Hidup yang orang lain inginkan belum tentu lebih baik
dari kehidupan yang telah mereka dapatkan
Grace Mineola, wanita berusia 28 tahun bertubuh langsing dan berparas cantik. Hampir seluruh orang yang melihat Grace pasti akan menggumamkan kata 'sempurna'. Tetapi bagi Grace, dia tidak memiliki kesempurnaan itu. Bahkan, Grace merasa tidak ada yang bisa dibanggakan dari dirinya maupun hidupnya.
Saat berusia tujuh tahun, Grace ditinggal ibunya. Dari kecil hingga dewasa dia hidup dengan ayahnya seorang. Namun, tiga tahun yang lalu Grace hidup sebatang kara karena ayahnya meninggal setelah berjuang melawan serangan jantung.
Menjalani hidup seorang diri membuat Grace lebih dewasa karena keadaan. Dia sama sekali tidak menggantungkan hidupnya ke orang lain. Namun, hidup sebatang kara bukan berarti dia benar-benar sendiri. Dia memiliki seseorang spesial bernama Ernes, tunangannya.
Ernes lelaki berusia tiga puluh tahun yang selalu ada di samping Grace setelah ayahnya tiada. Ernes bekerja sebagai manager di perusahaan konveksi milik ayah Grace. Berawal dari Grace yang sering main ke kantor hingga akhirnya berkenalan, menjalin hubungan dan bertunangan tiga bulan lalu.
Kini Ernes yang menggantikan mengurus perusahaan konveksi itu. Sedangkan Grace masih terikat kontrak kerja di sebuah perusahaan makanan instan di bagian marketing dan dikontrak selama lima tahun. Grace tidak bisa seenaknya sendiri pergi lalu mengurus perusahaan mendiang ayahnya. Dulu Grace menolak saat ayahnya menawari bekerja di perusahaan sendiri. Alasannya, dia ingin mandiri dengan bekerja di perusahaan orang lain. Tetapi sekarang, Grace menyesali itu.
"Masih dua tahun lagi." Grace menggumam.
Setiap datang ke kantor, Grace selalu melihat kalender dan memberi silang. Dia ingin cepat pindah dari perusahaan. Bukan karena tidak betah, tapi ingin segera mengelola perusahaan konveksi milik ayahnya.
"Selamat pagi!"
Grace segera meletakkan kalender yang dipegang ke sudut meja. Dia mendongak, melihat lelaki seumuran Ernes dan seorang wanita berdiri di tengah ruangan. Grace lalu melihat teman sedivisinya berbondong-bondong mendekat. Sadar siapa yang datang, Grace segera bangkit. Dia berjalan cepat mengikuti temannya lalu berdiri tepat di depan lelaki yang tak lain adalah bosnya.
Mata bundar Grace mengamati lelaki itu. Dia melihat mata biru yang terlihat tajam dengan rahang mengeras. Grace menghela napas, bosnya selalu seperti itu tidak ada senyum sedikitpun. Bosnya memang tampan, tapi tidak dengan perilaku yang seenaknya sendiri. Paras hanyalah nilai tambahan, nilai utama manusia adalah perilaku. Begitu menurut Grace.
"Kalian dengar apa yang saya katakan?"
Semua karyawan mengangguk patuh, kecuali Grace. Dia menatap bosnya sambil mengernyit. Semua rekan sedivisi menatap Grace khawatir. Apalagi, ketika bosnya menatap dengan pandangan tajam. Divisi marketing takut kena hukuman dari bos yang sangat tak bersahabat itu.
"Hei! Anda dengar suara saya?"
Grace tergagap saat suara dingin itu terdengar di telinga. Dia menoleh, menatap teman-temannya yang tampak sebal. Grace mengangkat bahu, tidak tahu penyebab kekesalan temannya. "Kalian kenapa?" tanyanya tanpa sadar.
"Harusnya pertanyaan itu untuk, Anda. Kenapa melamun di saat saya memberikan instruksi?"
Pandangan Grace beralih ke depan dan mendapati bosnya yang menatap tajam. Grace tersenyum tipis. Dalam hati baru sadar telah melakukan kesalahan.
Bodoh! Grace, bodoh!
"Anda, ikut ke ruangan saya!"
Semua orang di ruangan memandang Grace. Sedangkan yang diperhatikan menunduk takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Penggantiku Adalah Bosku
General Fiction"Selamat datang dikehidupan baru, Grace," bisik Ale membuat tubuh Grace meremang. "Jadi istri yang baik." Tubuh Grace membeku mendengar suara mengerikan itu. "Kenapa bisa kamu?" tanyanya parau. "Aku nggak nikah sama kamu. Bukan kamu mempelainya." Al...