri koridor, ia hampir terlambat. Ini semua karena menuruti perintah Tanu untuk sarapan. Tetapi ia tidak pernah menduga bahwa mereka akan sarapan di sebuah restoran yang jaraknya sangat jauh.

Jennie dan Mas Tetangga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang