*5*

370 40 0
                                    

{Reader POV}

Aku memiliki pekerjaan tambahan lagi.

Selain berperan sebagai istri, aku jadi supir untuk menjemput tuan muda Yanqing di sekolahnya.

Bos khawatir karena ini pertama kalinya tuan muda sekolah.

Ini juga sekolah barunya.

Aku datang sebelum bel jam terakhir pelajaran.

Sekolah yang elit, tidak heran juga.

Di sini juga banyak wali murid.

Haruskah aku berusaha akrab?

"Ha'i, boss?"

[Yanqing bertengkar dengan temannya]

"Haruskah saya ke dalam dulu?"

[Iya, tolong ya, aku akan ke sana]

Kejadian tak terduga aku harus siap.

Aku masuk duluan dan memakai kalung tanda tamu.

Bos tidak memberiku detail di mana tuan muda sekarang berada.

Hm, murid bermasalah biasanya ada di ruang konsultasi.

Aku teringat kejadian waktu pertama masuk sekolah dasar, aku juga buat anak ornag masuk rumah sakit.

Aku pikir ayahku akan memarahiku waktu itu.

"Tuan mu--"

"Bibi!"

Tuan muda langsung berlari dan memelukku.

Aku berjongkok untuk menyamai tinggi kami. "Tuan, ini perbuatan yang tidak baik"

"Bibi dengarkan aku!", padahal kemarin waktu pertama datang ke rumah memanggilku kakak. "Dia mulai duluan karena dia mengganggu temanku!"

"Mana mungkin putraku berbuat begitu!", ibu-ibu ini menyebalkan.

Ada tipe seorang ibu yang terlambat melihat kenakalan anaknya hingga dewasa karena memakluminya.

"Aku tidak berbohong!"

"Tuan muda", aku harus menenangkannya. "Bos maksud saya paman anda akan kemari sebentar lagi. Apa bisa saya minta waktu sebentar untuk menunggu beliau?"

"Baik, paman Yanqing juga bilang akan kemari"

Guru yang baik ya.

⚔️⚔️⚔️

{Author POV}

Setelah perselisihan kecil di sekolah.

Jing Yuan mengajak keponakan kesayangannya makan di resto sederhana yang membuat asistennya bingung.

Bukan tempat yang biasanya bosnya datangi.

"[Y/n], sayang, apa pesannya sama di restoran kebanyakan?", tanya bosnya.

"Iya, untuk minuman anda bisa tambah dengan gratis di sebelah sana bos", katamu menunjuk dengan sopan arah yang kau maksud dengan tanganmu.

"Wow, luar biasa~"

"Tuan muda mau makan apa?"

"Aku boleh makan apapun yang kumau kan paman, bibi?"

"Tentu Yanqing tentu", Jing Yuan dengan lembut mengelus kepala keponakannya."kau juga sayang"

Ketiganya memesan apa yang ingin dimakan dan minum.

Permasalahan kecil tadi dapat diselesaikan dengan damai.

"Yanqing, bisa tolong ambilkan minum untuk paman?"

"Uhn! Bibi juga mau?"

"...es kopi"

Kini hanya tinggal orang dewasa di meja.

"Ada apa sayang? Sepertinya ada yang mengganggumu"

Yang ditanya hanya diam menatap atasannya.

"Hm? Kalau kau melihatku seperti itu aku jadi malu"

"Anda tidak marah?"

"Marah? Untuk apa?"

"Tuan muda berbuat...mungkin melanggar aturan sekolah"

Jing Yuan terkekeh, Yanqing datang dengan membawa 3 gelas minum.

Surai pirang dielus lembut olehnya.

"Yanqing, kenapa kau memukul temanmu?", tanyanya.

"Uhm...dia membuang buku teman sekelasku ke lumpur, aku lihat juga dia menyiksa peliharaan sekolah"

"Jadi kau langsung memukulnya?"

"Tidak, dia duluan memukulku. Aku awalnya diam posisi bertahan seperti yang diajarkan paman. Hanya bertahan dan menangkis aku tidak memukulnya, itu tidak sengaja"

"Jadi dia jatuh sendiri dan mengenai meja?"

"Uhn...aku sedih juga dia di skros"

"Sou...", Jing Yuan mengeluarkan dompet dan beberapa lembar uang. "Bayarlah, kalau kau mau bawa pulang sesuatu tidak apa"

"Arigatou gozaimasu!"

Jing Yuan kini menatap istrinya dengan senyum yang tidak luntur. "[Y/n], kita harus dengar dulu alasan mereka dengan baik"

Ia menyesap tehnya dengan elegan. "Kalau kita langsung memarahinya tanpa mendengarkannya, seoarang anak bisa menjadi pembangkang di masa depan"

Maniknya tak lepas dari istrinya. "Apa kau marah dengan Yanqing?"

Perempuan itu menghela nafas. "Tidak bos, saya hanya tidak mengira tindakan anda. Ayah saya melakukan hal yang sama seperti anda ketika saya mendapat masalah di sekolah"

"Benarkah?"

"Saya mendapat masalah, sama seperti yang tuan muda hadapi"

Jing Yuan memegang tangan asistennya dan mengelusnya pelan. "Ke depannya kita hadapi bersama, anggap saja kita orang tua angkat Yanqing"

"Baik, saya mengerti"

Tangan itu dikecupnya sayang, bagian punggung dan telapak sang asisten.

"Aku hanya sedih kita jadi tidak bisa melakukannya leluasa"

"Bisa"

"Eh?"

"Saya sudah pelajari hal tersebut"

"Astaga sayang"

🦁🦁🦁

{OMAKE}

Jing Yuan: (lari kecil ke arah Yanqing) Yanqing Yanqing

Yanqing: paman! (Kaget takut dimarahi)

You: bos (beri hormat)

Jing Yuan: (pegang pundak Yanqing) kau menang atau kalah?

Semua yang di sana: (bingung)

Yanqing: menang! (Polos)

Jing Yuan: kerja bagus!

Is Very EasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang