5. LALALAND

189 17 0
                                    

"MAMA!!!"

"Apa? Kali ini kegilaan apa lagi yang habis kau lakukan?" Yeji baru bangun dan menengok heran pada anaknya yang tumben sekali bisa bangun duluan melebihi dirinya.

Jaemin berdecih, kenapa ibunya sejak dulu begitu suka menaruh prasangka buruk. Ck, sungguh tidak etis.

"APA!" Yeji memekik penuh kejut sedetik setelah Jaemin baru saja selesai membisikinya kalimat,

'semalam aku habis menyatakan perasaanku pada dia.'

"Hei? Kau yakin!?" Yeji benar-benar tidak menyangka, ia pikir anaknya ini sungguh kelewat nekat. Dan lagi, dia pikir anaknya juga sudah teguh berprinsip untuk benar-benar berhenti mendekati Jeno. Berniat memutus segala rasa.

Akan tetapi, dengarlah yang baru dikatakannya itu.

"Ada apa? Semalam habis terjadi sesuatu ya maka dari itu kau nekat menyatakan perasaanmu padanya?" Yeji hanya menebak-nebak semata, pasti ada sebab-akibat yang mendasari perbuatan ini.

Yeji menaruh wajah penasaran, ia kejar Jaemin yang main turun ke tangga, meninggalkannya begitu saja -kabur setelah melayangkan info yang benar-benar membuat terkejut, nyaris terkena serangan jantung -hiperbolis sekali.

"Tidak ada alasan khusus, aku tidak tahan saja, Ma. Serius. Namanya lelaki, jika sudah suka orang, pasti besar sekali hasrat dalam diri untuk menyatakan perasaan. Tanya saja pada Papa, dia pasti saat jatuh cinta dulu juga tak tahan ingin menyatakan cinta. Benar kan, Pa?" Jaemin melibatkan sang ayah yang kebetulan lewat ke dalam obrolan antara dirinya dan sang ibu.

"Papamu dulu itu cupu, mana ada dia menyatakan cinta duluan. Mama jika tidak bergerak cepat, pasti kita tidak akan jadi seperti ini dan kau juga pasti tidak akan ada di muka bumi ini. Jadi, apa alasanmu?" Yeji masih betah mengejar Jaemin, dia masa bodoh saja dengan sang suami yang ia sadari kini sedang melayangkan tatapan jengkel kepadanya. Itu urusan nanti, masalah sang anak lebih prioritas maka dari itu dia lebih setuju untuk menguber Jaemin. Enak saja main kabur seperti itu, tidak sopan.

"Heh! Jaemin! Bikin orangtua penasaran itu berdosa, ya! Cepat ke sini!" Yeji makin kesal karena Jaemin berniat kabur keluar rumah, dia berlari sangat cepat dan akhirnya kena juga bagian belakang kaos bocah itu.

"Aaaa! Mama!" Keluh Jaemin dengan kesal, lehernya terasa tercekik karena sang ibu menarik pakaiannya kuat-kuat. Sakit.

"Jelaskan dulu! Enak saja main kabur begitu!" Yeji berseru dengan kesal, ia lepaskan kerah sang anak kemudian berkacak pinggang di hadapannya.

"Tidak ada alasan khusus, kan sudah aku jelaskan tadi. Anggap saja aku keturunan Mama, yang memiliki ambisi bahwa perasaannya harus segera dikuak tanpa perlu banyak alasan atau apapun." Jawab Jaemin, sesuai sikap ibunya yang dulu juga menyatakan perasaan dulu pada sang ayah, anggap saja apapun alasan dari sang ibu, itu juga merupakan alasan yang sama dengan miliknya.

"Hei, jika Mama dulu ada alasannya ya. Mama menyatakan perasaan duluan karena saat itu kita dan teman-teman kuliah yang lain main game, dan kita dapat tantangan untuk ciuman. Sejak saat itu Mama jadi berdebar jika bertemu Papamu, kemudian memutuskan untuk menyatakan perasaan. Jika kau? Apa alasanmu?" Yeji tidak akan menyerah mengorek informasi, nahas sekali dia harus pakai mengorek masa lalunya sendiri agar bisa membuat sang anak tergerak untuk buka mulut bagi informasi padanya.

"Apa ini bahas cinta-cintaan? Habis menyatakan perasaan pada siapa?" Aya Jaemin ikut bergabung, dia ada di depan Jaemin selayaknya Yeji yang juga sedang berkacak pinggang di sebelahnya.

"Ih, aku sedang diinterogasi ya sekarang?" Jaemin merasa tidak suka, dia mau kabur lagi tapi kompak sekali kedua orangtuanya menangkap tangannya, masing-masing tangan kanan dan kiri sehingga dia tak bisa dan tidak memiliki celah untuk kabur.

INVALID {NOMIN}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang