Sudah hampir satu bulan Felix sekolah. Tidak ada tanda-tanda anak itu merasa bosan atau jenuh. Setiap harinya selalu ada cerita baru, baik tentang kegiatan yang dilakukan bersama kak Hyunjin maupun saat bermain bersama teman-temannya.
Minho dan Chan selalu memantau perkembangan Felix dari teman baik mereka, Hyunjin. Selama hampir sebulan ini selalu hal baik yang sepasang orang tua baru itu dengar tentang putra semata wayangnya.
Felix yang aktif di kelas, berani bertanya, berani memulai hal baru. Felix yang selalu akur dengan teman sekelasnya, berbagi mainan, bahkan berbagi bekal dengan yang lain.
Tentu saja hal itu membuat Chan dan Minho merasa bangga. Apalagi Chan yang jarang sekali bisa menemani Felix, pria yang brrprofesi sebagai pengacara itu merasa bangga pada anak serta suaminya. Felix yang memang dasarnya anak baik dan penurut serta Minho yang selalu sabar mengajari dan membimbing Felix. Tentu saja Chan juga ambil peran, karena semuanya tidak akan berjalan dengan baik jika keduanya memiliki cara yang tak sama dalam mendidik anak.
"Papa, hari ini ada teman baru loh."
Felix mulai berceloteh saat Minho menjemputnya di gerbang sekolah.
"Oh ya? Lici sudah kenalan?" Minho menimbali dengan tak kalah antusiasnya. Sambil menunggu Chan menjemput, sepasang anak dan ayah itu memilih untuk duduk santai di cafe seberang sekolah.
Felix mengangguk, "sudah, papa!"
Tersenyum, Minho menepuk puncak kepala putranya. "Lici bisa duduk sendiri?" tanyanya saat sudah tiba di cafe. Tanpa menjawab, Felix berusaha naik ke kursi yang sedikit lebih tinggi dari kursi makan di rumahnya.
"Bisa, papa!" Jawabnya senang saat berhasil naik dengan susah payah. Tentu saja hal itu membuat Minho terkekeh. Putranya sangat menggemaskan.
"Lici mau es coklat?" yang ditanya mengangguk antusias. Es coklat adalah minuman kesukaannya. Felix suka minuman manis. Biasanya Minho akan buatkan coklat panas sebelum tidur. Khusus hari ini, ia beri pengecualian. Felix diizinkan meminum es coklat.
"Tunggu sebentar, papa pesan dulu ya!"
Minho meninggalkan Felix untuk memesan minuman ke kasir. Tidak jauh, hanya beberapa langkah saja. Jadi Felix masih dalam jangkauannya.
Setelah memesan minuman dan juga dua potong kue, Minho kembali ke mejanya dan duduk berhadapan dengan sang putra.
"Jadi, siapa nama teman barunya?" Kembali pada topik awal, Minho ingin dengar ceritanya.
"Namanya Jeje, Pa. Tadi Lici ajak Jeje kenalan."
"Pinternya anak papa. Terus gimana? Papa mau dengar lagi tentang teman Lici."
Dengan senyuman yang tidak pudar, Felix mulai ceritanya dengan semangat menggebu.
"Jeje umurnya empat! Beda satu dengan Lici. Terus Jeje bilang dia suka kukis. Besok boleh tidak Lici bawa bekal kukis, papa?"
"Lici mau kasih kukisnya dengan Jeje?"
Felix mengangguk, "iya, papa! Lici mau makan kukis dengan Jeje."
Obrolannya terjeda karena seorang pelayan perempuan membawakan nampan berisi pesanan Minho. Segelas es coklat dan es kopi tersaji di atas meja, lengkap dengan dua potong brownies coklat kesukaan Felix.
"Wah, brownie! Lici mau brownie, papa!"
Anak itu cepat sekali teralihkan fokusnya. Padahal tadi sedang bahas kukis, tapi begitu lihat kue di depannya langsung lupa.
"Pelan-pelan makannya ya, pinter."
Minho mengajarkan Felix untuk makan sendiri. Baik itu makan makanan berat maupun snack. Tidak masalah jika sedikit berantakan, bisa dibersihkan nanti. Minho ingin ajarkan kemandirian pada putranya. Awalnya memang selalu berantakan saat makan, namun lama kelamaan Felix bisa makan dengan lebih rapi dan hati-hati. Anak berusia lima tahun itu banyak belajar dari pengalaman. Melihat bagaimana kedua orang tuanya makan, perlahan Felix mengikutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cutie n Old Man (Minchan Ft. Felix)
FanfictionDi ulang tahun pernikahan yang ketiga, Chan memberikan hadiah spesial untuk suami manisnya. Di usia yang ketiga itu pula mereka memulai kisah baru dengan bertambahnya satu anggota keluarga. ▪︎ BxB / MxM ▪︎ Fiksi ▪︎ Bangchan, Lee Minho, Lee Felix