@ October, 2021
Baru tiga bulan sejak mereka duduk di bangku kelas 9, Seungheon tiba-tiba kepikiran sesuatu.
"Guys, kalian SMA tetep disini atau pindah ke sekolah lain?" tanya Seungheon, out of nowhere. Asli, pertanyaan ini juga membuat Yujin penasaran akan jawaban Leeseo.
"Disini sih kayaknya, kalau lo?" tanya Ahyeon balik.
"Ya gue mah disini aja, mau kemana juga lagian?" jawab Seungheon.
"Kalau lo, Jin?" tanya Ahyeon.
"Disini aja." jawab Yujin.
"Kebetulan kemaren mami gue ada nanya mau pindahan gak waktu SMA, tapi kata gue mikir-mikir dulu sih." jawab Leeseo, sukses membuat Yujin sedih mendengar jawabannya.
"Hah? Serius?" tanya Seungheon.
"Yahh, jangan dong. Bareng gue aja napa sih sampai tamat SMA, kalau bisa sampai kuliah juga bareeeng," rengek Ahyeon, membuat Leeseo terkekeh.
"Iyaa iyaa, makanya kan gue bilang mikir-mikir dulu. Tapi kayaknya gak bakalan pindah juga sih, males mau kenalan lagi sama temen baru." ujar Leeseo, menenangkan Ahyeon sekaligus Yujin.
"Jangan pindah dong," akhirnya Yujin buka suara.
Leeseo menoleh, "Kenapa? Ntar lo takut kangen terus ya sama gue?"
"Iya," jawab Yujin cepat dengan wajah yang serius, membuat Leeseo seketika terdiam— mikir ini Yujin serius atau bercanda doang?
"Kalau kangen kan bisa ketemuan," ujar Leeseo, setelah berpikir sejenak.
"Yah beda aja serunya," timpal Seungheon.
"Gak usah pindah deh lu Seo, ntar kita-kita sedih gimana?" ujar Yujin.
"Iya deh iyaa, gue gak akan pindah." ujar Leeseo.
"Janji?" tanya Ahyeon.
"Janjii." ujar Leeseo.
—
Sebenarnya Leeseo takut kalau sudah harus menghadapi pelajaran di Lab. Biologi dan Lab. Fisika. Karena jujur, she's not a fan of those subjects. Beda dengan Yujin, yang sepertinya enjoy-enjoy aja dengan kedua pelajaran itu.
Tapi, untungnya pada saat Lab. Fisika, Yujin dan Leeseo satu kelompok, at least there's someone who she can rely on.
Satu kelompok berjumlah lima orang, dan diberikan lima soal Fisika oleh pak guru. Akhirnya mereka sepakat agar masing-masing mengerjakan satu soal agar menghemat waktu.
"Sumpah ini gimana sih? Gue gak ngerti," gumam Leeseo dalam hati, panik sendiri karena semua teman satu kelompoknya sedang sibuk mengerjakan soal masing-masing, sedangkan Leeseo benar-benar tidak paham.
Yujin yang duduk di hadapan Leeseo meliriknya sekilas lalu menahan senyumnya selagi ia mengerjakan soal itu. Menurutnya, Leeseo yang sedang panik, gelisah dan kebingungan itu lucu. Tapi diam-diam, Yujin juga mengerjakan soal punya Leeseo karena ia tahu gadis itu kesusahan.
Setelah selesai, Yujin menyodorkan kertasnya ke Leeseo, "Nih," menyuruh gadis itu untuk copy paste jawabannya.
Leeseo yang tadinya sudah putus asa langsung semangat saat Yujin menyodorkan kertasnya. Matanya membulat saat melihat Yujin telah mengerjakan soalnya juga. Dengan cepat, gadis itu langsung menyalin persis semua jawaban Yujin yang ia yakin pasti benar, karena Yujin pintar— ia sudah menunjukkan sisi ambisiusnya daripada dirinya saat kelas 7.
Saat selesai menyalin semua jawaban, Leeseo mengembalikan kertas milik Yujin, "Makasih banyak ya, lo bener-bener life savior gue." ujarnya dengan mata berbinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe, Someday
Teen FictionA story of Han Yujin's first little love, ft. Leeseo