BAB 18 ~ Amarah

2K 56 7
                                    

Di ruang kerja yang tenang, Aksa duduk di kursi, terbenam dalam tumpukan berkas yang menuntut perhatiannya. Cahaya remang-remang dari lampu memancar lembut, menciptakan atmosfer yang hampir meditatif di sekitarnya.

Sambil memeriksa dan menandatangani dokumen-dokumen penting, ponsel Aksa tiba-tiba berdering, memotong kedamaian ruangan. Aksa mengambil ponselnya dan melihat nama yang tertera di layar, Henry. Tanpa ragu, dia menjawab panggilan tersebut dengan suara penuh perhatian.

"Halo, Henry. Ada apa?" tanya Aksa, suaranya menunjukkan rasa ingin tahu yang mendalam.

Henry menjawab dengan serius, memberi isyarat akan kepentingan dari panggilannya. "Aksa, bisakah kau datang ke kampus? Ada urusan penting yang perlu kita bicarakan."

Terdengar pertanyaan itu, Aksa tidak bisa menahan kebingungannya. "Tentang apa?" tanyanya lagi, mencoba untuk memahami urgensi dari pertemuan tersebut.

Henry terdiam sejenak sebelum menjawab, "Ara."

Walaupun Aksa mencoba untuk menunjukkan ketegasannya. "Aku sudah tidak memiliki hubungan apapun lagi dengannya, jadi mulai sekarang kau tak perlu memberikan informasi apapun tentang wanita itu selama di kampus."

"Ini informasi terakhir. Dan aku yakin informasi terakhir ini sangat penting untukmu, maka dari itu kita perlu membicarakannya. Bagaimana?" Henry menambahkan, menekankan pentingnya dari perbincangan itu.

Aksa merenung sejenak, mencoba untuk memproses semua yang telah dikatakan. Henry memberinya sedikit waktu, tapi tetap menegaskan urgensi dari keputusannya. "Jangan terlalu lama berpikir, aku tidak ingin membuang waktu berhargaku."

Akhirnya, Aksa mengambil keputusan. "Baik, aku akan segera datang setelah menyelesaikan beberapa berkas yang tersisa," jawabnya akhirnya, menerima tawaran Henry untuk bertemu.

Setelah menandatangani dokumen terakhirnya, Aksa merasa lega namun juga tertantang dengan keingintahuan yang muncul. Dia memutuskan untuk meminta bantuan Jason, asisten kerjanya yang setia, untuk mengantarkannya ke kampus. Bersama Jason, Aksa memulai perjalanan menuju kampus dengan pikiran yang dipenuhi tanda tanya tentang alasan penting yang harus dibicarakan dengan Henry.

Di dalam mobil, suasana hening memenuhi ruang, memungkinkan Aksa untuk merenung dalam diam. Pria itu mencoba memecahkan teka-teki tentang apa yang mungkin menjadi isu penting yang berkaitan dengan wanita itu.

Meskipun Aksa dan Henry merupakan teman, hubungan mereka terutama terjalin dalam konteks pekerjaan, hanya saling menghubungi ketika ada sesuatu yang dianggap penting.

Tiba di kampus, Aksa meminta Jason untuk tetap di dalam mobil sementara dia akan menemui Henry. Saat Aksa memasuki area kampus, dia merasa ada suasana yang agak berbeda dari biasanya. Bisikan-bisikan dan suara desas-desus para mahasiswa yang sedang bergosip terdengar samar-samar di udara.

Kata-kata negatif dan gosip tentang seorang mahasiswi yang diketahui tengah hamil di luar pernikahan dan diduga terlibat dalam hubungan dengan seorang pria, terlontar di antara percakapan mereka.

Meskipun diselimuti oleh suasana gosip yang tak menyenangkan, Aksa memilih untuk tetap fokus pada tujuannya. Dia menyadari bahwa kebenaran sering kali tersembunyi di balik kabut rumor dan prasangka yang tak berdasar.

Dengan tekad yang bulat, Aksa memilih untuk tidak terpengaruh oleh gosip-gosip tersebut, melangkah maju dengan hati yang teguh menuju ruangan Henry. Baginya, penting untuk mendekati situasi dengan pikiran yang terbuka dan berusaha mencari kebenaran di balik semua itu.

Saat Aksa memasuki ruangan Henry, dia menyadari bahwa pria itu tidak berada di dalamnya. Namun, pengalaman yang cukup sering membuat Aksa mengasumsikan bahwa Henry mungkin hanya keluar sebentar, seperti yang biasa terjadi. Tanpa izin, Aksa memilih untuk duduk di salah satu kursi yang tersedia di ruangan, tepat di depan meja kerja Henry. Sambil menunggu Henry kembali, Aksa tidak bisa menahan diri untuk tidak memperhatikan ruangan kerja yang sangat rapi dan terorganisir dengan baik, sesuai dengan sifat penataan dan disiplin seorang dosen.

LimerenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang