Hari yang paling ditunggu oleh Felix akhirnya tiba. Anak laki-laki bahkan bangun lebih awal dari biasanya. Dengan semangat turun dari tempat tidur dan berlarian kecil menuju kamar orang tuanya. Sejak kedatangangan Felix di rumah kekuarga kecil Bang, ia memang tidur di kamarnya sendiri. Selain untuk diajarkan berani, anak itu juga diberika ruang privasi. Namun terkadang ada saat Felix ingin tidur bersama Papa dan Bapak.
Ketukan pada pintu kamar membuat Minho yang masih berbaring di tempat tidur itu mengernyit heran. Suaminya masih pulas di sampingnya. Lantas Minho beranjak untuk membukakan pintu. Senyuman riang dari Felix adalah hal pertama yang Minho lihat. Sama sekali tidak terpikir olehnya jika putranya yang akan datang membangunkan.
"Selamat pagi, Papa!" Sapanya riang. Tubuh kecilnya memeluk kaki Minho yang masih diam berdiri di ambang pintu. Saat pelukannya dilepas barulah pria yang dipanggil papa itu berlutut, menyamakan tingginya dengan sang putra. "Selamat pagi, jagoan! Kok sudah bangun?"
Hari masih gelap. Matahari masih sembunyi di ufuk timur. Belum mau menampakkan diri. Namum bocah kecil berusia lima tahun itu sudah berdiri di depan pintu kamar orang tuanya sambil tersenyum riang.
"Lici kan mau berenang sama Bapak, Papa!" Katanya dengan penuh semangat. Minho lantas tersenyum, sangat paham dengan tingkah putranya. Karena ia pun sama, akan merasa bersemangat saat hendak bepergian apalagi untuk pertama kali.
"Sekarang masih terlalu pagi, sayang. Mataharinya aja belum muncul." Jelas Minho sembari tangannya mengelus surai si kecil.
Felix nampak bingung dengan perkataan sang papa, "mataharinya masih bobo?" Bola matanya yang bulat terlihat sangat menggemaskan. "Mataharinya masih ngumpet." Ujar yang lebih tua.
Lantas si kecil manggut-manggut, seolah paham akan maksud papanya. "Bapak mana, pa?"
"Bapak masih bobo, sayang."
"Lici mau bangunin bapak! Lici mau lihat mataharinya muncul sama bapak!" Matanya berbinar penuh harap. Minho kemudian mengangguk, "boleh, sayang."
Setelah dipersilakan masuk ke dalam kamar, Felix berlari menuju tempat tidur yang ditempati Chan. Susah payah Felix berusaha menaiki ranjang yang tingginya hampir sebatas leher. Merangkak dengan perlahan untuk duduk di perut ayahnya yang masih tidur dengan pulasnya. Setelah memastikan anaknya dalam posisi yang aman, Minho beranjak ke kamar mandi untuk mencuci muka dan gosok gigi.
"Bapak, bangun!" Tangan kecilnya menepuk pipi Chan, tangan satunya bertumpu di dada bidang ayahnya. "Bapak," sekali lagi Felix coba bangunkan. "Bapak ayo bangun! Lici mau main sama bapak." Suaranya menguar lebih keras dari yang pertama. Berhasil. Chan berhasil terusik oleh pergerakan juga suara dari Felix.
"Bapak!" Pekik Felix begitu pria yang tengah ia duduki itu membuka matanya. "Pagi, jagoan bapak." Chan tarik perlahan tubuh kecil anaknya untuk kemudian ia hujani wajah menggemaskan itu dengan banyak kecupan.
"Bapak ayo bangun! Lici mau lihat matahari."
Chan mengernyit bingung, "lihat matahari?" Felix mengangguk cepat, "kata papa mataharinya belum muncul. Aku mau lihat mataharinya muncul, pak."
Suara pintu kamar mandi yang terbuka mengalihkan atensi Chan, pria itu lantas melirik suaminya dengan tatapan meminta penjelasan. "Duduk di balkon aja, mas. Kan kelihatan dari sana."
Chan yang baru bangun tidur masih belum paham, "maksudnya?"
Minho menghela napas sembari bergeleng kepala. Si manis itu lantas mendekat ke ranjang, mengecup surai putranya kemudian mengelus lengan suaminya yang masih terbaring. "Lici mau liat sunrise, mas. Sana cuci muka dulu. Aku buatin teh sama susu buat kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cutie n Old Man (Minchan Ft. Felix)
FanfictionDi ulang tahun pernikahan yang ketiga, Chan memberikan hadiah spesial untuk suami manisnya. Di usia yang ketiga itu pula mereka memulai kisah baru dengan bertambahnya satu anggota keluarga. ▪︎ BxB / MxM ▪︎ Fiksi ▪︎ Bangchan, Lee Minho, Lee Felix