[19] Putusin aja, ya.

36.6K 315 7
                                    

TanuJennie❤️❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TanuJennie❤️❤️

***

Jennie kesal ketika kehilangan kontrol atas tubuhnya, ia benci bagaimana pikiran dan hatinya tidak bekerja sejalan. Rasanya sangat aneh. Ia marah sekali pada Tanu, tetapi saat lengan kokoh itu menariknya, mendekap tubuhnya dalam pelukan. Rasanya menenangkan. Jennie tidak bisa menghindar.

Namun begitu, air matanya terus berjatuhan. Sesak sekali dadanya bagaikan ada batu besar yang menindih, hatinya sakit seperti sebuah luka besar yang disiram air garam.

Jika sekalipun ia benar-benar murahan, rasanya tak pntas ia dihina serendah itu. Seolah dirinya tidak memiliki arti, ia telah melakukan sebuah dosa yang besar, caci maki pantas ia dapatkan.

"Maaf, ya, Jenn. Aku kelewatan, maafin aku," ujar Tanu sembari mengusap punggungnya.

Hangat tangan kokoh itu bagaikan obat, perlahan ia membuatnya merasa baikan. Permintaan maafnya menutupi lukanya, membuat Jennie lupa bahwa pembuatnya adalah Tanu sendiri.

Ia memang lemah. Lemah sekali.

Diperlakukan seperti ini saja ia sudah luluh. Marahnya menguap hilang entah kemana.

Mungkin benar tentang dirinya yang murahan. Lihat saja bagaimana sekarang Tanu memutar balikkan situasi. Ia memisahkan tubuh mereka, seperti sudah menjadi kebiasaan, jemari menghapus aliran air mata Jennie.

"Berhenti nangis, ya. Aku minta maaf. Oke, aku akan diam. Kita pulang sama."

Tanu membawa Jennie kembali ke dalam mobil. Menepati janjinya, sepanjang jalan pulang Tanu diam-diam saja. Bahkan saat sudah sampai, ia membiarkan Jennie keluar tanpa mengejar, memberikan Jennie mendapatkan waktu untuk sendiri.

Alasan lainnya kenapa Tanu tidak mengikuti Jennie adalah kehadiran sebuah mobil di depan rumahnya. Dari merek dan kilaunya, mobil mahal itu pasti milik salah satu keluarganya.

"Siapa lagi kali ini?" tanya Tanu memasuki pekarangan rumahnya yang tuh hari sudah ia tinggalkan karena ia menginap di rumah Jennie.

Kehadiran Vanessa dua Minggu lalu dengan kabar super mengejutkan, menyadarkan Tanu bahwa ia tidak bisa kabur dari keluarganya.

Sampai di dalam rumah, seorang wanita paruh baya dengan kaca mata hitam membingkai wajahnya juga baju gelamor yang menyelimuti tubuh, tangannya dipenuhi perhiasan.

"Sudah selesai bermain-mainnya?" tanya si wanita melihat kehadiran Tanu.

"Apa gerangan ibu Hanum Kartika Ningrum datang ke rumah kumuh saya?" Tanu masih berdiri di depan pintu.

Jennie dan Mas Tetangga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang