9. Tangisan si bungsu

3.2K 340 18
                                    

***

Langit sudah menggelap dan mereka masih belum menemukan jaemin

Wajah jeno benar benar pucat, ia takut terjadi sesuatu kepada si bungsu

"Kemana ya dia..." ujar mark cemas

"Bang" panggil renjun

Mark menoleh kearah renjun, ia bahkan lupa kalau renjun belum sembuh total

"Kayanya gue ga sanggup nyari lagi, lemes banget" ujar renjun dengan suara yang sudah sangat serak

Mark semakin di buat cemas, ia membantu renjun duduk di mobil lalu mengusap keringatnya

"Gapapa, kamu tunggu disini aja, mana tau jaemin balik ke parkiran"

Renjun mengangguk lemah, tubuhnya sulit diajak kompromi karena masih lemas

"Anjing! Main kemana sih tuh bocah" umpat haechan

"Awas aja kalo ketemu! Gue gebukin!"

"Chan-"

"Bang" ujar jeno memotong pembicaraan mereka

"Ka kalo jaemin ketemu, jangan marahin ya" ujar jeno sedikit takut

"Jujur lo! Sebenarnya lo tau kan jaemin dimana!?" Ujar haechan kesal

Jeno bingung, ia cemas tapi ia sudah berjanji kepada jaemin

"Jen, kamu tau sesuatu?"

"Jujur jen, jangan buat kita makin khawatir" ujar renjun

"Se sebenarnya kemarin gue ngeliat jaemin di bully di gudang..."

"Sialan! Kenapa lo baru bilang sekarang!?" Ujar haechan kesal

"Jaemin yang minta buat jangan kasih tau kalian..."

Mark semakin kacau rasanya, ia mengerang kesal lalu kembali mengeluarkan ponselnya untuk menelfon jaemin

"Abis ini hp kalian semua abang pasangin gps" ujar mark kesal

"Udah ayo mencar lagi, cari di tempat tempat kosong daerah sini" ujar haechan kesal

"Kamu tunggu disini ya" ujar mark

Renjun mengangguk, ia benar benar sudah tidak bisa membantu lagi

Mereka berpencar mencari di area luar

Haechan memilih untuk ke area gedung kosong belakang sekolah

Ia masuk tanpa rasa takut dan mengecek ke dalam karena tadi pintunya terbuka lebar

Ia menyalakan senter hpnya dan melihat ke sekelilingnya

"Shit" umpat haechan melihat tas dan buku buku jaemin berceceran disana

Ia segera mengutipnya dan terus meneriaki nama jaemin

"Sialan! Dimana sih anjing"

Rasanya ia mau gila hanya karena si bungsu

Ini kedua kalinya ia mengkhawatirkan saudaranya, rasanya ia benar benar tidak bisa di buat tenang

"JAEMIN!" Panggil haechan lagi namun tak ada jawaban

Haechan berfikir keras sambil mengecek seluruh sisi gudang

"Bangsat" umpatnya saat melihat tanah di sekitarannya

Ia bisa melihat jejak kaki yang ada disana

"Jangan jangan ke parkiran" gumamnya pelan lalu segera berlari sekuat tenaganya

Dadanya bergemuruh melihat sosok yang sejak tadi siang di cari cari

Bajunya yang acak acakan, tubuhnya yang babak belur hingga kakinya yang pincang

abang  pulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang