Setumpuk berkas di atas meja sedikit terabaikan. Map bertuliskan 'Bukti Penipuan tiket konser Kpop' itu tidak tersentuh sama sekali. Pria yang berprofesi sebagai pengacara itu tengah fokus menatap gawainya. Dahinya mengkerut hingga membuat alisnya bertaut. Matanya memicing tajam, sesekali terbelalak lebar. Dehaman dan decakan terdengar bergantian.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu mengusiknya, atensinya teralih hanya untuk sekedar menjawab, "masuk!" yang sedetik kemudian kembali fokus pada layar.
"Serius banget, Pak. Dapet bukti baru?" Tanya seorang pria yang baru saja masuk ke dalam ruangan bernuansa coklat itu.
Chan, si pemilik ruangan hanya melirik sebentar untuk pastikan siapa yang datang sebelum kemudian kepalanya menggeleng seraya berkata, "bukan."
Tanpa dipersilakan, si tamu menarik kursi di hadapan Chan untuk diduduki. Tangannya bersandar di atas meja untuk menahan bobot tubuhnya yang sedikit ia condongkan, berusaha mengintip layar milik Chan.
"Apa?" Tanya Chan dengan mata yang menatap nyalang pada tamunya. Tidak suka kegiatannya diganggu.
"Aduh pak, pak. Tak kira sampean lagi cari bukti baru atau apa. Ternyata-"
"Memang kenapa?" Selang Chan yang membuat lawan bicaranya justru tertawa.
"Galak banget, pak. Santai sedikit lah." Ujarnya setelah reda tawanya.
"Kamu kalau kesini cuma mau meledek mending kerja lagi, Bin."
Changbin, pria yang duduk di hadapan Chan, yang barusan mentertawakan rekan kerja sekaligus temannya, pria yang kini semakin tertawa melihat respon yang Chan berikan.
"Lagian nggak biasanya kamu bukan lagi kerja di jam kerja begini."
"Kerjaanku sudah beres."
"Kasus penipuan itu?"
Chan dan juga timnya sedang menangani kasus penipuan tiket konser. Kliennya meminta bantuan dan dukungan serta perlindungan dari Chan sebagai pengacara pelapor. Seminggu ini dia disibukkan dengan pengumpulan bukti-bukti dari korban lainnya. Makanya Changbin heran saat melihat Chan justru sedang mencari dan membaca artikel mengenai destinasi liburan bersama anak.
"Iya, buktinya sudah cukup kuat. Semua korban juga siap menjadi saksi di persidangan nanti."
Changbin manggut-manggut, "syukurlah. Berarti tinggal nunggu sidang, ya?"
Hening. Chan masih fokus pada ponselnya, Changbin sibuk memperhatikan bapak anak satu itu. Hingga kekehan kembali terdengar dan Chan kembali keheranan.
"Apa yang lucu?" Tanyanya bingung.
"Ngga, aneh aja lihat kamu baca artikel tentang destinasi liburan bersama anak."
Chan yang sedari tadi duduk tegak pun kini menyandarkan punggungnya. Menghembuskan napas kuat-kuat. Tangannya memijat keningnya.
"Felix minta main sabtu nanti. Aku bingung harus mengajaknya kemana." Jelas Chan. Sudah sejam lebih ia berkutat dengan ponselnya. Mencari referensi tempat yang aman dan nyaman dikunjungi anak-anak saat hari libur.
"Kenapa tidak tanya anaknya saja mau main kemana?" Saran Changbin.
Benar. Kenapa tidak tanyakan langsung saja pada anaknya? Chan jadi tidak perlu repot-repot mencari referensi.
"Tapi aku mau liburan pertama kami berkesan, Bin."
Chan ingin membuat kesan pertama yang bagus untuk sang anak. Dia tidak mau asal pilih kalau sudah urusan keluarga.
"Justru biar berkesan tanyakan dia inginnya kemana. Dia pasti punya tempat yang ingin dituju bersama papa dan papinya."
"Bapak." Koreksi Chan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cutie n Old Man (Minchan Ft. Felix)
FanfictionDi ulang tahun pernikahan yang ketiga, Chan memberikan hadiah spesial untuk suami manisnya. Di usia yang ketiga itu pula mereka memulai kisah baru dengan bertambahnya satu anggota keluarga. ▪︎ BxB / MxM ▪︎ Fiksi ▪︎ Bangchan, Lee Minho, Lee Felix