Rezatama 12 🦋 Tiga Alasan

1.4K 95 1
                                    

Akhir-akhir ini pikiran Naisha sering terganggu oleh hal diluar perkuliahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhir-akhir ini pikiran Naisha sering terganggu oleh hal diluar perkuliahan. Ditambah kedatangan Ahnaf malam itu membuat ia semakin terganggu. Ia tidak pernah menyangka bahwa pria itu akan datang ke rumahnya dan melamarnya.

Pelajaran yang dijelaskan oleh dosen di depan kelasnya sama sekali tidak bisa ia pahami. Matanya memang menatap ke depan, namun hanya ada tatapan kosong bingung harus menjawab apa.

"Al, semalam kak Ahnaf, semalam datang ke rumah aku."

"Mau ngapain?" Pertanyaan itu tentu saja dilontarkan Alya kepada Naisha. Sepanjang yang ia tahu, keduanya tidak dekat. Di kampus saja mereka tidak pernah mengobrol selain hanya karena organisasi.

"Ngelamar."

Alya diam beberapa saat, mencerna apa yang baru saja ia dengar. Detik selanjutnya, ia tersenyum sangat lebar. Berlawanan dengan hati Naisha yang tengah merasa gulana.

"Terus terus. Kamu jawab apa, Nai?" Gadis itu mulai antusias.

"Aku belum jawab."

"Kenapa belum jawab, Nai? Kak Ahnaf lelaki yang baik. Kamu juga tahu itu, kan? Aku yakin dia akan jadi suami yang baik."

Alya meraih tangan Naisha lalu ia letakkan di pangkuannya, "kesempatan ini bisa jadi jalan keluar buat kamu lepas dari teror Arka."

"Itu artinya aku cuma manfaatin Kak Ahnaf." Naisha tertunduk dalam, ia tidak bisa menerima Ahnaf dengan alasan ingin menghindar dari masalah yang tengah ia alami. Ia harus memiliki keyakinan kuat untuk mencari alasan lain yang bisa diterima untuk melanjutkan niat Ahnaf padanya.

"Kalau gitu, abaikan rasa ingin menghindari masalah itu. Kamu bisa menerima Kak Ahnaf karena dia pria yang baik, agamanya baik, keluarganya juga baik."

"Karena itu aku akan merasa bersalah. Dia terlalu baik untuk aku."

"Nai, kamu sendirikan yang bilang, Allah itu memasangkan kita dengan seseorang yang setara. Kalau kita baik, maka yang datang akan baik juga dan sebaliknya. Gak mungkin kak Ahnaf datang tanpa kehendak Allah. Pasti Allah ingin menyatukan kalian dengan cara yang baik."

Alya meraih tangan Naisha meyakinkannya. Seulas senyum saling berbalas diantara keduanya. Naisha menarik napasnya dalam lalu menghempasnya cukup keras.

Ia hanya takut niat baik Ahnaf bercampur dengan niat lain yang berasal dari Naisha karena kedatangan Arka.

"Nai, pikirkan yang tadi aku bilang."

Alya berdiri dengan tergesa, "aku kebelet nih. Mau ke toilet dulu."

Detik selanjutnya, ia berlarian. Naisha hanya tersenyum tipis sembari mengantar Alya dengan pandangannya hingga menghilang di balik pintu.

Derit ponsel membuat Naisha mengambil benda pipih itu di tasnya. Sebuah pesan dari Alfa tampil di notifikasinya.

"Cie yang malam tadi di lamar. Mikirnya jangan lama-lama, Alfa udah kebelet pengen punya kakak ipar nih!"

Untungnya semalam, Alfa tidak ada di rumah. Ia harus mengikuti study tour di Yogyakarta untuk tiga hari ke depan. Pasti Wanda sudah bercerita kepada adik bungsunya itu, padahal tadinya Naisha ingin berpikir dengan tenang tanpa di ganggu oleh anak laki-laki yang sedang beranjak remaja tersebut.

Naisha tak berniat membalas pesan itu. Sekarang ia tidak sedang dalam mode ingin bercanda atau menanggapi sesuatu tentang kejadian malam itu. Ia ingin mengambil jeda untuk berpikir.

"Naisha..."

Wanita itu menghela napas berat saat mendapati Reza melangkah lebar menghampirinya. Jangan tanya bagaimana orang-orang disekitarnya. Setelah kejadian ia ditampar oleh Tissa, namanya booming di kampus, apalagi saat Reza membuat status seenak jidat. Nama Naisha semakin naik daun karena ulah Reza.

