Rutinitas Baru

416 47 14
                                    

Sudah satu minggu Felix tinggal bersama keluarga Bang. Namanya pun sudah resmi menjadi Bang Felix. Sebelum resmi tinggal bersama, Chan sudah lebih dulu mengurus semua berkas yang diperlukan. Pria yang berprofesi sebagai pengacara itu sangat taat administrasi, semua harus ada hitam di atas putih. Tidak bisa sembarangan membawa pulang seorang anak tanpa ada surat-surat yang memperkuat. Chan sudah mempersiapkan semua dari jauh hari. Bahkan berbulan-bulan sebelum perayaan ulang tahun pernikahannya.

Apapun akan ia lakukan untuk membahagiakan Minho. Memiliki anak adalah salah satu keinginan Minho dan juga Chan tentunya. Oleh karenanya Chan tidak ragu mengurus proses adopsi Felix saat ia dan Minho sudah cukup dekat dengan anak itu. Menambah satu anggota keluarga di hari pernikahan yang ketiga adalah hadiah yang bisa Chan berikan untuk suami manisnya. Tentunya menjadi anugerah terindah pula bagi Chan karena bisa menyandang status sebagai seorang ayah. Yaa, biarpun Felix memanggilkan dengan sebutan bapak 😔 Chan tetap bahagia.

Jika biasanya pria berambut ikal itu dibangunkan oleh suara alarm dari ponsel atau sapaan dari suami manisnya, sudah beberapa hari ini setiap pagi tidurnya terusik karena hal lain. Bukan suara alarm, bukan juga suara lembut Minho. Melainkan kecup dan tepukan halus dari tangan mungil milik Felix.

Chan mengerang pelan saat pipinya terasa basah. Ia juga dapat merasakan tusukan lembut di bagian pipi kanannya. "Bapak, bangun!" Suara seorang anak laki-laki terdengar nyaring di telinga.

"Bapak...." rengek si kecil karena tak kunjung mendapat respon dari pria yang ia panggil bapak. Chan masih betah pejamkan mata. Sebenarnya sudah bangun, ia hanya ingin menjahili putranya. Ingin tahu apa yang akan anak itu lakukan jika dirinya tak kunjung membuka mata.

Satu kecupan kembali Chan dapatkan di pipinya, bergantian kiri dan kanan. Juga panggilan "bapak" yang terus dikumandangkan. Niatnya ingin terus tetap diam, tapi lama-lama Chan tidak tahan. Ia ingin balas menciumi pipi gembil putra semata wayangnya.

"Ih bapak!" Pekikan seorang anak laki-laki menggema di dalam kamar. Chan pelakunya. Dia dengan cepat menarik Felix ke dalam pelukan untuk kemudian ia hujani dengan banyak kecupan.

"Gemes banget sih, anak bapak gemes." Masih tidak mau berhenti, Chan terus ciumi seluruh wajah putranya tanpa terlewati barang seinci.

"Bapak, stop. Udah, ampun." Felix menyerah, wajahnya sudah basah. Chan pun menghentikan aksinya setelah beri kecupan panjang di kening putranya.

"Selamat pagi, Lici." Sapa Chan kemudian. "Pagi, Bapak. Ayo cepat bangun, papa sudah buat sarapan." Felix mencoba meloloskan diri dari dekapan ayahnya, namun tenaganya kalah kuat. Tangan bapak besar, begitu katanya tiap kali bercerita pada papa. Minho hanya bisa tertawa setiap kali Felix menceritakan tentang suaminya.

"Bapak, ayo bangun!" Sekali lagi Felix berusaha mengajak ayahnya untuk beranjak dari tempat tidur. Posisi mereka kini adalah Felix yang berada di dekapan Chan yang masih terbaring di atas ranjang.

"Ba-"

"Iya, iya. Bapak bangun."

Chan angkat tubuh putranya, diturunkan dari tempat tidur kemudian kembali bubuhi kecup di dahi. "Lici ke dapur duluan, ya. Bapak mau cuci muka dulu." Dengan riang Felix menjawab "oke!" sambil mengacungkan ibu jarinya. Kemudian bocah berusia lima tahun itu pun berlari keluar kamar, meninggalkan Chan yang duduk di tepian ranjang sembari tersenyum.

"Kayanya saya mulai terbiasa dengan panggilan bapak."

▪︎▪︎▪︎

Dua orang dewasa ditambah satu orang anak kecil, duduk saling berhadapan di meja makan yang melingkar. Tiga porsi nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi tersaji dengan rapi di atas meja. Ditambah dengan dua gelas susu dan segelas teh hangat. Menu sarapan sederhana buatan Minho dilahap habis oleh suami dan anaknya.

Cutie n Old Man (Minchan Ft. Felix)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang