SITH #1

257 24 0
                                    

Gadis bermata gelap dengan rambut panjang berwarna coklat itu kini tengah menarik koper dan beberapa kardus besar miliknya kedalam apartment bernuansa minimalist itu. Gadis itu tersenyum dan mulai menata barang-barangnya di dalam kamar berwarna cream itu.

Sebenarnya Ia tak benar-benar senang. Malahan, Ia sangat bimbang karena apa yang sudah terjadi di usia ke-20 tahunnya. Namanya Kim Jisso. Gadis yang memiliki paras yang sangat cantik dengan hidung kecilnya itu kini telah sah menyandang status barunya sebagai seorang istri.

Ya, kemarin adalah pernikahannya dengan seorang laki-laki tampan berwajah muram. Lebih tepatnya, pernikahan paksanya dengan laki-laki asing anak teman papanya. Ia harus menyetujui pernikahan ini karena hutang budi papanya terhadap keluarga tersebut. Tetapi, Ia yakin pasti bisa melalui kehidupan barunya ini dengan sangat baik walaupun Ia tahu, laki-laki itu sangat menolak bahkan membenci pernikahan ini.

KLIK

Terdengar suara pintu utama tertutup. Jisoo yang mendengarnya segera berjalan menuju ruang tamu memastikan bahwa itu adalah seseorang yang sudah Ia tunggu dari tadi.

Laki-laki tampan itu menaruh koper hitamnya di sebelah sofa panjang di ruang tamu. Ia menghempaskan dirinya dan menengadahkan kepala di sandaran sofa itu. Terdapat raut lelah yang tergambar jelas di wajahnya yang tampan.

Jisoo yang melihat keadaan itu meneguk salivanya kuat-kuat. Ia bimbang haruskah Ia mengampiri 'suaminya' itu atau tidak. Tetapi, jika ditunda-tunda terus juga tidak akan baik, lebih baik diselesaikan sekarang, batinnya untuk memberi semangat pada tubuh kecil itu.

Ia berdehem kecil di samping tumbuh berbalut pakaian serba hitam itu, "Apa kamu butuh sesuatu?" Tanyanya perlahan.

Kedua alis tebal itu bertautan bersamaan dengan membukanya mata tajam itu. Ia menoleh kearah gadis yang berdiri di sampingnya.

"Gak." Jawabnya singkat dan kembali menutup matanya. Ia terlalu lelah untuk berbicara banyak kata hari ini atas apa yang telah Ia lalui kemarin.

"Oke. Maaf jika sudah mengganggumu tetapi jika kamu butuh sesuatu kamu bisa temui aku. Aku pergi dulu." Jisoo berjalan cepat kembali ke kamarnya setelah berbicara kepada suaminya itu. Ia benar-benar tak ingin menyulut api di rumah barunya ini.

***

Malam pun tiba, Jisoo sedang menyiapkan makan malam yang baru saja Ia lihat resepnya tadi sore, udang balado dan oseng-oseng cumi. Jisoo menjilat jarinya sesaat setelah dirasa makananya terasa enak. Buru-buru Ia hidangkan di meja makan sembari menunggu es batu dikulkas modernnya keluar.

Ia melihat sekeliling rumah itu, walaupun sangat mewah tetapi sebenarnya rumahnya tak begitu besar karena orang tua mereka pikir hanya akan ditinggali oleh mereka berdua saja. Jisoo mencari keberadaan Eunwoo, suami. Dari tadi Ia belum melihat laki-laki itu sama sekali.

Setelah semuanga beres, Ia memberanikan diri mengetuk pintu kamar Eunwoo untuk mengajaknya makan bersama. Sungguh Ia sebenarnya juga takut saat berurusan dengan laki-laki berwajah sangar itu. Tapi, mau bagaimana lagi, sekarang Ia tak lagi memikirkan dirinya sendiri saja bukan?

TOK
TOK
TOK

Ketukan pintu itu terdengar berjarak satu sama lain karena tangan kecil itu sudah gemetar dari tadi membayangkan ekspresi apa yang Eunwoo akan berikan padanga kini.

Tak ada jawaban.

Ia mencoba mengetuk pintu itu sekali lagi dan memanggil namanya, "Eunwoo, apa kamu ada di dalam? Aku sudah membuat makan malam. Dari tadi kamu belum makan, 'kan?" Tanyanya pelan.

Ia menghela napas berat. Sepertinya sia-sia persiapan mentalnya itu dilakukan karena Eunwoo pasti tak akan mau makan dengannya.

