Hadiah

782 68 11
                                    

Tepat tiga tahun sudah usia pernikahan Bang Chan dan Lee Minho. Oh haruskah ditulis dengan Bang Minho? Karena setelah menikah, Minho lebih suka namanya disebut dengan marga suami tampannya. Lebih keren katanya.

Seperti sudah menjadi kebiasaan setiap kali ada di hari spesial, Chan dan Minho akan melakukan acara makan malam berdua sebagai bentuk perayaan. Begitu pun hari ini, Chan sudah siapkan tempat yang paling bagus dan nyaman untuk makan malam berdua bersama si manis kesayangannya. Dan Minho sejak pagi sudah sibuk memilih baju yang akan dia gunakan nanti malam.

"Astaga, Minho!" Seruan dari kepala keluarga Bang itu terdengar menggema di ruang kamar yang terlihat berantakan. Terkejut melihat tempat tidurnya penuh dengan pakaian yang berserakan. Siapa lagi pelakunya kalau bukan si manis, Minho.

"Sssstt! Dilarang protes!" Sahut si pemilik gigi kelinci itu dengan telunjuk yang ia simpan di depan bibir, sebagai gestur agar suaminya tidak bersuara.

"Kamu mau bongkar semua isi lemari kamu, hah?" Tanyanya heran. Chan hanya dapat menghela nafas dalam-dalam sambil menggelengkan kepala. Suaminya itu sudah mengeluarkan hampir semua isi lemari padahal sekarang baru pukul 7 pagi dan mereka baru akan pergi pukul 7 malam. Chan masih harus berangkat kerja.

"Nanti aku bereskan lagi. Kamu tidak perlu protes, pak tua!" Sekali lagi Chan menghela nafas. Pria yang dipanggil pak tua itu pun memilih untuk abai dan berlalu keluar kamar. Chan harus segera berangkat ke kantor sebelum terlambat.

"Sayang! Sarapanku dimana?" Teriak Chan dari dapur.

"Tidak sempat! Kamu beli saja sekalian lewat." Timbal Minho tak kalah kencang. Padahal jarak dapur dan kamar mereka tidak begitu jauh, tapi tetap saja berteriak di pagi hari sepertinya menjadi kebiasaan mereka.

Entah sudah berapa kali Chan menghembuskan nafas dengan berat pagi ini. Niatnya ingin menikmati sarapan pagi buatan suami, eh malah diteraki.

Akhirnya mau tidak mau Chan berangkat ke kantor dengan perut kosong. Sebelum pergi, ia sempatkan kembali ke kamarnya untuk berpamitan. "Aku berangkat ya, cutie."
Satu kecupan tidak lupa Chan tinggalkan di dahi. "Hati-hati, mas."

Kini tinggal Minho sendiri di kamar dengan tumpukan pakaian yang berserakan. Pemuda itu masih belum memutuskan akan menggunakan pakaian yang mana. Padahal bukan kencan pertama tapi rasanya masih tetap sama. "Aku harus tampil cantik nanti malam."

Minho berdiri di depan tempat tidurnya yang penuh dengan pakaian miliknya. Matanya fokus meninjau helaian kain yang akan ia pilih.

"Kemeja merah..." ia menunjuk kemeja berbahan satin yang tergeletak di ujung kasur, "ah, sepertinya terlalu berlebihan."

"Oh! Kaos hitam dan jaket denim!" Minho melirik jaket yang masih menggantung di lemari, "ck tapi terlihat seperti ABG mau kencan."

"Aaaaaa, aku pakai apa dong!" Pemuda itu berteriak frustasi. Oh ayolah, Minho ingin tampil cantik di hari spesialnya. Dia ingin membuat suaminya terkesima akan pesonanya. Minho ingin membuat Chan jatuh cinta lagi dan lagi padanya. Padahal suaminya itu akan tetap terpesona dan jatuh cinta dengan apapun yang akan Minho kenakan.

▪︎▪︎▪︎

"Jadi, kamu bongkar isi lemari hanya untuk pakai ini?"

Wrong move, Chan. Suami cantikmu itu merengut karena ucapanmu. Tidakkah kamu tahu Minho menghabiskan waktu berjam-jam untuk menentukan pilihan? Pemuda itu bahkan melewatkan sarapannya. Untuk yang satu itu, jangan sampai Chan tahu. Bisa habis Minho diceramahi.

"Kamu nggak suka, ya? Aku ganti dulu kalau begitu."

Minho mengenakan kemeja berwarna putih yang dipadukan dengan celana jeans berwarna biru dan sneakers berwarna putih-biru. Ia ingin terlihat rapi namun tetap santai. Toh acara makan malamnya bukan di restoran bintang 5.

Cutie n Old Man (Minchan Ft. Felix)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang