*Author POV*
Di pagi menjelang siang yang cerah.
Di suatu kota tampak damai.
Meski kota tersebut bandar mafia.
Setiap wilayah pasti akan dikuasai mafia tertentu.
Kota aman tidaknya tergantung para mafia yang mengelola wilayah tersebut.
"Urgh!"
"Kerjaan tuan"
"Bisa tidak kau letakkan di maja saja?"
"Tidak, tuan akan semakin menikmati tidur anda"
Tempat yang dikuasai sang jenderal yang dijuluki singa albino bermata emas, Jing Yuan.
Begitu damai dari tempat yang dikuasai kelompok lain.
Lebih terlihat normal.
"Hoam~ tolong bawakan aku kopi"
"Apa perlu saya bawakan camilan juga tuan?"
"Tidak perlu, cukup kopi saja"
"Tashikomarimashita"
Yang sangat santai namun ramah dengan semua orang.
Area yang bersih dari bisnis gelap yang biasa dijadikan sumber uang mereka.
"Arigatou"
Siapa yang tak akan mengenalinya.
"Apa tuan butuh sesuatu lagi?"
Rambutnya yang jamet eh panjang dan mata emas yang melihat tajam namun lembut.
"Tolong bantu aku dengan pekerjaan ini"
"Ini kesalahan anda sendiri tapi saya akan membantu karena sudah tugas saya"
"Haha, tasukatta"
Seseorang yang terlihat akan mudah mendapatkan apapun.
Apapun dengan bijak tentu saja.
Ruangan yang hening di mana selalu ada tumpukan kertas di meja yang menggunung.
Orang yang tampak santai.
Namun tak terkalahkan.
Seorang jenderal yang berwibawa.
Selalu tenang dalam menghadapi apapun.
Ya, apapun.
Tidak ada yang bisa tidak dia selesaikan.
🦁🦁🦁
^Jing Yuan^
Lihatlah dia.
Melakukan tugasnya dengan cekatan dan benar.
Asisten dan bodyguardku yang seperti robot.
Sangat kaku namun menawan.
Aku hanya modus meminta bantuannya, aslinya aku hanya ingin melihatnya.
Meski dia selalu ada di depan ruanganku.
"Saya sudah selesai tuan"
"Arigatou"
"Ada lagi tuan?"
Manusia yang menunggu perintah.
"Apa kau menyukai sesuatu?"
"Shigoto desu"
"Bukan itu maksudku"
Orang yang berhasil menarik perhatian dan hatiku.
Meski sepertinya dia tidak peka.
"Apa kau punya seseorang yang kau sukai?"
"Maaf?"
"Selain pekerjaanmu, apa kau punya seseorang yang kau sukai?"
Apa pertanyaanku membuatnya bingung?
Sepertinya iya.
Apa sifat manusiawinya hilang?
"Anda tuan"
Di luar dugaanku. "Aku?"
"Karena tugas saya melindungi anda apapun yang terjadi, anda bos saya"
"Tidak, tidak, bukan begitu"
Memang susah ya.
Lebih baik aku jelaskan atau bagaimana?
Aku sudah tidak tahan menahan perasaanku ini.
"Yang kumaksud dalam hal romansa"
"Romansa?"
"Iya, romansa"
Aku melepas ikatan rambutnya, menggerai rambut indah itu.
"Tuan ini pelecehan"
"Apa aku tidak menarik?"
"Drngan jujur saya akan mengatakan, anda orang yang menarik kalau tidak, mna ada yang nekat melamar anda setiap minggu"
"Haha, bagimu bagaimana?"
"Jika anda menginginkan saya untuk menjadi wanita simpanan anda saya tidak keberatan. Itu sudah termasuk pekerjaan saya"
Dingin sekali.
Aku tidak mau menjadikannya seperti itu aku mau menjadikannya milikku.
"Aku tidak mau, aku ingin menjadikanmu milikku"
Segalanya bisa kudapatkan dengan mudah kecuali dirimu.
Semakin sulit kudapatkan semakin aku tertarik padamu.
"[Y/n], aishiteru"
"Tuan, anda membuat saya bi-!"
Sudah kuduga bibir ini rasanya begitu manis.
Oya, dia membalas ciumanku.
Apa dia akan bilang ini bagian pekerjaannya?
"Apa ada yang mengganggu anda, tuan?"
"Kau tidak rasakan apapun hm?"
"Kopi"
"Ehm, yah anggap saja begitu"
Keterlaluan tidak pekanya.
"Jika ada perempuan atau apapun yang mengganggu anda, anda bisa lampiaskan ke sa-"
"Menikahlah denganku"
"Ya?"
"Aku ingin kau jadi istriku"
Aku tidak terlalu cepat kan?
Dia sampai terkejut.
"Apa itu perintah tuan?"
Sudah kuduga. "Lebih ke permintaan"
"Jika itu yang anda mau saya akan sanggupi", dia meraih tanganku sampai setengah berlutut dan menciumnya. "As your order, sir"
Sudah kuduga dia akan begini.
"Saya akan menerima apapun perintah dan permintaan anda. Saya akan mengerjakannya dengan sempurna sekalipun berpura-pura menjadi pasangan anda"
"Hah...anggap saja begitu"
Meski sudah menduganya kenapa aku masih kecewa ya?
Aku setengah berlutut sama dengannya.
Menyematkan cincin ke jari manisnya. "Untunglah pas"
Aku sudah memakai milikku.
Aku menciumnya sekali lagi.
Permata, bukan...berlian berharga sepertinya tak kan pernah aku lepas ataupun serahkan pada siapapun.
"Tuan, bolehkah saya bertanya?"
"Iya, sayangku"
"Apa harus saya?"
"Iya, harus, hatiku dan tubuhku menginginkanmu. Aku sangat mencintaimu, aku akan melindungimu"
"Melindungi tuan adalah tugas saya, jika tuan bicara begitu...apa saya sudah tidak berguna?"
"...tidak, bukan berarti kau tidak berguna"
Aku harus pelan-pelan menjelaskan segalanya kepada manusia robot ini.