Chapter 9

1K 158 63
                                    

Mungkin orang akan berpikir Minho bodoh karena mau memberi kesempatan untuk Chan setelah apa yang dilakukan pria itu selama ini, tapi biarlah, dia tidak ingin ambil pusing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mungkin orang akan berpikir Minho bodoh karena mau memberi kesempatan untuk Chan setelah apa yang dilakukan pria itu selama ini, tapi biarlah, dia tidak ingin ambil pusing. Kalau yang dipikirkan dirinya sendiri benar dia inginnya pisah, tapi kalau anaknya?

Sungchan sangat dekat dengan papanya, tidak lihat sehari saja pasti dicari. Junhan meski tidak dekat, tapi anak itu selalu bilang dia sayang papa. Lalu, Sunghoon, anak itu masih terlalu kecil untuk kehilangan sosok ayah. Dia mungkin tidak akan mengerti dengan kondisi orang tuanya yang pisah, tapi apa tidak berefek pada psikologisnya kalau tiba-tiba tidak bertemu papanya? Dia pasti akan mencari, dia tidak akan mengerti kalau seandainya Minho paksakan untuk tidak bertemu Chan lagi. Jadi, Minho harus rela mengorbankan perasaannya demi anak-anaknya.

"Mim."

Panggilan dari Sungchan menyadarkan Minho dari lamumannya. "Kenapa, sayang?" Tangannya terulur untuk menyambut anak sulungnya.

Sungchan masuk dalam pelukan ibunya dan menyamankan diri di sana.

Minho pegang dahi Sungchan, lalu tubuhnya. "Kamu demam?" Kagetnya. Dia jauhkan sedikit tubuh mereka dan mendapati Sungchan hanya diam. Bibir anaknya itu kering dan matanya merah. "Ngapain aja coba bisa demam begini," omelnya. "Kamu ngapain hari ini, hah?"

Chan yang baru masuk ruangan bersama Sunghoon dalam gendongannya terlihat bingung. "Kenapa?" Tanyanya.

"Sungchan demam. Pusing nggak kepalamu, kak?"

"Mau periksa ke dokter aja?" Chan turunkan Sunghoon dan anak itu langsung berlari memeluk paha ibunya.

"Atit ya, San?"

"Panggilnya kakak, Hoon."

Sunghoon tidak mendengarkan dan sibuk tanya pada kakaknya mana yang sakit, tapi karena kakaknya tidak enak badan jadi anak itu diabaikan.

Chan jalan mendekat dan memegang dahi Sungchan. "Ayo, berobat sama papa sebelum makin parah. Kamu tadi pulangnya cepat, tapi masih aja kecapean."

"Nggak kecapean," balas Sungchan. Tangannya semakin erat memeluk ibunya dan wajahnya juga disembunyikan di ceruk leher Minho.

Sial, ini pasti karena dia terlalu semangat menghajar anak orang. Apa Sungchan kena karma? Masa iya. Padahal niatnya baik menjaga adiknya.

"Berobat sama papa, oke?".

Sungchan menggeleng. "Aku mau sama mimo aja."

"Sama aja, kak. Nggak mungkin semua pergi, nanti adik kamu bangun nyariin."

Anak laki-laki itu kembali menggeleng dan tetap memeluk tubuh ibunya. Buat adiknya ikut-ikutan dan tidak mau kalah. Sunghoon menarik lengan baju Minho, memaksa naik ke pangkuan mimo sebisa mungkin.

Chan yang lihat mengapit ketiak si balita, lalu menggendongnya. Minho memerhatikan itu, di hari biasa Chan tidak pernah mau membantunya mengurus anak-anak, tapi hari ini dia bersuka hati melakukan itu. Wajahnya berpaling, dia kecup dahi Sungchan untuk menyembunyikan senyumnya. Semoga benar Chan sudah berubah.

UNDERCOVER | BNHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang