Sungchan izin pulang begitu dengar kabar adiknya masuk rumah sakit. Papa juga minta tolong padanya agar bawa baju adiknya kalau ingin menjenguk. Tadi pagi tidak sempat dibawa karena sudah panik dan dalam keadaan gawat darurat.
Anak lima belas tahun itu memasukkan beberapa pasang baju dan perlengkapan lain yang sekiranya perlu. Kesibukannya sejak tadi diiringi dering ponsel di atas meja belajar. Sungchan balik badan dan menatap ponsel hitam yang sibuk meringik itu tajam.
"Siapa sih ganggu aja," gumamnya kesal. Dia ambil ponsel adiknya. Namun sebelum sempat terangkat panggilan mati dan berganti masuknya pesan beruntun.
Brengsek, sengaja nggak datang hari ini ya? Besok bawa tugasku, sialan!
Kalau besok nggak datang, siap-siap wajahmu hancur.
Setan mana yang mengirim pesan tidak sopan pada adiknya. Kenapa makhluk astral ini berani memaki adiknya yang lugu. Dasar, anak setan.
Jari panjang Sungchan membalas pesan tersebut dan meminta bertemu di taman dekat sekolah Junhan setelah pulang sekolah. Taman itu tidak jauh dari rumahnya, jadi Sungchan tahu dengan pasti.
Anak sulung Chan itu melanjutkan kegiatannya, dia masukkan juga ponsel Junhan ke dalam tas selempang miliknya bersama beberapa buku milik orang lain yang didapat dari tas adiknya. Dia yakin buku ini milik makhluk astral yang mengirim chat tadi.
"Anak setan, bisa-bisanya dia ngebully adikku, awas aja."
Dia tidak tahu siapa kakak Junhan, habislah dia di tangan Sungchan nanti. Biar penyakitan kalau suruh berantem dia jago juga.
***
Minho berjalan dengan kaki terseret mendekati bangsal. Ada ketakutan yang tiba-tiba muncul di hati, bukan hanya soal anaknya, tapi juga orang yang berdiri di sebelah bangsal memakai snelli.
"Trauma di kepalanya bisa jadi karena pukulan benda tumpul. Besok akan kita lakukan rontgen agar lebih jelas," Jisung memberitahu hal tersebut dengan nada tenang, lalu pamit pergi.
Begitu pintu ruang rawat ditutup, Jisung tidak langsung beranjak dari sana. Tatapannya kosong. Dia periksa kembali papan jalannya dan membaca nama yang tertera di sana.
Bang Junhan
Dokter berkemeja biru muda itu memutar badannya dan memerhatikan melalui kaca.
Wajah anak itu...
Tidak mungkin anak Chan dan Minho. Mereka sama sekali tidak mirip. Namun melihat bagaimana gilanya Chan menangis buat Jisung ragu.
Sementara di ruang rawat Minho menangis sambil menggenggam tangan Junhan.
"Aku cuma ninggalin dia dua hari sama kamu, tapi kenapa bisa begini sih, mas?" Tangisnya. Lututnya yang besimpuh di lantai buat kepalanya bertumpu di bangsal. Minho kehabisan tenaga untuk sekadar marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDERCOVER | BNH
Hayran KurguMenjadi orang tua bukan perkara mudah, apalagi kalau anak sudah lebih dari satu. Dan hal itu semakin diperparah dengan kesalahan paling kelam yang pernah Minho lakukan bertahun-tahun lalu. Andai waktu bisa diulang, dia tidak akan pernah mencoba-cob...