Seluruh siswa/i berkeliaran di pelataran sekolah dikarenakan guru-guru sedang melakukan rapat menyebabkan kelas mereka kosong. Kesempatan itu Kania manfaatkan untuk menyendiri ke taman belakang sekolah, di mana tempat itu sepi dan jarang dikunjungi oleh para murid.
Kania duduk di sebuah bangku yang ada dipinggir taman dengan tatapan kosong. Pikirannya berkecamuk, memikirkan segala hal yang menghantuinya sekarang. Ditangannya terdapat selembar kertas peringatan dari bendahara Sekolah.
Di sana tertulis bahwa dirinya menunggak membayar SPP selama dua bulan. Ini bukan pertama kalinya dia mendapatkan surat peringatan itu. Akhir-akhir ini memang banyak sekali pengeluarannya sampai uang yang seharusnya dia pakai untuk bayar uang Sekolah malah terpakai untuk keperluan lainnya.
Dia bersandar pada kursi dengan mata yang terpejam sambil menikmati udara segar yang menerpa wajahnya, tanpa sadar sedari tadi seseorang memperhatikannya. Abian mencoba mendekat dan langkahnya disadari oleh Kania, lihat saja kini perempuan mungil itu kembali menegakkan badannya lalu menoleh pada Abian.
Kania yang melihat bahwa Abian mendekat padanya, dengan cepat dia menyembunyikan kertas itu ke dalam sakunya. Abian datang dengan tangan yang di masukkan ke dalam saku celananya.
"Abian, ngapain ke sini?" Tanya Kania memecah keheningan.
"Kalo ada masalah lo bisa cerita ke gue!" Kania melotot mendengar ucapan Abian, cowok satu ini memang sangat peka terhadap seseorang. Dia hanya mampu tersenyum sumbang menanggapi Abian.
"Kenapa, hmm?" Kania menoleh pada Abian yang rupanya juga tengah menatapnya, buru-buru dia memalingkan wajahnya.
"Gue gapapa kok." Abian menelan selivanya kasar memang susah membuat Kania untuk menceritakan apa yang sedang dia hadapi.
"Yasudah kalo tidak mau cerita. Ikut gue mau?"
"Kemana?"
"Ayo ikut aja!" Tanpa menunggu jawaban Kania, Abian lebih dulu melangkahkan kakinya dan tanpa ragu Kania mengekor padanya.
Abian membawa Kania pada salah satu gedung yang sudah menjadi gudang. Di mana tempat itu jarang dikunjungi oleh siswa maupun guru SMA PRADIPTA. Kania celingukan memperhatikan gedung itu, hawanya yang panas dan bau ruangan yang menyeruak masuk ke hidungnya.
"Bian, ngapain ke sini?" Abian tak menjawab dia tetap berjalan menuju salah satu pintu yang menuju rooftop. Saat membukanya Kania tercengang melihat pemandangan itu, jika dilihat dari atas kita dapat melihat jejeran gedung yang menjulang tinggi.
"Wow!!" Kania begitu takjub melihat kota kelahirannya dari atas, dia begitu terfokus menelusuri setiap inci gedung-gedung megah itu. Sesibuk itukah dia sampai tidak ada waktu untuk menikmati keindahan kotanya sendiri.
Kania berkeliling di rooftop itu dengan senyum yang terus mengembang. Kania mengeluarkan ponselnya lalu mulai mengabadikan keindahan itu. Gerak-geriknya tak pernah lepas dari indra penglihatan Abian.
Kania menyimpan kembali ponselnya setelah puas memotret lalu menghampiri Abian yang sedang duduk di sebuah kursi.
Abian yang sedang menunduk lantas mengangkat kepalanya saat melihat sepatu Kania yang berada tepat di depannya. Dia dapat melihat senyum tulus Kania, dia berdiri mensejajarkan tingginya dengan Kania.
"Kalo ada masalah jangan suka dipendam sendiri!" Ujar Abian lalu mengangkat tangannya mengelus pucuk kepala Kania.
Entah sampai kapan Kania bisa merasakan perhatian Bian untuknya. Sampai sekarang dia memang tidak memiliki perasaan yang lebih padanya, namun setiap kali berada di samping Abian dia merasa nyaman dan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTUK KANIA
Teen FictionGimana sih ceritanya seorang cewek yang masih SMA ditaksir sama Mahasiswa dan teman seangkatannya sendiri. Entah siapa yang akan berhasil meluluhkan hati Kania Anastasya apakah Arvaleon Atmajaya si mahasiswa dengan sikap manis dan humorisnya atau Ab...