"Ternyata tebakan gue bener. Lo ada di sini." Naisha menghela napasnya malas. Belum selesai pikirannya

"Aku bawain makanan dari kantin buat kamu."

"Buat Alya aja. Bukannya kak Reza suka sama Alya?"

"Aku suka sama Alya, tapi sekarang kamu pacar aku, Nai."

Naisha sontak membesarkan matanya. Enak saja mengklaim hal tersebut semaunya!

"Kak, sejak kapan kita pacaran?"

"Minggu kemarin."

"Itu kakak yang mengada-ngada. Dari awal aku gak pernah setuju, kan?"

Reza sepertinya tidak menyerah. Sikap dingin Naisha sama sekali tidak menyurutkan semangatnya untuk mendekati dan meluluhkan hati wanita itu.

"Aku bakalan bikin kamu suka sama aku, Nai."

Naisha diam. Jujur saja ia trauma dengan kalimat itu. Dulu saat Revan mendekatinya, pria itu juga mengatakanhal yang sama. Namun bodihnya Naisha termakan bualan itu hingga ia hilang akal dan memutuskan untuk menjalin hubungan yang seharusnya tidak pernah ia mulai.

"Kak. Kalau kakak pikir aku bisa luluh sama omong kosong itu, kakak salah. Aku gak sebodoh dulu!"

Reza tampak meredupkan senyumannya, ia menatap Naisha dengan tatapan yang lebih lembut.

"Aku gak omong kosong, Nai. Aku serius."

Keduanya saling tatap beberapa saat, hingga Naisha segera membuyarkannya dan mengalihkan titik pandangnya ke arah lain.

"Tolong, pergi dari sini."

"Aku akan pergi. Tapi kamu harus tahu, kalau aku gak kayak mantan kamu itu." Naisha masih memalingkan wajahnya, air matanya tak terbendung lagi. Segera ia menghapus buliran itu dengan cepat.

•••

Naisha memutuskan untuk melanjutkan ajakan taaruf yang dilayangkan Ahnaf setelah beberapa pertimbangan.

Pertama, Vina mengenal Rista dengan baik, mereka berasal dari keluarga yang baik, begitu pula dengan Ahnaf. Yang Naisha tahu selama berada di kampus yang sama, Ahnaf adalah pria yang terkenal baik.

Kedua, agama Ahnaf yang mumpuni untuk membangun mahligai rumah tangga. Tidak ada yang benar-benar siap, namun kedatangan Ahnaf yang menunjukkan kesiapan untuk membangun rumah tangga dengan jalan yang baik, cukup menjadi satu poin penting untuk Naisha.

Ia pernah melakukan kesalahan dengan menjalin hubungan dengan seorang pria, tanpa ikatan yang dibenarkan agama. Ia tak ingin kembali mengulang kesalahan dan ia rasa kedatangan Ahnaf adalah jawaban yang Allah berikan untuk menghindarkannya dari perbuatan mendekati zina tersebut.

Ketiga, tidak ada alasan yang syar'i bagi Naisha untuk menolak karena masalah yang saat ini sedang ia hadapi. Masalalu yang ia miliki rasanya sudah selesai, tidak ada Arka lagi yang datang dan terus meminta untuk melanjutkan hubungan yang ia sesali.

Prosesi taaruf itu dimediatori oleh seorang ustad kepercayaan keluarga Ahnaf. Tak hanya itu, Alya juga membantu dalam proses pengenalan. Ia bercerita banyak tentang Ahnaf, semua hal yang ia tahu disampaikan kepada Naisha.

Baru kali ini mereka membicarakan seorang pria, sebelumnya mereka tidak pernah tertarik untuk membicarakan siapapun secara detail. Namun kali ini Ahnaf menjadi topik utama setiap kali ada waktu luang untuk berbicara.

"Ngeliat kamu sangat mengenal Kak Ahnaf, apa kamu pernah menyukai dia?" Pertanyaan Naisha langsung ditanggapi oleh tawa yang mdnguar ke udara.

"Kak Ahnaf udah aku anggap kakak, Nai. Aku gak mungkin suka sama kak Ahnaf." Naisha tersenyum. Setelah memastikan bahwa ia tidak menyakiit hati siapapun karena menerima lamaran Ahnaf.

-TBC-

Slow update nya. Huhuu 😭

RezatamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang