02 : Yang Kupikir Mampu

3.8K 609 69
                                    

"Lo ngapain di pinggir jalan begini?"

Patricia Amasya, kakak kandung Tasya, yang baru saja turun dari taksi kini tengah memandang dua insan itu dengan aneh. Patricia menyelipkan rambut ke belakang telinga dengan satu tangan menenteng tas Hermes keluaran terbaru.

"Ya, emang lo doang yang mau ke mall?" sahut Tasya.

Patricia menatap sang adik dari ujung kepala sampai kaki. Tasya hanya mengenakan kaus oversive putih bergambar Looney Tunes dengan celana pendek yang nyaris tidak terlihat dan sandal jepit. Dia mendengus pelan.

"Dan lo ke mall dengan outfit kayak gini?" Patricia menatap Tasya dengan sorot mata penuh cibir.

Tasya berdecak. "Terserah gue, sih. Ribet banget."

Patricia lantas melirik Nando yang penampilannya pun tidak jauh berbeda dengan sang adik. Sekilas dia tampak ragu kalau Tasya dan Nando memang benar-benar niat ingin ke mall.

"Kalian habis ngapain?" tanya Patricia, sambil menatap Tasya dan Nando bergantian. "Habis dari mana?"

Nando merasa tegang sekilas. Sejujurnya dia khawatir Patricia sempat melihat kedekatannya dengan Tasya yang berlebihan sebelum turun dari taksi.

"Kepo banget, sih, Ci!" Tasya langsung menahan lengan Nando lalu mengajak pria itu pergi. "Ayo, Do! Males gue ketemu dia."

Patricia lantas menahan Tasya. "Tunggu, tunggu!"

"Mau apa?" balas Tasya, sedikit menyentak.

"Jadi lokasi birthday dinner Mama di mana?" tanya Patricia.

"Makanya kalau orang lagi ngomong itu didengar, nggak usah sok sibuk sendiri. Penggangguran doang, tapi banyak gaya," cibir Tasya, sama sekali tidak terpengaruh dengan gestur angkuh Patricia. "Di Sky Restaurant."

"Oke," sahut Patricia, singkat.

"Ayo, Mei." Nando bersuara kala mulai merasakan tembok es terbangun perlahan di antara Patricia dan Tasya. Nando harus mencegah sebelum kakak-beradik itu tantrum di pinggir jalan.

"Ayo!" Tasya menarik tangan Nando, tidak memedulikan Patricia yang masih berdiri.

"Mei," panggil Nando, ketika mereka hendak menyeberangi area drop-out.

"Apa?" sahut Tasya, sedikit sengit.

"Tangan kamu," ujar Nando, pelan.

"Oh iya." Tasya reflek melepaskan tangannya dari lengan Nando. Dia langsung paham apa alasan dibalik teguran pria itu barusan. "Patricia nggak akan sadar. Lagian dia mana peduli sama aku? Nggak usah khawatir."

"Tapi seenggaknya kita tetap harus jaga gestur, Mei," kata Nando, saat mereka memasuki mall. "Maksud aku, tadi aja kita hampir papasan sama Janu dan Lika. Terus barusan kita ketemu sama Patricia. Nggak menutup kemungkinan kalau ada orang lain yang kenal sama kita di sini."

Tasya berhenti melangkah, dia menatap Nando. Mereka berdiri tak jauh dari pintu masuk mall. "Kalau kamu nggak merasa aman di sini, kita bisa pulang."

Nando terdiam sejenak.

"Kita bukan sahabatan lagi, Do. Aku nggak mau hubungan ini berakhir kayak pacar rasa sahabat atau sebaliknya. Kalau aku ketemu kamu, ya berarti aku pengin kita pacaran, quality time kayak couple lain," ujar Tasya, tapi dia mengerti dengan jelas apa yang dikhawatirkan oleh pria itu.

"Kamu ingat kita masih backstreet kan, Mei?" Nando menatap gadis itu. "Aku nggak bermaksud mengabaikan status kita, tapi mau nggak mau, kita harus ... hati-hati."

Chance For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang