[4] Wiwitan

25 16 4
                                    

Helai-helai rambut itu ditiupnya oleh angin yang berasal dari AC. Diselipkannya kembali di balik telinga. Ada pula yang menempel di pipinya. Seolah-olah, kulitnya dioles oleh madu.

Perempuan itu membasahi bibirnya, sesekali mencuri tatapan dari orang-orang yang sedang duduk di kursi memperhatikannya.

"Perkenalkan, ini anggota tim baru kalian," ucap seorang pria yang tadi menemaninya datang ke ruangan ini. "Kalian bisa berkenalan dan mengakrabkan diri. Saya ada pekerjaan lain." Perempuan itu agak sungkan ditinggalkan oleh pria yang ternyata adalah menejer agensi ini. Tapi menejer itu hanya membalas dengan anggukan dan berlalu.

"E, jadi ...," jedanya sesaat sebelum menguasai diri.

"Santai saja," sahut salah satu dari mereka sambil tersenyum dan memperhatikan dengan seksama.

"Perkenalkan saya Folia. Di sini saya sebagai bagian percetakan. Salam kenal!"

"Salam kenal ya Folia. Namaku Teo bagian marketting di tim ini." Teo dengan mata sembap seperti menangis semalaman menyapa Folia dengan senyum yang terasa hambar.

Johnny menoleh ke Teo sebentar, ia kemudian ia memperkenalkan diri. "Aku Johnny bagian public relation. Kita bahasanya enggak usah kaku-kaku, ya Folia. Yang santuy aja, biar gampang akrab." Folia mengangguk dengan gerakan seperti berkata 'oh'.

Yuda yang berada di samping Johnny menatapnya dengan ekspresi seperti berkata, 'biar akrab yang gimana nih maksudnya?' sambil menaikkan alisnya dan tersenyum mengejek. Yuda mengelus-elus rambutnya sendiri entah untuk apa. "Gue Yuda bagian advertising di tim ini. Salam kenal ya." Yuda menjabat tangan Folia.

"Ehm, kalau gue Dion. Bagian broadcasting," ucap yang paling terakhir dengan ekspresi yang paling menyebalkan.

"Welcome, Folia." Johnny berusaha memberi sambutan, menutupi teman-temannya, yang  sedang dalam kondisi yang buruk untuk menerima tamu.

*

"Oke, jadi gini. Di perusahaan ini ada beberapa divisi. Divisi public relation yang kerjaannya gak jauh-jauh dari ngomong, kayak jadi presenter, MC, atau ngacara di talk show gitu. Terus divisi lain kayak broadcasting, percetakan, advertising, marketing, dll. Nah tiap divisi bakal dipecah lagi jadi tim. Dan tiap tim berisi orang dari divisi yang berbeda-beda, di sini kita harus kerja sama buat menciptakan inovasi-inovasi yang membangun perusahaan ini semakin besar. Begitu."

Folia menganggukan kepalanya mendengar penjelasan dari Johnny. "Wah, makasih ya udah dijelasin."

"Of course. Btw, mau kopi?"

"Aku tadi habis minum kopi."

Johnny tersenyum saja. "Ada yang mau kopi enggak ini?" Dion yang masih berkutat dengan komputernya langsung memutar kursinya.

"Boleh banget itu."

"Gue juga mau. Beliin lima buat gue," timpal Yuda.

"Lima buat apa, Yud?" tanya Johnny.

"Ya biar mata gue melek lah, bro. Kagak tahu aja kelakuan si sundul kalau ngasih kerjaan kagak kira-kira, mana tinggal besok lagi." Sundul? Entah siapa yang Yuda maksud.

"Kenapa sih harus banget lembur, lama-lama gue kubur juga si sundul." Dion menghela napasnya kasar, ia tengah mengedit hasil pekerjaannya.

"Kalau enggak kebanyakan lembur, mungkin itu semua enggak akan terjadi." Mendengar ucapan Teo, hanya membuat teman-temannya geleng-geleng. Yuda beranjak dari kursinya dan mendekati Teo yang masih melongo.

"Oy, udah dong. Bukan salah lo, udah dari lama cewek lo itu pengen putus. Dia punya cowok lain."

"Tahu."

"Hah? Terus?" sahut mereka bertiga serempak.

"Bisa enggak sih dia gak perlu minta putus gitu. Gue udah pura-pura enggak tahu padahal."

Dion menghela napasnya kasar. "Lo sadar gak sih bang? Kalau sampai kemarin kalian putus pun, dia enggak ngaku kalau punya cowok lain. Alasannya karena lo sibuk. Ya bener sih, dia selingkuh karena lo sibuk kerja mulu kek gak peduli. Tapi setidaknya kemarin dia jelasin alasannya dengan gamblang dan lengkap. Ini bukan soal lo sibuk aja, tapi juga karena ada orang lain. Kan mending gitu. Enggak bikin bang Teo ngerasa bersalah."

"Mungkin ada hal lain yang jadi pertimbangan buat dia. Dan enggak selalu semua yang terlihat di permukaan, adalah apa adanya." Folia menyahut dari meja kerja yang baru ia dapat.

Kali ini ada suara baru yang mereka dengan di ruangan ini.

I think is not uTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang