9. Lui è il tuo ragazzo?

894 63 6
                                    

Jadi karena aku kayanya gak bakal bisa update jum'at ini. Aku majuin updatenya jadi sekarang... Sorry yaaa.

Nanti kalau jum'at ternyata bisa update bakal tetep aku update kok hehe

Selamat membaca 🤍🤍

*****

Nera tidur setelah menutup telfon dari Mamihnya. Omelan tentu saja. Bisa lain jadinya kalau orang tuanya tau penyebab sakit anak semata wayangnya ini karena dia mabuk-mabukan. Hukumannya bisa dikubur hidup hidup.

"Dek Nera?" Suara ketukan dan panggilan Ibu Rah dari depan kamarnya kembali membangunkan Nera.

Nera menjawab dengan suara yang serak "Iya Ibu Rah, sebentar" Nera berjalan ke arah pintu. Diliatnya Ibu Rah melihatnya dengan muka yang khawatir. Nera tanpa sadar terkekeh kecil.

Ibu Rah memukul kecil lengan Nera gemas "Ih si adek, malah ketawa! Kunaon adek teh! Kok gak ngomong ke Ibu?"

"Gak apa-apa Ibu. Nera tuh cuma gak enak badan. Sedikit." Tangan Nera memberikan gestur sedikit di jarinya. 🤏🏻

"Sedikit masa sampai pucet gini? Nunduk geura, diliat dulu" Ibu Rah memeriksa kening dan leher Nera dengan tangannya, memastikan suhu tubuh anak majikannya tidak terlalu panas.

"Kan?"

"Iya tetep weh! Tadi si Mamih telpon, si Non Dorra juga telpon, kaget Ibu masa Adek sakit enggak ngomong Ibu! Masih mual teu?"

Nera yang kena omel untuk ketiga kalinya hanya nyengir "ya maaf ya Ibu. Maksudnya adek tuh gak mau bikin khawatir, cuma kayanya malah orang-orang khawatir. Iya masih mual"

"Ih adek mah, ada-ada aja ah! Ya udah, adek mau makan apa?"

Nera kembali nyengir. Andalannya kalau takut dimarahin. "Kata Tante Dorra, dia aja yang mau beliin sih. Aku sih gak minta hehe. Minta tolong aja ibu, nanti kalau tukang go-foodnya dateng, kasih tau adek ya?"

"Masih lama gak? Ibu mau ke apotek dulu disuruh mamihnya adek beli obat buat adek"

Nera berfikir sebentar "kayanya masih lama bu, ini kan jam makan siang, pasti antri dimana-mana juga"

"Ya udah kalau gitu Ibu ke apotek depan dulu ya sebentar. Adek kalau ada apa-apa telfon ibu ya? Ibu pergi sama Pak Gaduh" Ibu Rah mengusap-ngusap lengan Nera sebelum pergi "euh Adek Nera, kamu itu kesayangan kita-mana mungkin Ibu ngerasa direpotin. Kalau sakit gini Ibu jadi sedih, semua sedih"

"Maaf ya Ibu"

Ibu Rah mengangguk lalu pergi meninggalkan Nera.

Nera menghembuskan nafasnya berat.

Bisa dibilang, sebulan terakhir Nera sering merasa sendirian. Seperti tidak ada lagi orang yang bisa dia andalkan. Jangankan untuk diandalkan membantu hal-hal berat, untuk sekedar nongkrong-mengobrol aja orang-orang yang biasanya gercep sekarang jadi sulit sekali diajak. Apa lagi kedua orang tuanya sedang sibuk-sibuknya kerja. Dan Tantenya yang biasanya jadi penyelamat kesepiannya sudah diambil orang lain.

Gara-gara kesepian juga Nera jadi sering kepikiran Chef Banyu. Chef Banyu sedang apa? Chef Banyu sudah makan atau belum? Chef Banyu pulang jam berapa? Chef Banyu memikirkannya atau tidak? Dan pikiran-pikiran lain yang sebenarnya Nera tau betul kalau secara normatif dia tidak boleh memikirkan hal-hal begitu pada suami orang.

Nera sangat bekerja keras untuk tak memikirkan Chef Banyu dan melupakan kejadian di malam after party pernikahan Issadorra. Setidaknya hal itu akan membuat hatinya lebih tenang dan perasaan bersalah pada istri dan anak-anak Chef Banyu sedikit berkurang. Menurut Nera, kalau dia tidak bisa memperbaiki kesalahannya, maka setidaknya Nera tidak akan menambah kesalahannya lagi.

BON APPETITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang