.
.
.Di depan cermin kamar mandi, Kalya mencoba menutupi bercak keunguan di lehernya menggunakan alas bedak yang selalu ada di dalam tasnya karena itu membantunya mempercantik diri, tapi sepertinya fungsi alas bedak kali ini berbeda. Alih-alih dipoles ke wajah, Kalya berusaha menutupi kecerobohan yang dirinya dan Jerry buat di dapur beberapa menit lalu. Benar, Kalya menyebutnya kecerobohan karena dia baru ingat setelah melakukannya jika akan ada Aya dan Ansha yang segera pulang untuk makan malam bersama. Kalya tentu saja tidak akan membiarkan kedua gadis itu melihat kondisi lehernya yang tak wajar. Tangan Kalya yang semula sibuk meratakan alas bedak, mendadak berhenti saat dirinya tiba-tiba teringat peristiwa di dapur tadi. Tangan besar Jerry yang mengunci pinganggnya sementara bibir lelaki itu sibuk dengan hal lain, lalu tangan Kalya yang mencoba meraih rambut Jerry dan meremasnya. Pipi Kalya menghangat. Ini bukan pertama kali baginya melakukan hal seperti itu, bersama Tama dia sudah pernah. Hanya saja sensasinya berbeda.
Jerry, kekasih barunya benar-benar tahu cara memperlakukan wanita. Penuh kehati-hatian dan tidak terburu-buru. Tidak seperti Tama yang ingin menikmatinya sendiri, tak perduli dengan Kalya yang protes kesakitan karena lehernya terluka.
“Kal, anak-anak udah pulang.” Suara ketukan pintu bersamaan dengan suara Jerry menyadarkan Kalya. Dia bergegas membenahi penampilannya. Dirasa siap, Kalya baru keluar. Jerry meringis. “Sorry, aku juga lupa bakal ada anak-anak. Aku kebawa suasana.”
“Gak usah minta maaf Mas. Kamu pikir ini kecerobohan kamu sendiri? Untung masakannya udah pada mateng.”
Jerry tersenyum. Dia meraih tangan Kalya untuk digenggam. “Yuk, anak-anak udah di meja makan. Baru banget dateng.”
Kalya menarik tangannya dari Jerry, membuat lelaki itu memandang heran. “Aku gak enak sama anak-anak.” Hubungannya dan Jerry masih terbilang baru, Kalya juga belum sangat dekat dengan Aya dan Ansha, dia tidak mau membuat kedua gadis itu tidak nyaman dengan melihatnya dan Jerry berpegangan tangan.
Jerry mengangguk paham. Keduanya jalan beriringan ke meja makan, tempat Aya dan Ansha menunggu.
“Mbak, kata Papa semua ini dimasak sama Mbak Kalya.” Ansha nampak bersemangat. “Mana ada dimsum juga, Mbak tau aja kesukaan aku.”
Kalya tersenyum. Ansha memang gadis yang ceria, melihat wajah gadis itu saja membuat Kalya ikut senang. “Iya, Papamu juga ikut bantu.”
“Bantu recokin.” Jerry menimpali. Dia menarik kursi dan menyuruh Kalya duduk. “Mbak Kalya juga khusus buatin aglio olio yang pedes buat Papa, sama Aya, dan yang gak pedes buat Ansha.”
“Cobain deh, tapi kalau rasanya kurang enak aku minta maaf. Soalnya aku juga baru beberapa kali buat ini.”
Jerry dan Ansha mulai makan. Keduanya kompak memuji masakan Kalya yang menurut mereka enak. Kalya jelas puas dan merasa senang karena hasil masakannya disukai. Tetapi saat dia melihat ke piring Aya yang masih utuh dan gadis tersebut tidak menyentuh makanannya, mengundang rasa penasaran Kalya. “Aya gak mau cobain makanannya?”
“Kenyang.” Aya berdiri dari kursinya.
“Mau ke mana Sayang?” Jerry bertanya.
“Kamar.” Aya kemudian meninggalkan ruang makan.
Hening tercipta. Kalya merasa ada yang tidak benar di sini.
Ansha berdehem. “Mbak.” Kalya menoleh, memusatkan perhatiannya pada bungsu Jerry. “Papa udah ngomong soal hubungannya sama Mbak Kalya. Aku happy dengernya, soalnya Mbak Kalya baik, pinter, cantik lagi, cocok sama Papa. Aku juga gak keberatan kalau hubungan Mbak sama Papa nantinya berlanjut ke arah yang lebih serius.”
Kalya tersenyum. “Makasih ya Sha udah sambut aku dengan baik. Sekarang ini aku sama Papa kamu masih berusaha saling mengenal. Aku juga mau lebih kenal sama kamu dan Aya.”
