Sekolah (2)

288 35 6
                                    

Memilih sekolah bukanlah hal mudah bagi orang tua. Banyak yang harus dijadikan bahan pertimbangan, selain kualitas guru dan pembelajaran, kenyamanan dan keamanan anak selama di sekolah juga perlu diperhatikan. Chan sudah mencari dan memilih sekolah terbaik versi dirinya, tinggal Felix yang menentukan sekolah yang membuatnya nyaman.

"Jadi, Lici mau sekolah yang mana?" Chan bertanya pada putranya begitu mereka tiba di rumah setelah seharian mengunjungi dua sekolah yang akan Felix pilih salah satunya.

Felix yang sedang duduk manis di antara kedua orang tuanya itu tanpa ragu menjawab, "Lici mau sekolah sama kak Hyunjin! Di sana seru, bapak. Ada kolam ikannya, ada ruang lukis juga! Lici mau menggambar di sana sama kak Hyunjin." Panjang lebar Felix menjawab dengan nada yang riang dan penuh semangat.

Minho dan Chan memberikan atensi penuh pada putranya, ikut tersenyum melihat senyuman yang mengembang di sudut bibir si kecil.

Maka dengan begitu Chan sudah putuskan akan mendaftarkan putranya ke sekolah yang telah dipilih oleh Felix sendiri. Tanpa menunggu lama, Chan siapkan segala persyaratan. Ia hubungi lagi kerabatnya yang tadi mereka temui guna berbagi informasi perihal berkas yang harus Chan lampirkan.

Pun dengan Minho yang dengan sigap membantu suaminya menyiapkan semua. Ia juga tidak lupa menyiapkan perlengkapan sekolah untuk putra kecilnya. Dimulai dari tas, sepatu, hingga alat tulis sebagai pendukung.

Felix yang baru berusia lima tahun itu baru akan mendaftar ke sekolah yang dikenal dengan istilah Playgroup. Tidak banyak yang harus disiapkan karena sebenarnya semua sudah ada dan disediakan. Namun sebagai orang tua siaga, Minho tetap membeli keperluannya dengan lengkap.

Tidak kalah sibuk dengan orang tuanya, Felix turut terlibat dalam upaya persiapan sekolahnya. Si kecil itu ikut menentukan pilihan perihal warna tas, tema buku, model sepatu, hingga jenis pewarna yang akan dipakainya kelak. Semuanya ikut andil dalam pengambilan keputusan, tidak ada yang dipilih dan diputuskan secara sepihak. Chan dan Minho mengajarkan Felix untuk berdiskusi sebelum menentukan pilihan. Hal kecil yang sebenarnya perlu dilakukan agar kelak saat si sulung sudah dewasa tidak lagi bingung ketika dihadapkan pada sesuatu yang harus ia pilih salah satu.

▪︎▪︎▪︎

"Sarapannya dihabiskan ya, jagoan."

Chan mengusap puncak kepala Felix saat putranya tengah menyantap roti selai coklat buatan Minho. Kepala keluarga Bahng itu duduk di kursinya, meneguk susu hangat kesukaannya sebelum ikut menyantap roti miliknya. Si kecil tersenyum, mengunyah makanannya hingga halus sebelum kemudian dia telan semuanya.

"Pelan-pelan makannya, sayang." Minho mengingatkan, putranya terlalu bersemangat menyambut hari pertamanya sekolah.

"Lici sudah siap ke sekolah?" Chan bertanya saat dilihat piring makan milik putranya sudah bersih tak bersisa, pun dengan gelas susunya yang sudah sirna isinya.

"Sudah, bapak. Lici siap sekolah." Jawab si kecil dengan riang.

"Di sekolah nanti Lici kenalan sama teman baru. Lici ditemani sama Kak Hyunjin, jadi Lici dengar dan turuti kak Hyunjin ya."

Felix mendengarkan papanya dengan seksama, mengingat semua pesannya agar tidak ada yang terlewat.

"Papa nanti temani Lici, kan?"

"Papa temani sampai Lici sekolah. Kalau Lici sudah masuk kelas, papa tunggunya di luar."

"Bapak?"

"Bapak hanya antar kalian, kan bapak harus kerja."

Usai sarapan, Felix ambil tas birunya yang sudah disiapkan sejak semalam. Berjalan sendiri mengikuti bapak menuju mobil, diikuti oleh Minho di belakang.

Cutie n Old Man (Minchan Ft. Felix)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang