Hadirnya sang fajar bersambut bersama kicauan Ayam
Walau masih malu-malu, sang surya tak luput ikut menunjukkan eksistensi
Pagi masih mengantuk untuk menggantikan malam
Udara masih segar belum tersulut oleh rayuan polusi
Aku memastikan dehidrasi tak mengingkari janji antara volume air dalam tubuh
Siap untuk berlari, menepis segala riuh, ego luluh lantak taklukkan angkuh
Musnahkan semua jenis musuh, bernama prasangka yang bergulat hingga saling tuduh
Itulah alasan aku butuh sendiri, sesekali tanpa ada yang memperdulikan
Over Thinking membuat kita seperti selebriti, meski nyatanya demikian
Tak peduli kau siapa, pasti selalu saja orang mengusik ketenangan
Pertanyaan sederhana, namun menyulut emosi berujung menyalahkan
Seolah mereka yang paling benar, menggunjing garis kuasa tuhan
Itulah mengapa tak heran bila aku menghampiri sepi, agar bisa singgah dan menepi
Mencari tempat untuk mengistirahatkan batin, agar paham arti ikhlas dari luasnya nurani
Sendiri tak selalu butuh ditemani, apalagi menghakimi dengan sebutan kesepian
Bertanya pada tujuan tentang rumitnya mengartikan beribu arahan, malah beradu mengaburkan impian
Memang salah bila terlalu sensitif, melibatkan sentimental bersama emosi menelan segala anggapan
Jalan terbaik memang mencari jawaban kepada tuhan, yang menghadirkan segala bentuk cobaan
Tak usah ragu apalagi bimbang, waktu akan menuntun agar aku siap menerima segala bantuan
Lalu sepi memberi tahu jalan agar tawakal bisa terdengar menembus kuasa tuhan
Isi Puisi : Sepi tidak selalu merasa sendiri bersama segala emosi negatif. Sepi adalah waktu dimana manusia bisa merefleksikan diri dan pasrah hanya kepada tuhan (Allah).
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kata
PoetryKata bisa berbicara Memahami apa yang di rasa Kata bisa membuat luka Sepele, tapi sakit tak terkira Kata itu tidak semata-mata diam Satu kata bisa mengubah dunia Kata ada yang tinggal Menjadi teman pertimbangan akal Hingga membekas Memberi kesan...