“Mbak tanya aja yang pingin Mbak tau, pasti aku jawab. Aku juga mau lebih kenal sama Mbak Kalya. Tapi boleh gak sih Mbak panggilan aku ke Mbak Kalya berubah? Biar kita makin ikrib.”
Jerry terkekeh. “Ikrib ikrib, bahasamu wes macem-macem.”
“Ini namanya gaul Pa, jangan norak ah.”
Kalya ikut terkekeh. “Emang kamu mau panggil aku apa?”
“Mama dong, Mama Kalya. Boleh gak? Tapi kalau Mbak keberatan gak usah.”
“Boleh boleh, Papa setuju.”
Kalya menendang kaki Jerry pelan di kolong meja. “Mas...”
“Gak boleh ya?” Ansha cemberut.
“Eh eum boleh, terserah kamu Sha.” Kalya menyetujui.
“Cie Mama Kalya.” Jerry menggoda sang kekasih, membuat Kalya harus menahan malu. Dia belum terbiasa dengan panggilan itu, dan harus segera terbiasa. “Iku mateng lho Kal mukamu.” Jerry tergelak melihat wajah Kalya yang memerah.
“Papa stop deh godain Mama gitu.” Berniat menolong Kalya, ucapan Ansha justru membuat Kalya semakin malu.
“Mas Jerry, Sha, udah ya.”
Jerry dan Ansha bertos ria. Puas sekali mereka berhasil menggoda Kalya. “Udah Ma, tenang aja. Aku dukung Mama Kalya dan Papa bersatu. Soal Mbak Aya yang dingin kayak es batu itu gak usah dipikirin, dia emang begitu.”
Jerry mengangguk menyetujui. “Maafin Aya yang kesannya cuek. Aku yakin, dia gak ada maksud apa-apa ke kamu.” Untuk saat ini Kalya hanya bisa mengiyakan pernyataan Jerry dan Ansha mengenai Aya. Sekalipun benar jika sikap yang Aya tunjukkan hari ini adalah bentuk ketidaksetujuannya atas hubungan Kalya dan Jerry, Kalya mencoba memaklumi.
⭐️
“Udah berbuat sejauh mana lo sama Jerry?” Clara bertanya dengan tangan yang sibuk mencuci rambut Kalya di kursi keramas.
“Pertanyaan lo kayak gue cewek gak bener aja.”
“Lah emang iya.”
Kalya mendengkus.
“Kal yang lo pacarin sekarang tuh duda ya, udah banyak pengalamannya. Cara pacaran dia juga pasti beda sama Tama.”
“Kalau soal beda jelas beda. Dulu waktu sama Tama apa-apa gue yang bayarin, kalau sama Jerry mah gue tinggal menikmati aja. Malah baru kemarin ini dia nyuruh gue belanja. Tapi sebagai cewek yang mandiri, gue gak bisa tuh nerima tawaran dia. Gak enak. Jalan sama dia aja gue kepikiran terus buat ganti duitnya.”
“Setelan duda kali ya begitu. Bokap gue juga gitu soalnya ke cewek-cewek.”
“Kan, pikiran lo sama kayak gue. Ternyata enak juga punya pacar yang lebih tua, mapan, dan berpengalaman kayak Jerry.”
“Tapi lo nyaman, 'kan sama Jerry?”
“Banget. Dia tau cara memperlakukan gue. Cuma Ra, yang jadi pikiran gue sekarang itu anaknya Jerry.”
“Kenapa? Susah dapet restu?”
“Kayaknya. Anak Jerry yang pertama tuh cuek banget ke gue, beda sama si Ansha yang pernah ketemu lo itu.”
“Oh si bocil drama?”
“Ansha? Bocil drama? Orang dia mirip lo gitu tingkahnya.”
“Sialan.”
Kalya tertawa. “Eh Ra, kenalin gue ke nyokap tiri lo dong.”
“Dih ngapain?”
“Mau minta kiat-kiat gimana deketin calon anak yang baik.”
Clara menoyor kepala Kalya. “Lo pikir nyokap tiri gue deket sama gue? Gak sama sekali. Makanya gue milih tinggal di apartemen sendirian.”
“Iya sih, modelan anak iblis kayak lo mana bisa di deketin.”
“Bangke lo Kal.”
JANGAN LUPA VOMENTNYA GUYSSS!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD JERRY [END✔]
Fanfiction[17+] Jerry, sepuluh tahun hidupnya hanya berfokus pada pekerjaan, kedua putrinya, dan teman-temannya. Istri? Jerry sudah menduda sejak sepuluh tahun lalu. Tapi tiba-tiba Kalya datang ke hidupnya, membangkitkan gairah Jerry untuk memiliki istri lagi.