Kania menyusuri rak-rak yang berjejeran di supermarket yang dia datangi. Ditangan kanannya sudah ada keranjang biru, yang sudah terisi oleh beberapa produk yang dipilihnya tadi.
Kali ini dia berbelanja sendiri, tak mengajak Gavin. Karena bocah laki-laki itu sekarang sedang bermain ke rumah Zara.
Kania kembali mengambil beberapa produk lalu meletakkannya di keranjang. Ada satu produk yang menarik perhatiannya, namun dia kesulitan untuk mengambil barang itu. Dia berusaha dengan cara berjinjit tetapi tetap saja tingginya tidak cukup untuk meraih barang yang diincarnya.
"Ishh, tinggi banget sih." Monolognya.
Tiba-tiba saja sebuah tangan kekar melampauinya lalu mengambil barang itu. Kania membulatkan matanya, manusia siapa kali ini yang membantunya. Setelah berhasil meraih barang itu, Kania langsung berbalik sontak nafasnya tertahan kala melihat siapa sosok yang sedang berdiri di depannya.
Si cowok tersebut menyerahkan barang itu kepadanya, namun bukannya merespon dia malah terdiam kaku.
"Ekhem, setampan itu ya gue sampai Lo nggak gerak gitu." Ucapnya dengan mencolek hidung mancung Kania. Hal tersebut tentu menyadarkannya.
"Ehh, maaf maaf."
Leon mengangkat sudut bibirnya melihat gerak-gerik perempuan mungil satu ini.
"Ini" Leon menyodorkan Snack cokelat yang diambilnya tadi.
"Ehh iya, m-makasih kak." Siapapun pasti akan tau jika melihat dirinya sekarang, bahwa dia sedang menahan rasa gugup yang luar biasa.
"Kenapa jadi gugup gini sih hmm?" Dia memegang lengan Kania yang membuat sang empu merasakan sebuah sengatan listrik yang menjalar di tubuhnya.
Akhh, sial kenapa gue jadi gugup gini sih? - Monolog Kania.
"Nggak, gak papa kok kak."
"Hmm, Lo sendiri?"
"Iya kak."
"Belanja bareng mau?" Sontak mata Kania membulat mendengar ajakan Leon untuknya. Hal tersebut tak luput dari penglihatan Leon.
"Lo kenapa sih, sejak kedatangan gue Lo jadi aneh gitu."
"Ha? enggak kok, saya biasa aja." Ucapnya sambil melihat arah lain, berusaha menutupi wajahnya yang dipastikan sudah memerah bak kepiting rebus.
"Lo tambah lucu kalo lagi salting gini." Ucapnya seraya mengacak gemas rambut Kania.
"Ih kak, jadi berantakan ini." Berontak Kania.
"Haha iyaiyaa sorry." Kania tak menggubris, dia sibuk menata kembali rambutnya.
"Jadi gimana mau nggak belanja bareng?"
"Hmm, boleh deh." Senyum Leon semakin mengembang mendengar persetujuan Kania.
"Yaudah yuk!" Kania mengangguk dan mulai mengikuti kemana arah kaki Leon melangkah.
Mereka menghabiskan banyak waktu di supermarket, tak hanya itu mereka juga pulang bersama karena Leon yang memaksa dirinya untuk diantar. Leon bukanlah laki-laki yang gampang menyerah, Leon terus berusaha sampai mendapat persetujuan Kania untuk dapat mengantarnya.
Sehabis dari supermarket mereka tidak langsung pulang, tapi mereka singgah di sebuah penjual mi ayam yang berada di pinggir jalan. Tanpa sadar mereka saling bercerita satu sama lain diantaranya membahas keluarga mereka masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTUK KANIA
Подростковая литератураGimana sih ceritanya seorang cewek yang masih SMA ditaksir sama Mahasiswa dan teman seangkatannya sendiri. Entah siapa yang akan berhasil meluluhkan hati Kania Anastasya apakah Arvaleon Atmajaya si mahasiswa dengan sikap manis dan humorisnya atau Ab...