Tiba-tiba pintu itu terbuka sesaat setelah badan Jisoo berbalik menuju ruang makan. Terlihat Eunwoo yang memakai baju putih dengan celana hitam selutut keluar dari kamarnya. Jisoo yang melihatnya segera menawarinya kembali.

"Eunwoo, apa kamu sudah makan? Aku sudah-"

"Gue harap gue gak akan ketemu lo lagi." Katanya singkat bahwa sebelum Jisoo menyelesaikan kalimatnya. Ia pergi menuju pintu utama dan keluar setelah memakai sepatunya

Jisoo menatap kepergian itu nanar.

***

Jisoo menunggu kehadiran Eunwoo dengan cemas di sofa ruang tamu. Pasalnya kini di rumahnya sudah kedatangan kedua orang tua Eunwoo. Ibu dan ayahnya itu nampak sangat kesal sekali dengan ketidakhadirannya putra tunggalnya. Beberapa kali ponsel milik ibunya tidak mendapatkan jawaban dari nomor Eunwoo yang membuat wanitan berumur hampir 50 tahun itu marah.

"Lihatlah kelakuan anakmu ini!" Teriak Nyonya Cha kepada suaminya yang sedang duduk di sofa seberang Jisoo.

"Anak itu memang tidak tahu diri. Berani-beraninya dia tetap melawan aku sebagai ayahnya!" Kata Tuan Cha sembari melihat ponselnya entah apa yang sedang dilakukannya tetapi Ia nampak menghubungi seseorang.

"Halo, Karman. Cari anak tidak tahu diri itu dan seret dia pulang sekarang juga! Keterlaluan! Dia benar-benar tidak tahu diri!" Katanya bersamaan dengan berakhirnya panggilan itu.

Jisoo mencuri pandang kepada kedua mertuannya itu. Ia hanya diam karena Ia tak tahu harus bagaimana. Meminta nomor Eunwoo saja Ia tak berani.

"Apa kamu tidak punya nomor suamimu itu, Jisoo?" Tanya Nyonya Cha sambil duduk disebelah Jisoo. Sebenarnya kedua mertuanya ini sangat baik kepadanya tetapi entah mengapa Ia memperlakukan anaknya seperti itu.

"S-saya tidak punya, mah. S-saya belum sempat meminta nomornya Eunwoo." Jawab Jisoo terbata.

Nyonya Cha berdecak kesal. Entah apa yang harus dilakukannya sekarang ini.

20 menit berlalu. Tiba-tiba pintu utama terbuka memperlihatkan dua laki-laki dewasa yang tak lain dan bukan adalah Eunwoo dan Pak Karman, kaki tangan Tuan Cha.

Tuan Cha berdiri saat tubuh itu dibawa menuju hadapannya. Tatapan kesal menyelimuti wajahnya. Rahangnya terlihat sangat kaku menatap putranya itu.

PLAK

Satu tamparan keras mendarat di pipi putranya itu. Eunwoo hanya diam menunduk dengan perasaan marah.

"Dasar anak tak tahu diri!"

PLAK

"Itu pelajaran untuk anak yang tak tahu berterima kasih kepada orang tuanya!"

PLAK

"Itu tamparan untuk suami yang yak bertanggung jawab!"

PLAK

"Itu tamparan perwakilan istrimu yang kau kecewakan!"

Jisoo hanya menahan hatinya yang sakit melihat Eunwoo diperlakukan seperti itu oleh ayahnya sendiri. Walaupun dirinya terpaksa menyetujui pernikahan ini, tetapi dirinya tak tega melihat suaminya menderita seperti ini dihadapannya apalagi hal itu dilakukan oleh kedua orang tuanya.

"Eunwoo." Bisiknya pelan saat melihat tamparan itu terus berlanjut.

"Sudahlah, Jisoo. Kamu tak harus merasa kasihan kepada suami yang tak tahu diri itu." Kata Nyonya Cha sambil melirik kearah Jisoo yang cemas dengan keadaan Eunwoo.

- Somewhere in the haze -

Haloo, semuanya!
Terima kasih yang udah baca

cerita ke-2 aku ini ya 😍🫶🏻

Like, vote and drop ur comments
kalo ada kritik atau saran yaa ☺️🩶


I would like to read and interact
with you guys!!! 😍🤩💞💘

Somewhere in the haze (Jisoo × Cha Eun Woo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang