Nyatanya hanya dia yang selalu kunanti
Bukan yang lain yang selalu di sisi
Tapi hanya sebatas pengganti
Pagi hari, Ale bangun lebih dulu. Dia menatap Grace yang tidur miring menghadapnya. Tangannya seketika terulur, menyentuh kening Grace yang tidak lagi hangat.
"Syukurlah," gumam Ale lega.
Semalam Ale tidak benar-benar bisa tidur. Grace terus bergerak gelisah dan mengeluh kedinginan. Padahal, wanita itu mengenakan selimut tebal ditambah Ale memeluknya. Sampai-sampai Ale harus mengalah dengan mematikan AC dan tidur tanpa selimut.
Ale lantas teringat saat hujan-hujanan bersama Grace. Dia yakin kesempatan seperti itu tidak datang dua kali. Bohong jika dia tidak merasa bahagia. Dia sadar penuh, semua kemarahan Grace karena dirinya. Tetapi, dia juga berharap jika wanita itu mencoba menerima keadaan dan menjalani hari bersamanya.
"Emmh...."
Melihat Grace yang menggeliat, Ale memilih memejamkan mata. Dia pura-pura tidur, ingin tahu reaksi Grace.
"Aw...." Grace bergerak pelan merasakan punggungnya terasa kaku. Dia memegang kening, merasakan suhu tubuhnya tidak sepanas semalam. Lantas dia membuka mata dan tersentak melihat wajah di depannya.
"Serem banget muka lo," ujar Grace kemudian tersenyum. Dia memandang muka bantal Ale. Wajah lelaki itu terlihat putih bersih. Hidungnya mancung dan terlihat bagus. Mata Grace memicing, melihat tahi lalat kecil di dekat samping hidung. Dia baru menyadari itu.
Grace tanpa sadar mendekat dan memperhatikan wajah Ale sekali lagi. "Nyebelin lo!" geramnya lalu mendorong kening Ale.
"Aww...." Ale seketika membuka mata dan melotot.
"Lo udah bangun?" Seketika Grace panik.
Ale berbaring terlentang sambil menormalkan napasnya. Dia tidak menyangka saat bangun Grace langsung memperhatikannya. Dia sudah mati-matian menahan. Untungnya, Grace mendorong keningnya jadi dia tidak pura-pura lagi.
"Udah bangun dari tadi?" selidik Grace sambil menarik ujung kaus Ale.
"Enggak."
"Terus?"
"Ya kebangun gara-gara kamu." Ale menarik tangan Grace dan menggenggamnya. Lantas dia berbaring miring dan memperhatikan wajah istrinya. "Udah nggak demam lagi, kan?" tanyanya sambil mengeratkan genggaman.
Grace melirik tangannya yang digenggam Ale. Dia lalu memperhatikan wajah lelaki itu yang tampak bersahabat. Sebenarnya dia ingin menarik tangannya dan menendang Ale, tetapi menurutnya ini kesempatan agar Ale terbuai.
"Enggak," jawab Grace lembut.
"Jangan hujan-hujanan lagi. Tubuhmu makin kurus, kelihatannya juga nggak fit."
"Gara-gara siapa?"
Ale menghela napas. "Ya." Dia melepaskan genggaman lalu bangkit.
"Kamu mau ke kantor?"
"Iyalah."
"Aku udah bukan karyawanmu lagi, ya?" Grace perlahan bangkit dan duduk bersandar di kepala ranjang.
Ale menghadap Grace, ingat dengan status wanita itu. "Nanti aku urus."
"Gue pengen kerja."
"Nggak akan!" jawab Ale cepat.
Grace mendengus. "Kan, sebelumnya gue kerja. Masa dilarang?"
"Pasti kamu mau kabur, kan?"
Glek.... Tanpa sadar Grace menelan ludah. "Enggak!" Dia segera menggeleng menutupi kegugupannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Penggantiku Adalah Bosku
General Fiction"Selamat datang dikehidupan baru, Grace," bisik Ale membuat tubuh Grace meremang. "Jadi istri yang baik." Tubuh Grace membeku mendengar suara mengerikan itu. "Kenapa bisa kamu?" tanyanya parau. "Aku nggak nikah sama kamu. Bukan kamu mempelainya." Al...