Tanu menceritakan mengenai adiknya bernama Ayi, seorang gadis yang lebih muda satu tahun dibandingkan Jennie. Bila Jennie berumur tujuh belas tahun, maka Ayi adalah remaja enam belas tahun.
Sayang sekali umurnya berhenti di angka enam belas saja, kurang lebih dua bulan yang lalu, Ayi meninggal karena bunuh diri. Setelah diselidiki lebih dalam, alasannya karena Ayi di-bully di sekolah. Persis seperti Jennie. Membahas tentang perundungan, Jennie mengingat kembali bagaimana kejamnya Mawar dan dua temannya merenggut perawan Jennie dengan sapu.
Ia masih mengingat betapa sakit dan terluka hati juga kemaluannya saat dijejali batang sapu ke miliknya. Benda itu kering dan kesat, tanpa aba-aba menusuk celahnya menerobos masuk hingga ke dalam hingga selaput darahnya sobek.
Jennie mengusap air mata yang mulai membasahi wajahnya, dalam pelukannya Tanu sudah mulai membaik. Ia tidak mau semakin membuat suasana kelam.
Jennie jarang sekali melihat laki-laki menangis, kebanyakan dari mereka gengsi untuk melakukannya. Jadi kalau mereka menangis di hadapan kalian, itu berarti rasa sakit di hatinya itu sangat besar dan tidak bisa mereka tutupi lagi.
Jika saja Tanu tidak ada di sisinya. Membela dan membantu Jennie, mungkin ia juga akan mengambil tindakan yang sama seperti Ayi. Daripada terus hidup dalam penderitaan, mendingan langsung mati saja.
Ia punya Tanu. Pria itu mencintainya dan selalu melindungi dirinya.
Everything will be ok, as long as I'm with you.
***
Mereka bangun kesiangan, saat matahari sudah bersinar terik di atas langit. Cahaya menyilaukan menembus celah-celah kecil dari gorden, membuat dua insan yang tengah tidur berpelukan itu terusik, si perempuan lebih dulu membuka mata. Lengannya keram karena semalaman melingkar pada tubuh besar di depannya.
Ia mengucek mata dan duduk. Kesadaran terkumpul semua melihat tubuhnya dalam keadaan polos, ia melirik Tanu di samping yang memiliki keadaan sama, ia tersenyum mengingat kejadian tadi malam.
Menyenangkan sekaligus mengharukan.
Tanu bergerak, wajah kusut banget itu itu tampak lucu di mata Jennie. Jari jemari Jenni mengayun jatuh di atas kepala Tanu, mengusap rambut Tanu yang sedikit gondrong.
"Kita kesiangan. Aku bolos sekolah," ungkap Jennie.
Tanu langsung bangkit duduk, I menoleh ke samping dan melihat sebuah jam digital di nakas. Pukul sembilan pagi.
"Astaga, Maaf Jenn."
Jennie mendekat dan mengecup pipi Tanu, "Tidak apa-apa mas. Nanti Jennie kirim pesan sama Pak Budi, izin untuk nggak sekolah."
Melihat tingkah Jennie yang begitu berbeda, Tanu mengerenyitkan keningnya. "Ada apa, kok tumben kamu nggak marah-marah?"
Jennie turun dari ranjang, "Hmm. Emang biasanya Jennie marah-marah?"
"Iya. Kamu tuh selalu judes dan pasti selalu salahin aku," jawab Tanu. Matanya kini menatap lekat tubuh telanjang Jennie yang kini berdiri di sana tanpa malu-malu.
"Itu dulu." Jennie memutar tubuh, membuat Tanu bisa melihat bagian depannya dengan jelas. "Waktu kita belum pacaran, sama orang asing emang harus waspada."
"Kamu sedang menggoda aku ya, Jenn?" kata Tanu, melihat kemolekan tubuh Jennie.
"Aku cuma mau mandi."
"Ikut."
Selama ia hidup tidak pernah terpikirkan di kepalanya akan mandi bersama orang lain. Jennie sendiri sudah bisa mandi sendiri sejak usia enam tahun, selanjutnya ia selalu melakukannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jennie dan Mas Tetangga
RomansaBercerita tentang Li Jennie, seorang gadis biasa yang dikenal polos dan cupu. Tetapi sangat binal bila sendirian di kamar, memuaskan hasrat birahi dengan membayangkan laki-laki tampan sebagai fantasi. Rahasianya tersimpan baik hingga Tanu Reza datan...