6. BABY BABY BABY

295 21 1
                                    

"Ulang tahun itu apa?" Jisung bertanya ketika di depannya tersuguh sebuah kue ulang tahun lengkap dengan lilin berbentuk angka empat, memiliki hiasan cantik berbentuk bunga mawar yang disertai dengan hijau berbentuk daun, juga beberapa potongan buah. Ia mendongak ke atas, pada ayahnya guna mencari jawab soal apa itu arti ulang tahun.

Jaemin memilih untuk duduk di sebelah kedua orangtuanya, oh ini lucu sekali. Tepat setelah Jisung dan si neneknya datang, hal itu bertepatan dengan kedua orangtuanya yang melambai dari luar. Saat itu Jaemin sudah berpikir bahwa orangtuanya merupakan penyelamat yang datang di saat yang tepat, ia sudah ingin melipir kabur ke arah mereka, akan tetapi ibunya, si Yeji itu malah menyeret serta Yunho agar mendekat ke rumah Jeno, dalihnya hendak mengenalkan Jeno kepada Jeno. Jaemin ingin meratap, dia berharap agar dibawa pergi namun kedua orangtuanya malah memberi desisi lain.

Menjengkelkan. Dia hampir menjerit kepada keduanya jika saja Jisung tidak mendadak memeluk perutnya, mendekat padanya sambil melayangkan tatapan berbinar sebab bocah ini berpikir jika dia memang habis memasak menyiapkan makan malam untuknya. Jaemin tidak berkutik, ia lemah dengan mata sedih yang diberikan oleh Jisung, berakhir dengan menggandeng tangan bocah itu dan ia juga mengenalkannya pada ayahnya yang belum pernah bertemu maupun bercakap langsung dengan tetangga barunya ini.

Setelah acara basa-basi itu, kedua orangtuanya yang tahu alasannya berada di rumah ini adalah untuk memberi kejutan ulang tahun untuk Jisung pun memilih untuk tinggal, dan ikut bergabung ke dalam acara. Jaemin bisa mendengar jika nenek Jisung menerima mereka dengan sangat antusias, bahkan tanpa berpikir panjang segera menggaet kedua orangtuanya agar masuk ke dalam.

Jaemin menyesal pada tindakan bodoh yang sudah ia lakukan tadi. Harusnya dia bisa menahan diri dan malam ini akan menjadi malam dengan kejutan yang baik untuk Jisung, ya ini memang masih berjalan baik, tapi Jaemin pikir ini pasti bisa berlangsung dengan lebih baik -suasananya jika ia tidak kelepasan melakukan perbuatan bodohnya tadi. Dia sangat kikuk, di sepanjang acara memilih untuk diam, hanya berbicara sesekali saja jika ada yang melontarkan tanya maupun mengajaknya bicara, apalagi semenjak kakeknya Jisung juga datang menyusul untuk ikut bergabung di acara ini. Jaemin menyadarinya, pria itu telihat senang sekali karena ada banyak orang yang terlibat hadir di acara ulang tahun cucu tunggal kesayangannya itu. Terus beramah-tamah sambil menawarkan banyak makanan yang dibawanya sendiri, bahkan anehnya -mungkin hanya perasaan saja, pria itu terkesan seperti sengaja menempatkannya agar berada di sebelah Jeno, untung saja dia sigap untuk menempel pada sang ayah, dia sedang berusaha berlindung agar badannya tidak digusur-gusur ataupun disuruh melakukan sesuatu yang akan membuatnya berakhir bersisihan dengan Jeno.

Pria itu terasa aneh.

Tapi lebih aneh dengan Jeno yang sejak tadi terus melayangkan tatapan padanya. Jaemin merasa seperti ada yang sedang menyimpan dendam yang belum tertuntaskan. Mungkin bukan dendam, Jaemin juga sulit menjelaskannya. Tapi yang jelas kecupan tadi tentu saja bukanlah sesuatu yang mudah dilupakan dan dibiarkan berlalu dengan begitu saja, Jaemin sadar dia sangat tidak sopan dan lancang.

Astaga... Namun tidak bisakah Jeno menahannya terlebih dahulu? Jangan seterang itu dalam melayangkan tatapan yang Jaemin tidak bohong bahwa itu sangat membuatnya gentar.

"Jadi, setiap tahun Jisung akan merayakan ulang tahun? Apa akan beramai-ramai dan banyak orang seperti ini lagi, Pa?" Tanya Jisung setelah mendengar penjelasan dari sang ayah.

Jeno mengesampingkan Jaemin, memberi atensi penuh pada setiap celotehan yang dilempar oleh sang putra.

"Satu tahun sekali, dan setiap merayakannya maka Jisung harus mengucapkan banyak harapan baik, termasuk agar bisa merasakan ini lagi. Berdoa agar selalu diberi kesehatan, kebaikan, dan kemudahan dalam meraih segala hal yang diinginkan. Atau Jisung juga boleh berdoa supaya bisa selalu merayakan ulang tahun Jisung bersama dengan orang-orang yang Jisung sayang, seperti sekarang. Jadi, sebelum kita tiup lilinnya, Jisung bisa memanjatkan harapan yang Jisung inginkan sekarang. Tapi katakan itu di dalam hati, cukup Jisung dan Tuhan saja yang tahu." Jeno memberi arahan agar Jisung mengatupkan tangan, gestur hendak berdoa karena mereka sudah selesai menyanyikan lagu ulang tahun dengan begitu riang.

INVALID {NOMIN}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang