01

408 79 4
                                    

Tarikan napas berat menghantam lapisan udara, bertegur sapa dengan sang kemeluk mesin tua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tarikan napas berat menghantam lapisan udara, bertegur sapa dengan sang kemeluk mesin tua. Tak lupa, partikel-partikel debu sialan turut menyelimuti kulit tubuh, sesekali menerjang mata pula.

Hara terbatuk-batuk.

Tangannya melambai-lambai, menarik atensi seorang lelaki jangkung dengan binar pelik menghampiri.

"Lo kenapa?"

Kendati hati merutuk sebal tatkala rekannya itu justru bertanya di saat-saat yang jelas, Hara tetap mencoba mengendalikan murkanya.

"Matiin! Matiin!"

Lelaki itu semakin bingung dibuat.

"Apanya?"

Hara mendengus, tangannya kini bergerak menutup hidung sambil sesekali menggeseknya guna mengusir gatal yang mengusik ketenganan.

Hara meraih tuas mesin molen hingga, sedikit banyak memaksanya sampai si mesin tua pun berjerit-jerit murka sebelum berhenti juga.

Hara menghela napas dalam-dalam, melepas tangan dari hidung dan menatap molen yang mati itu seolah maha karya Tuhan.

Lelaki di sampingnya masih berdiri dengan tatap kosong, kali ini dengan mulut yang ternganga.

"Maksud gue itu mesin molennya, Jojo," tutur Hara dengan agak meledek, ditepuk-tepuknya juha pundak lelaki jangkung itu sambil berlalu.

Jojo, lelaki jangkung itu mendesis jengah dan menggantikan posisi Hara untuk lanjut bekerja di dekat mesin molen tanpa bertanya lebih lanjut akan aktivitas Hara setelah meninggalkan area mesin.

Hara telah berjalan cukup jauh ketika mendengar jeritan frustasi.

"KOK SEMENNYA KERING, RA?!"

Terengah, Hara ukir senyum sementara butiran peluh di kening ia hapus dengan punggung tangan.

"Haaah.." desahan lega, langkah santai menuju bangku tua yang sengaja diletakkan di paling pojok bangunan — biar pekerja tidak malas-malasan saja, motifnya.

Sambil mengatur degupan jantung yang tak karu-karuan, Hara raih ponsel dari saku rompi yang dikenakannya.

Alisnya mengernyit seketika dilihat sebuah panggilan tak terjawab dari salah satu rekan pekerja yang shift jaga di pos depan gedung.

Hara putuskan memanggilnya balik, kali saja memang penting.

"Halo?"

Hara memundurkan ponsel dari telinganya ketika suara keras seolah menghantam ponsel.

"Sombong bener.."

Hara menghela napas, "kenapa?"

"Sibuk enggak di dalem?"

Hawa • KittyzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang