Bukankah cinta seharusnya datang karena terbiasa bersama?
***Hanzel selalu bermimpi kisah cintanya akan semanis seperti dalam novel-novel atau serial drama. Namun, setelah tahun demi tahun terlewati, ia tak kunjung merasakan itu. Terkadang Hanzel kesal sendiri karena Gamma tidak kunjung jatuh hati padanya, padahal beberapa tahun terakhir ia sering mondar mandir di sekitar lelaki itu.
Bukankah katanya cinta akan datang karena terbiasa?
Kenapa Gamma malah tampak muak saat terus menerus melihatnya?Seperti halnya pertengkaran dua hari lalu. Hingga saat ini, Gamma menghilang dari pandangannya. Lelaki itu tidak muncul untuk sekedar meminta maaf setelah membentaknya.
Ah, benar bukan?
Gamma yang harus minta maaf walaupun pertengkaran mereka disebabkan oleh dirinya.Hanzel menghela napas berat. Matanya terarah pada cermin yang menampakan bayangannya sendiri. Ia tidak jelek, bahkan orang-orang sering memuji kecantikannya. Hanzel memiliki mata belo yang bening. Bibirnya yang unik berbentuk love. Jika sedang tersenyum, ia akan terlihat sangat manis. Namun, kenapa Gamma tak pernah menunjukkan ketertarikan?
Apa karena Hanzel terlalu agresif?
Tapi, ia tidak pernah sampai merendahkan harga dirinya. Hanzel hanya sering merecoki lelaki itu dengan perhatian-perhatian kecil. Bukankah itu wajar?Getar ponsel di atas tempat tidur membuat perhatiannya teralih. Hanzel segera membuka pesan dari seseorang dengan tak sabar.
Naya: Kak Gamma lagi sarapan mau berangkat kerja.
Naya: Send a picture
Sebuah senyuman tersungging di bibirnya. Walaupun masih ada rasa kesal, ia tetap merindukan Gamma, tapi gengsi harus menghubungi terlebih dahulu. Makanya, Hanzel mengirimkan chat pada adik lelaki itu untuk menanyakan kabarnya. Tak lupa mewanti-wanti agar Naya tidak mengatakan hal tersebut pada kakaknya.
"Kok bisa, sih, ada cowok seganteng kamu?" gumam Hanzel bermonolog. Hanya dengan menatap potret sang pujaan hati, ia merasa semangatnya bertambah berkali-kali lipat.
Hanzel membalas chat dari Naya, sekedar mengucapkan terima kasih. Ia kemudian memasukkan ponsel ke sling bag karena waktunya berangkat bekerja.
Gadis itu mengambil high heels dari rak lalu berjalan ke luar kontrakan. Seperti biasa, ia akan berdiri di depan pagar dengan tinggi sepinggang untuk menunggu kendaraan online yang dipesannya lewat aplikasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seandainya Kita
Любовные романыHanzel Adisty adalah perempuan paling nekat yang rela menggadaikan rasa malunya. Meninggalkan kota kelahiran demi bisa bersama Argamma bukanlah hal sulit karena baginya, tidak bersama lelaki itu hatinya lebih sakit. Lalu bagaimana jika bertahun-tahu...