-06-

7K 597 13
                                    

Warning!!! 18+ Cerita ini hanya fiksi belaka.
Jika ada kesamaan nama, tokoh, alur, tempat, itu ketidaksengajaan. Cerita ini murni imajinasi.
TYPO CORRECT!!

-
-
-

Tepat satu bulan Naya berada di novel ini. Perubahan yang sangat berbeda dengan aslinya. Semua tokoh yang berada di novel sifatnya sangat berbeda jauh. Apalagi Xione, lelaki yang terobsesi dengan Naya. Sekarang Xione sudah sedikit berani dengan Naya, seperti halnya gandeng tangan dan sesekali mencuri ciuman di pipi Naya. Hal itu sangat membuat Naya menjadi risih.

Ada dua hal lagi yang membuat Naya pusing. Perubahan sahabat Xione, keempatnya entah mengapa selalu mencari celah untuk dekat dengan Naya selagi Xione sedang tidak di sisi Naya.

Dan satu lagi, Laura. Wanita itu semakin menunjukan taringnya dengan membuat sebuah fitnah untuk menjebak Naya.

Seperti saat ini, Laura dengan seragam ketat dan makeup nya tengah terduduk dengan siraman kuah makanan yang Naya bawa.

Dengan wajah sendu dan seperti ingin di kasihani, Laura meneteskan air mata palsunya. "N-naya, Lau minta maaf," sendu Laura.

Naya hanya diam, Naya bingung harus merespon seperti apa lagi, dari minggu sebelumnya kejadian seperti ini sudah menjadi seperti kebiasaannya.

Naya menghela nafas berat, dengan mengulurkan tangan ke arah Laura, Naya tersenyum paksa. "Tidak apa Lau, aku tahu kamu kurang berhati-hati, kalau aku sarankan untuk memeriksakan penglihatan dan kaki mu, aku takut matamu itu sedikit buram dan kaki mu bermasalah."

Sedikit menyindir Laura tidak masalahkan?

Para mahasiswa dan mahasiswi di kantin itu sedikit berbisik, kejadian yang sebenarnya sangat di sengaja. Mereka tahu itu.

Jangan tanyakan keberadaan Xione dan temannya. Mereka malah asik menonton drama di hadapan mereka. Toh, Naya bisa mengatasi hal itu, kalau sudah di luar batasnya baru mereka akan menolong.

Laura menunduk dengan wajah yang mengeras. Apa-apaan sindiran itu? Apakah kelakuannya sudah sangat terlihat? batin Laura.

Naya yang tangannya tidak di sambut dengan baik mencoba untuk sedikit sabar.

"Apakah kamu akan terus duduk di sana? Aku akan bertanggung jawab untuk seragam mu dan aku akan mengantar mu ke ruang ganti," ujarnya kembali.

Laura mendongak dan dengan sedikit akting, Laura menerima uluran tangan Naya.

"Makasih Naya, kamu gak perlu ganti seragam aku kok, aku masih bisa membelinya," setelah mengatakan hal itu Laura pun pergi.

Naya kembali menghela nafas berat. Ayolah, dia baru saja memesan minuman itu untuk menghilangkan dahaganya, dan kejadian tadi membuat tenggorokan Naya semakin kering.

Tes.

"Eh?" kaget Naya saat sebuah sensasi dingin menyentuh pipinya. Naya menatap ke arah lelaki yang kini tengah tersenyum.

"Kamu haus kan? Ini minum punyaku saja," ujar Xione.

"Apa tak apa?" tanya Naya ragu.

Xione terkekeh pelan dan mengusap rambut halus milik Naya. "Tak apa, minumlah," titahnya.

Karena sudah terlanjur haus, Naya meminumnya. Ah! tenggorokannya kembali segar.

"Makasih Xione," ujar Naya tulus.

Xione tersenyum, "sama-sama cantik."

Dengan kecepatan kilat, Xione mengecup pipi Naya. Membuat Naya sedikit linglung. Xione pun tertawa dan berlari menjauh dari Naya yang sebentar lagi akan mengamuk.

"XIONE!!!"

-
-
-

Keadaan jalan yang hening dan temaram membuat bulu kuduk Naya berdiri. Inilah akibat mobil yang di tumpangi Naya mogok. Padahal saat pulang tadi Xione mengajak pulang bersama tapi, tahulah gara-gara kejadian di kantin tadi membuat Naya sedikit kesal dengan sikap Xione yang tidak sopan.

"Hufft, ini gak bakal di hadang sama tante kun sama om poci kan? sumpah deh, kenapa lagi tu mobil bisa mogok segala," dumel Naya di sepanjang jalan.

Naya terduduk di trotoar dan sedikit meluruskan kakinya yang pegal. Ayolah jarak kampus dengan rumahnya itu lumayan jauh. Apalagi di tempuh dengan jalan kaki.

Tak lama Naya mendengar suara motor yang mendekat. Naya memandang motor itu yang terlihat familiar di ingatannya.

"I-itu?"

"Nay? Kenapa di sini?" tanya laki-laki itu yang masih mengenakan helm.

"Emh, tadi mobilnya mogok, terpaksa aku jalan kaki," jawab Naya canggung.

"Xione kemana?"

Naya membuat wajah marah, "aku gak mau sama dia, tahu sendirikan tadi kejadian di kantin, aku masih kesal."

Laki-laki itu terkekeh sebentar. Lalu membuka helmnya.

"Terus kenapa kamu masih di sekitaran sini Sadewa?" tanya Naya.

Menggaruk kepalanya Sadewa terkekeh canggung, "itu, aku baru saja nongkrong sama yang lainnya, kebetulan juga rumahku melewati jalan ini jadi, ya begitulah."

Naya mengangguk mengerti.

"Ayo aku antarkan pulang," ajak Sadewa.

Naya pun mengangguk, apa salahnya menerima tawaran Sadewa. Ayolah kakinya sudah pegal, jangan sampai kakinya menjadi bengkak.

-
-
-

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang