14

566 28 2
                                    

Ku ingin selalu hadir membawa arti

Dalam diam aku selalu menanti

Ketika kau datang dan saling memberi hati

Ketika mobil telah sepenuhnya berhenti, Grace segera turun. Dia membungkuk, melepas heels-nya begitu saja kemudian cepat berjalan menuju pintu yang telah terbuka. Begitu masuk ruang tamu, dia melepas tas yang menyampir di pundaknya begitu saja.

"Huh...." Grace menghela napas berat.

Sepanjang perjalanan pulang dari pesta Paman Sam, Grace menahan emosi. Untung-untung, dia bisa menahan dan tidak memukul Ale habis-habisan. "Ck!" Grace berhenti di tangga lantas berbalik, tidak terlihat lelaki itu mengikutinya.

Grace melanjutkan langkah menuju kamar kemudian menatap jendela. Terlihat, seorang lelaki berdiri bertolak pinggang menghadap dua orang yang menatap dengan serius. "Ngadu pasti!" geramnya tidak suka.

Sudah jelas, bodyguard Ale pasti melaporkan tindakan tadi ke bosnya. Sungguh, Grace tidak menyangka jika bodyguard Ale benar-benar lihai mengintai. Bahkan, dia tidak percaya bodyguard itu menyebar di penjuru pesta.

"Kayaknya gue harus hafalin bodyguard-nya yang mana aja," gumam Grace sambil memperhatikan tiga orang di bawah.

Di halaman, Ale berdiri menatap dua bodyguard-nya yang tadi bersama Grace. "Jadi, benar Ernes yang datang?"

Dua lelaki itu mengangguk.

Ale menghela napas panjang. Dua bodyguard-nya baru saja memberi tahu jika Grace menemui lelaki lain. Untung segera digagalkan sebelum wanita itu bertindak macam-macam. Ale tentu tidak menyangka, bagaimana mungkin Ernes diundang oleh pamannya.

"Cari tahu gimana bisa dia dateng," perintah Ale. "Selain itu...." Dia mendongak dan mendapati sekelebat orang yang menyingkir dari jendela.

Perhatian Ale kembali ke bodyguard-nya. "Tingkatkan keamanan," pintanya. "Lelaki itu tadi kemungkinan membuntuti." Setelah itu dia berbalik dan melihat sepasang sepatu yang tergeletak begitu saja.

"Huh...." Ale menghela napas berat. Sebenarnya dia paling tidak suka ada orang yang meletakkan barang seenaknya sendiri. Lantas dia mengambil sepatu itu dan berjalan masuk. Ternyata, di ruang tamu Grace juga meninggalkan tasnya begitu saja.

Tanpa banyak kata, Ale mengambil benda itu dan membawanya ke kamar Grace. "Kamu di mana?" tanyanya begitu masuk kamar. Dia meletakkan sepatu di samping nakas dan meletakkan tas di ranjang. "Grace?"

Tidak ada tanggapan.

Ale berjalan menuju walking closet dan samar-samar mendengar suara gemercik air. Dia memutuskan mendekat dan mendapati pintu kamar mandi yang terbuka lebar. Terlihat Grace sedang menunduk di depan wastafel. "Grace!"

Grace tidak menoleh sedikitpun. Dia membasuh wajahnya dengan air, berusaha menghilangkan rasa panas yang sejak tadi menyiksa. Dia berharap, dinginnya air juga mampu membuat emosinya turun.

"Ada yang kamu sembunyiin?" tanya Ale sambil mendekati kusen pintu.

Tak.... Grace mematikan kran dan menatap kaca. Make up-nya berantakan karena dia menggosok wajahnya dengan kasar. Lantas pandangannya tertuju ke Ale yang terlihat dari pantulan kaca. "Percuma, kan, gue ngomong?"

"Nggak ada yang percuma."

"Bodyguard lo pasti udah lapor," ujar Grace lalu menoleh. "Lo juga nggak mungkin dengerin omongan gue."

Ale bersedekap. "Segitu buruknya aku di matamu?"

"Iya!" Grace menjawab dengan dagu terangkat.

"Ya, nggak apa-apa."

Suami Penggantiku Adalah BoskuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang