Chapter 3

1K 154 47
                                    

Meski sedang marahan, tapi Minho tetap menyiapkan keperluan suaminya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meski sedang marahan, tapi Minho tetap menyiapkan keperluan suaminya. Dia susun dengan rapi setelan kerja Chan, tas kerjanya, juga sarapannya. Memang maid yang memasak, tapi Minho yang menyusunnya dan menyajikannya untuk Chan. Dia kerjakan itu semua dalam diam.

"Mim?"

"Apa, sayang? Sebentar ya, Sunghoon makan dulu rotinya, nanti mimo gendong."

Chan ikut diam memerhatikan. Jujur, ada rasa salah dalam hatinya setiap kali bertengkar dengan Minho, tapi gengsinya terlalu tinggi untuk minta maaf.

Canggung karena terlalu sunyi dan hanya diisi suara gumaman Sunghoon, akhirnya Chan angkat bicara, "Sungchan nggak masuk sekolah hari ini, nanti kamu hubungi wali kelasnya."

Minho letakkan lauk ke piring Chan. Dengan nada datar dia jawab, "sudah."

Tanpa Chan beritahu dia sudah tahu apa yang harus dilakukan. Pria itu bertindak seolah Minho buta soal anaknya, padahal hari-hari dialah yang mengurus anak mereka. Dia yang menyiapkan bajunya, makannya, bahkan mendidik mereka. Chan pikir bagaimana bisa anak mereka pintar baca tulis dan bicara lancar jika bukan karena dia. Mereka tidak akan bisa berkembang jika hanya dapat pendidikan formal tanpa persiapan dan support orang tuanya, tapi Chan seolah lupa dan tutup mata akan jasanya.

Tidak, Minho bukan pamrih atas apa yang dia lakukan untuk anaknya. Itu sudah tanggung jawabnya dan dia ikhlas. Namun sikap Chan buat dia kesal dan marah. Merasa tidak hargai sebagai ibu dan istri.

"Antar makannya ke kamar Sungchan dulu, dia demam."

"Junhan juga demam," jawab Minho tanpa melihat Chan.

Jawabannya yang terkesan menantang buat Chan tidak senang. "Kamu tinggal antar aja banyak alasan."

"Aku males ribut sama kamu. Toh Sungchan udah sama papanya, kan? Junhan nggak ada yang urus."

Saat Chan akan angkat bicara lagi Minho menambahi, "lagipula tanpa kamu suruh juga aku urusin semuanya. Kamu mana tau." Dia hampir pergi, tapi kemudian menambahkan, "oh! Lupa, kamukan tugasnya cari duit."

Minho tinggalkan ruang makan begitu saja. Membawa dua set sarapan untuk kedua putranya. Chan menarik napas dalam-dalam, lalu dihembuskan, mencoba meredam amarahnya sebisa mungkin.

"Papa."

Perhatiannya teralih pada si kecil. Raut wajah kaku berubah seratus delapan puluh derajat, "kenapa, sayang? Rotinya enak?"

Sunghoon mengangguk dan memberikan rotinya pada papanya. "Buat Sunghoon aja, papa udah punya ini."

"Nak mau?" Anak itu menggeleng dan saat dapat gelengan juga dari papanya dia langsung memakan rotinya. Baiklah, kalau tidak mau lebih baik buat dia saja.

***

Harusnya hari ini ada kunjungan kerja, tapi karena satu dan hal lain kunjungan tersebut dibatalkan. Chan memutuskan pergi untuk temui temannya di kafe tidak jauh dari kantornya.

UNDERCOVER | BNHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang