Chan menghela napas setelah Jisung keluar ruang rawat Junhan. Kakinya melangkah pelan menuju sofa yang diduduki Minho dan Sunghoon.
"Ini salahku," gumam Minho dengan tatapan kosong. Tangannya memeluk erat tubuh kecil Sunghoon dalam gendongannya. "Kalau aja aku bisa nurunin egoku dan ikut saran Jisung, ini nggak akan terjadi."
Kalau saja dia bisa menyisihkan perasaan skeptisnya terhadap adik selingkuhannya dan membuang semua ketakutannya anaknya tidak akan begini. Kalau dia bisa lebih cepat mengambil keputusan dan percaya pada saran Jisung, Junhan tidak akan seperti ini. Junhan akan baik-baik saja dan pemulihannya bisa lebih cepat.
Minho mengulum bibirnya untuk menahan suara tangis yang hampir meledak. Namun kesedihannya tidak bisa ditutupi saat setetes air mata jatuh dari sudut matanya. Minho menghapusnya dengan segera. Dia tidak mau terlihat lemah di depan suami juga mungkin Sungchan yang tetap berdiri di samping bangsal Junhan.
"Aku buat anakku susah, mas. Aku yang buat hidupnya menderita."
Sejak awal yang pantas disalahkan sudah tentu dia. Kalau dipikir-pikir, jikalah dia tidak main belakang dengan papa Junhan, anak itu tidak akan lahir. Dia tidak akan merasakan didiskriminasi oleh sosok yang dianggap papanya, tidak didiskriminasi oleh kakek neneknya baik dari pihak Minho maupun Chan, dia tidak akan menderita dengan penyakit yang bersarang di tubuhnya. Semua kesulitan dalam hidup Junhan adalah salahnya. Minho yang salah.
Chan tidak berkomentar, tapi tangannya terangkat untuk bawa tubuh Minho sekaligus Sunghoon dalam pelukannya. Dia tidak punya kata-kata yang tepat untuk berbicara tentang ini. Dia tidak tahu bagaimana harus meresponnya. Chan buntu sekaligus takut. Takut kalau Junhan tidak selamat dan pergi meninggalkan mereka di saat dia belum bisa membahagiakan anak itu.
***
Sementara papa dan mimo pergi bersama Sunghoon menemui dokter Jisung, Sungchan diminta untuk menjaga Junhan. Anak laki-laki yang berada di tahun terakhir sekolah menengah pertamanya itu duduk diam sambil main ponsel di sebelah bangsal adiknya. Tangannya sibuk menggulir layar gandgetnya.
"Kak."
Panggilan dengan suara tipis dan serak itu mengejutkan Sungchan. Dia tutup ponselnya dan menumpu lengan di sebelah lengan Junhan. "Akhirnya bangun. Kamu butuh sesuatu?"
Junhan menggeleng. "Mimo mana?"
"Pergi sama papa nemui dokter."
Junhan yang sebelumnya sedikit mengangkat kepala untuk menelisik ruangan sekitar kembali rebah ke atas bantal. Sorot matanya terlihat sedih. Lagi-lagi dia menyusahkan orang tuanya.
"Kenapa kepalamu bisa luka?" Tanya Sungchan penasaran.
Si adik nampak berpikir. Dia mereka ulang kejadian kemarin. Mencoba menggali ingatannya yang sedikit berbayang. "Kepalaku sakit luar biasa, tapi aku mau ke kamar mandi, jadi aku pergi ke sana, tapi sampai sana karena pusing nggak sengaja terpeleset dan jatuh. Jatuhnya kena pegangan kamar mandi terus terbanting ke lantai, tapi aku masih bisa berdiri dan balik ke kamar. Setelah nggak tau lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDERCOVER | BNH
FanfictionMenjadi orang tua bukan perkara mudah, apalagi kalau anak sudah lebih dari satu. Dan hal itu semakin diperparah dengan kesalahan paling kelam yang pernah Minho lakukan bertahun-tahun lalu. Andai waktu bisa diulang, dia tidak akan pernah mencoba-cob...